Hujatulislam Mandegari mengatakan, pola hidup Ahlul Bait as adalah teladan terbaik bagi Muslim Syiah.
Astan News melaporkan, Hujatulislam Mahdi Mandegari dalam rangkaian pertemuan bertema “Agama, Kegembiraan dan Kehidupan” yang di hadiri oleh sejumlah banyak peziarah dan warga sekitar Haram Suci Razavi di Serambi Jomhouri Eslami, menjelaskan pola hidup Islami dan Alawi.
Ia menjelaskan, setiap orang yang ingin berada di surga di dekat Telaga Kautsar bersama Nabi Muhammad Saw dan Imam Ali as, harus memiliki identitas sebagai seorang Muslim Syiah.
Menurut Mandegari, Muhib dan Syiah itu berbeda. Ia menerangkan, seseorang disebut Muhib ketika ia mencintai keluarga Nabi Muhammad Saw, hal ini tidak terbatas pada Muslimin semata, bahkan sejumlah agama lain pun ada yang menjadi Muhib Ahlul Bait as.
Mandegari menambahkan, menjadi seorang Muhib Ahlul Bait as memiliki nilai dan posisi yang tinggi, akan tetapi jika kita ingin menjadi tetangga Nabi Muhammad Saw di hari kiamat kelak, maka kita harus menjadi Muslim Syiah hakiki.
Ia mengatakan, mengucapkan dua kalimat syahadat tidak cukup membuat seseorang memiliki identitas Muslim Syiah.
“Kita harus memiliki pemahaman agama dan Wilayah serta menyelesaikan permasalahan-permasalahan hidup kita dengan merujuk kepada ajaran-ajaran Al Quran dan Ahlul Bait as,” ujarnya.
Mandegari menyebut “bertanya” sebagai pelajaran pertama untuk menjadi seorang Muslim Syiah.
Ia menjelaskan, sebagian besar masalah hidup kita muncul ketika kita tidak merujuk kepada teladan Ahlul Bait as dalam menyelesaikan masalah-masalah hidup yang kita hadapi dengan bersandar kepada teladan tersebut.
Menurut Mandegari, jika Muslim Syiah ingin hidup tenang, aman dan sukses di dunia dan akhirat, mereka harus bersandar pada ajaran Ahlul Bait as dan sampai akhir hidupnya mengikuti teladan dan cara hidup keluarga suci ini.
Manusia, katanya, untuk melakukan semua pekerjaannya, membutuhkan makrifat agama.
“Allah Swt di malam-malam Lailatul Qadr mengampuni dosa-dosa kita di masa lalu, namun seluruh masalah kita tidak akan selesai hanya di malam Lailatul Qadr, tapi kita harus memperjelas tugas kita dan melangkah untuk meraih kedekatan pada Ilahi,” paparnya.
Khatib Haram Suci Razavi itu menilai pengenalan, mobilitas dan berkorban di jalan Ilahi adalah langkah terpenting untuk mencapai kedekatan pada Allah Swt.
(Astan-News/News-AQR/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email