Kisah buram tenaga kerja Indonesia (TKI) di luar negeri yang membuat banyak orang tak bersimpati juga terjadi di Malaysia. Dan hal ini sudah merupakan rahasia umum di kalangan sesama TKI dan bahkan warga Malaysia. Di Malaysia bahkan, ini yang sulit dipercaya, banyak tenaga kerja wanita asal Aceh dengan kesadaran sendiri menjajakan dirinya disana. Jadi, lupakanlah isu perdagangan perempuan (trafficking) disini.
"Kalau datang siang, orang lain yang akan melayani abang. Kalau abang datang malam, kami yang akan melayani abang. Biasalah, kami kerja di pabrik dan terpaksa ikut shift. Kalau sudah pulang kerja dari pabrik, kami baru bisa melakukan ini," kata Maya, 26 tahun, wanita asal Meulaboh.
Maya merupakan contoh kecil dari banyak gadis asal Aceh yang bekerja sampingan sebagai pemijat sekaligus pekerja seks komersial (PSK) secara sambilan di tempat kontrakan mereka yang sederhana di kawasan Sunway Mentari, Sunway, Malaysia.
Dua wanita asal Aceh sedang menunggu pria hidung belang di rumah kontrakan mereka di Sunway
Rumah kost yang ditempati Maya dan kawan-kawan lainnya asal Aceh ini tidak kelihatan seperti rumah bordil karena penghuninya amat rapi menutupi kegiatan mereka dengan menjadikannya sebagai asrama untuk pekerja pabrik.
Di Malaysia, gadis-gadis asal Aceh amat disukai oleh para pria, khususnya para hidung belang terutama para warga negara asing di Malaysia. Alasannya adalah, dibandingkan dengan wanita-wanita asal daerah lain karena karakter wilayah asal mereka yang ketat sehingga menimbulkan rasa penasaran dan "tertantang", disamping paras mereka yang cantik.
Maya (kiri, berkaos hitam) dan teman-temannya menunggu di ruang tamu sementara temannya yang lain sedang melayani pria hidung belang
Hal semacam ini bukannya tidak pernah terdengar di Indonesia. Beberapa waktu lampau wartawan salah satu televisi swasta nasional pernah mengorek informasi dengan menyamar sebagai pria hidung belang untuk bisa memasuki rumah tersebut. Dan ternyata memang benar rumah tersebut dihuni oleh para wanita asal Aceh yang bekerja di pabrik pada siang hari dan menjual tubuh mereka pada malam hari dan waktu senggang.
(The-Star/Aceh-National-Post/Memobee/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email