Pesan Rahbar

Home » » Analisis: Agama Kristen Dalam Neraca Bagian 1

Analisis: Agama Kristen Dalam Neraca Bagian 1

Written By Unknown on Tuesday, 16 August 2016 | 09:58:00


1. Masa Kemunculan Nabi Isa

Nabi Isa As dilahirkan di sebuah belahan dunia yang baru saja mendapat pengaruh kekaisaran Romawi. Palestina, menjadi negeri terakhir yang ditaklukkan oleh bangsa Romawi. Pada masa itu, kaum Yahudi berada dalam situasi sulit di bawah penindasan bangsa asing. Tekanan pemerintahan Romawi, telah menyulitkan dan menyusahkan mereka.

Berbagai gerakan terus-menerus bermunculan di sekitar Palestina. Tetapi, tak jarang mengalami kekalahan fatal. Demikian pula dengan gerakan Nabi Isa As, pada awalnya tidak jauh berbeda dengan gerakan lainnya, mengalami kekalahan. Namun, pada akhirnya, para murid serta pengikutnya dengan gelora semangat membara dan kekuatan penuh dapat menyebarkan agamanya. Ajaran ini mampu menarik gerakan-gerakan yang tersisa dari ajaran sebelumnya.


2. Prediksi Kedatangan Nabi Isa

Di dunia ini, terdapat beberapa silsilah agama-agama. Misalnya saja, agama-agama Ibrahimi membentuk satu silsilah tertentu. Demikian pula, agama-agama di dataran India dan Cina, membentuk silsilah lainnya. Setiap agama paling akhir, mengklaim bahwa kedatangan dan kemunculannya telah diprediksikan dalam silsilah agama-agama sebelumnya.

Maka, jauh-jauh hari sebelumnya, kaum Kristiani berupaya keras mencari justifikasi dari berbagai teks tentang prediksi kemunculan Nabi Isa As dalam perjanjian lama, kitab suci Yahudi. Namun, nama Yesus maupun Isa sama sekali tidak ditemukan dalam kitab perjanjian lama. Untuk meloloskan tujuan tersebut, kaum Kristiani melakukan takwil. Sehingga, mereka dapat menghubungkan berbagai prediksi lainnya yang terdapat dalam kitab tersebut, dengan sosok Nabi Isa. Metode seperti ini, banyak ditemukan dalam Injil Matius. Dengan alasan itu pula, Injil Matius ditulis untuk memberikan petunjuk kepada kaum Yahudi.

Kaum Kristiani, banyak menghubungkan berbagai prediksi ini dengan penyaliban Nabi Isa As, dimana al-Qur’an tidak memandang demikian (Qs. an-Nisa:157).


3. Kisah Kehidupan Nabi Isa As

Para penganut agama-agama Ilahi, memperoleh ketenangan batin, berkat keyakinan keagamaan mereka terhadap keberadaan sejarah para utusan Tuhan. Namun, salah satu yang memprihatinkan para pemikir non agamis, terkait dengan keberadaan sejarah para Nabi As. Sejarawan terkenal Barat seperti Will Durant[1] misalnya, meragukan peristiwa 200 tahun keberadaan Yesus. Dalam bukunya, ia menulis, “Apakah benar Yesus itu ada? Apakah sejarah kehidupan pendiri agama Kristen yang diratapi dan mengharu biru para penganut agama ini sebenarnya hanyalah dongeng belaka, seperti berbagai dongeng tentang tuhan-tuhan terdahulu? Beberapa waktu yang lalu, kira-kira abad ke delapan belas, pembahasan tentang kemungkinan Yesus sebagai mitos secara khusus dikaji. Sekitar tahun 1790, seorang ilmuwan bernama Wolny dalam bukunya “Kemunduran imperium”, menggunakan basis skeptis sebagai perangkatnya. Ketika Napoleon Bonaparte bertemu dengan penulis ternama Jerman, Wyland sekitar tahun 1808 M, ia tidak menanyakan tentang politik maupun perang. Malah, mempertanyakan tentang historisitas atau dimensi kesejarahan (ada tidaknya dalam sejarah) Yesus, apakah ia mempercayainya ataukah tidak ?”[2]

Sebagaimana dituturkan Matius dan Lukas, Isa lahir di Bethelehem. Sebuah kota yang terletak sekitar delapan kilometer dari Yerusalem, yang kira-kira seribu tahunan sebelum Masehi (kelahiran Isa), lahir David (Daud) sang raja yang kemudian besar di tempat itu.

Tahun kelahiran Isa ditetapkan sebagai permulaan penanggalan tahun Masehi. Namun, sulit menetapkan kelahirannya secara jelas dan akurat. Kira-kira berkisar antara empat hingga delapan tahun sebelum permulaan penanggalan tahun masehi. Ibunya Maria yang juga dikenal dengan nama Maryam, calon istri tukang kayu dari kota Nazaret bernama Yusuf.

Peristiwa kelahiran Isa, terdapat pada permulaan injil Matius dan Lukas. Namun dalam injil Markus dan Yohanes, tidak diceritakan di Bethelehem, hanya menyebutkan di Nazaret saja ( Markus, 1:9, Yohanes, 1:44-45, Yohanes 7:42 ). Dalam Injil Matius, kita membaca, “(18) Kelahiran Yesus Kristus adalah seperti berikut: Pada waktu Maria, ibu-Nya, bertunangan dengan Yusuf, ternyata ia mengandung dari Roh Kudus, sebelum mereka hidup sebagai suami isteri. (19) Karena Yusuf suaminya, seorang yang tulus hati dan tidak mau mencemarkan nama isterinya di muka umum, ia bermaksud menceraikannya dengan diam-diam. (20) Tetapi ketika ia mempertimbangkan maksud itu, malaikat Tuhan nampak kepadanya dalam mimpi dan berkata: “Yusuf, anak Daud, janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai isterimu, sebab anak yang di dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus. (21) Ia akan melahirkan anak laki-laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka.” (22) Hal itu terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi: (23) “Sesungguhnya, anak dara itu akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki, dan mereka akan menamakan Dia Imanuel” –yang berarti: Allah menyertai kita. (24) Sesudah bangun dari tidurnya, Yusuf berbuat seperti yang diperintahkan malaikat Tuhan itu kepadanya. Ia mengambil Maria sebagai isterinya, (25) tetapi tidak bersetubuh dengan dia sampai ia melahirkan anaknya laki-laki dan Yusuf menamakan Dia Yesus.“ (Matius. 1:18-25)

Setelah kelahirannya, nama Josua yang bermakna ‘pemberi keselamatan dari sisi Tuhan’ dilekatkan pada beliau. Bangsa Yunani dan Romawi memanggilnya, ‘iesus’ maupun ‘Iesous’ yang dalam bahasa Arab dikenal dengan Isa.

Kondisi Isa pada permulaan usia baligh dan masa mudanya, tidak ditemukan dalam berbagai injil dan beragam riwayat. Sekitar usia tiga puluh tahunan, ia mendatangi Yahya untuk dibaptis. Diperkirakan setelah itu, beliau bertemu dengan sekte Isini dan mengenal kaum asketis.

Dalam beragam injil, disebutkan adanya saudara-saudari Isa. Menurut keyakinan kristen Katolik dan Ortodoks, Maryam tetap menjadi dara hingga akhir hayatnya. Maka, mustahil kiranya, Isa memiliki saudara dan saudari sebagaimana makna tekstual tersebut. Sebagai jalan keluar, mereka melakukan takwil terhadap teks tersebut. Namun, berbeda dengan kelompok tersebut, kalangan Kristen Protestan cenderung meyakini makna tekstual. Mereka membenarkan Isa lahir dari Maryam yang masih dara. Tetapi, setelah itu Maryam menikah dengan Yusuf tukang kayu dan menjalani kehidupan suami istri hingga dikaruniai anak. Dalam Injil Matius, sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, menegaskan peristiwa tersebut.

Al-Quran menjelaskan beberapa mukjizat nabi Isa ketika masih kanan-kanak, seperti berbicara fasih ketika masih bayi dan menghidupkan burung yang dibuat dari tanah liat. Peristiwa tersebut juga dituturkan dalam berbagai Injil Apocryphai.


4. Yahya, Sang Pembaptis

Tidak lama sebelum terpilihnya Isa sebagai nabi. Berdiri seorang nabi muda dan tumpuan bani Israil. Dialah Yahya bin Zakariya, nabi yang memberikan nasehat pada masyarakat di tanah Yahudi. Beliau bersabda pada masyarakat: “Bertobatlah, sebab Kerajaan Sorga sudah dekat!” (Matius 3:2, Markus 1:4, Lukas 3:3).

Menurut bani Israil, singgasana langit sebagaimana kerajaan Tuhan, menjadi cita-cita suci mereka. Dengan demikian, sebagaimana di jelaskan dalam berbagai injil pada beragam kesempatan, Yahya berperan sebagai pembaptis. Dalam dakwahnya, Ia mencapai kesuksesan yang menonjol dan memberikan pengaruh yang dalam bagi masyarakat hingga menembus semua lapisan. Berbagai kelompok menemuinya dan menyatakan pertaubatannya. Yahya pun membaptis mereka.

Secara bertahap, Yahya bangkit melawan rezim zalim Herodes Titrarkh. Tidak berapa lama, atas perintah raja zalim penguasa negeri Galilea ini, akhirnya kepala Yahya di penggal di dalam kurungan penjara. (Matius 14:1-12, Markus 6:14-29, Lukas 9:7-9).

Ketika nabi Isa mendengar kabar ditangkapnya Nabi Yahya, beliau meninggalkan kota kelahirannya Nazaret menuju kota Cafernaum yang berada dekat laut Galilea, “(23) Yesus pun berkeliling di seluruh Galilea; Ia mengajar dalam rumah-rumah ibadat dan memberitakan Injil Kerajaan Allah serta melenyapkan segala penyakit dan kelemahan di antara bangsa itu. (24) Maka tersiarlah berita tentang Dia di seluruh Siria dan dibawalah kepada-Nya semua orang yang buruk keadaannya, yang menderita pelbagai penyakit dan sengsara, yang kerasukan, yang sakit ayan dan yang lumpuh, lalu Yesus menyembuhkan mereka. (25) Maka orang banyak berbondong-bondong mengikuti Dia. Mereka datang dari Galilea dan dari Dekapolis, dari Yerusalem dan dari Yudea dan dari seberang Yordan.“ (Matius 4:23-25, Markus 1:14-15, Lukas 4:14-15)

Isa sebagaimana Yahya, sebelum diangkat menjadi nabi tidak memiliki kesulitan dengan masyarakat sedikit pun. Bahkan, dengan tangan terbuka mereka menerima kehadirannya. Kebanyakan dari masyarakat yang beriman padanya, menyakini bahwa beliau akan menjadi raja dari “kota Tuhan”.

Para pemuka kaum Yahudi menentang kehadiran Isa, karena ia dianggap oleh mereka tidak bisa memenuhi harapannya untuk kebangkitan “Mesiah yang menang”. Di sisi lain, kehadiran Isa bertentangan dengan prilaku mereka yang tidak sesuai norma-norma moral. Isa, sebagaimana Yahya yang terpilih, dalam berbagai dialog dengan lawan-lawannya menggunakan karakter baiknya sebagai nabi (Matius 21:23-27, Markus 11:27-33, Lukas 20:1-8).


5. Kebangkitan Yesus

Isa melanjutkan jejak langkah Yahya, sebagai pembawa berita besar menuju singgasana Tuhan. Beliau, menjadi pemimpin sekaligus guru bagi para muridnya. Ia juga memberikan nasehat di berbagai Sinagog kawasan terdekat. Menurut Lukas, Isa kembali ke Galilea dan di berbagai Sinagog menyampaikan nasehatnya, “Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang.” (Lukas. 4:18-19).

Ketika, Isa mencapai usia tiga puluh tahun. Ia, mulai menyampaikan kabar baik kepada masyarakat. Pengajarannya meliputi dua bagian, antara lain:
1. Bertaubat, yaitu meninggalkan dosa dan kembali kepada Tuhan;
2. Menerima perwalian Tuhan (kerajaan Tuhan) dalam kehidupan.

Isa, selain mengajarkan kedua nasehat hidup tersebut, juga melakukan beberapa hal sebagai berikut:
1. Menjalankan mukjizat seperti menyembuhkan orang yang sakit dengan izin Tuhan;
2. Berperang dengan setan dan antek-anteknya;
3. Atas nama Tuhan mengampuni dosa;
4. Menyampaikan belasungkawa kepada orang-orang yang sakit, buta dan yang berduka lainnya;
5. Duduk bersama orang-orang yang berdosa;
6. Menyampaikan kritik kepada para pembesar Yahudi dan para ulamanya;
7. Memprediksi sebuah bencana dunia dan Tuhan akan memberikan kemenangan;
8. Peletak pondasi berbagai kelompok yang dibentuk oleh murid-murid Isa yang mengikuti jalannya dan pesan beliau disampaikan kepada orang lain. Kelompok ini terdiri dari dua belas orang murid dan para rasul lainnya.


6. Isa Sang Revolusioner

Ketika mengkaji Injil-injil yang ada, dengan mudah kita bisa melihat Nabi Isa sebagai sosok revolusioner. Ia, senantiasa berusaha sekuat tenaga untuk memenangkan perlawanan menghadapi orang-orang zalim dan para penindas.

Kiranya tidak bisa dilupakan, tujuan beliau adalah “singgsana Tuhan” dan kematiannya sebagai penebus dosa umat manusia. Namun, jika dicermati lebih jauh, pandangan ini tidak paralel dengan Injil-Injil sendiri. Nampaknya, hanya tulisan Paulus saja yang seirama.

Di sini, akan dikemukakan beberapa contoh dari sikap revolusioner yang ditunjukkan Isa.

6.1. Pengaruh terhadap Formasi Musuh

Nabi Isa, beberapa kali meminta kepada para pengikutnya untuk menunjukkan kedekatan mereka secara terang-terangan di depan masyarakat. Namun tetap saja, dalam rute menuju tujuan tertinggi risalahnya, beliau mengijinkan salah seorang muridnya secara sembunyi-sembunyi bergabung dalam pertemuan para pembesar Yahudi (sanhedrin). Walaupun, tidak ada yang mengetahui apa sebetulnya peran murid tersebut dengan menunjukkan pengingkaran di tingkat permukaan terhadap nabi Isa. Namun, ia bisa melaporkan berbagai propaganda pertemuan kaum Yahudi dan penghianatan Yudas Iskariot kepada Isa.

Pada akhirnya, ketika Isa al-Masih, yang lahirnya ditangkap dan menjalani penyaliban, dalam kondisi diliputi ketakutan yang mencekam, seseorang mendatangi raja dan mengambil jasad lahir Isa. Kemudian, setelah memberikan penghormatan lalu dikebumikan. Para penulis Injil melukiskannya sebagai berikut, “Menjelang malam datanglah seorang kaya, orang Arimatea, yang bernama Yusuf dan yang telah menjadi murid Yesus juga (Matius. 27:57). Karena itu Yusuf, orang Arimatea, seorang anggota Majelis Besar yang terkemuka, yang juga menanti-nantikan Kerajaan Allah, memberanikan diri menghadap Pilatus dan meminta mayat Yesus. (Markus.15:43). Adalah seorang yang bernama Yusuf. Ia anggota Majelis Besar, dan seorang yang baik lagi benar. Ia tidak setuju dengan putusan dan tindakan Majelis itu. Ia berasal dari Arimatea, sebuah kota Yahudi dan ia menanti-nantikan Kerajaan Allah. (Lukas.23:50-51). Sesudah itu Yusuf dari Arimatea, ia murid Yesus, tetapi sembunyi-sembunyi karena takut kepada orang-orang Yahudi…. “(Yohanes. 19:38)

6.2. Baptis Dengan Darah

Nabi Isa dalam pembicaraannya yang menghanyutkan, terma suci baptis digunakan untuk menjelaskan cita-cita pengorbanan dijalan Tuhan, baptis dengan darah. Sebagaimana penuturan Markus, baptis bermakna kesyahidan (Markus. 10:38-39). Dalam berbagai Injil, bisa disaksikan adanya terma baptis dengan air, baptis dengan api dan ruh kudus. (Matius. 2:11, Markus. 1:8, Lukas. 3:16). Terma shibghah Allah dalam al-Quran (Qs. al-baqarah [2]:138) oleh sebagian mufasir, dipahami sebagai baptis ilahi. “(49) Aku datang untuk melemparkan api ke bumi dan betapakah Aku harapkan, api itu telah menyala! (50) Aku harus menerima baptisan, dan betapakah susahnya hati-Ku, sebelum hal itu berlangsung! (51) Kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk membawa damai di atas bumi? Bukan, kata-Ku kepadamu, bukan damai, melainkan pertentangan. Karena mulai dari sekarang akan ada pertentangan antara lima orang di dalam satu rumah, tiga melawan dua dan dua melawan tiga. (53) Mereka akan saling bertentangan, ayah melawan anaknya laki-laki dan anak laki-laki melawan ayahnya, ibu melawan anaknya perempuan, dan anak perempuan melawan ibunya, ibu mertua melawan menantunya perempuan dan menantu perempuan melawan ibu mertuanya.” (Lukas. 12:49-53) “

6.3. Salib Pengorbanan

Para pemeluk agama Kristen, menjadikan salib yang dikalungkan di leher mereka, sebagai simbol penyaliban nabi Isa di jalan penebusan dosa umat manusia. Padahal, Nabi Isa sendiri berulang kali menegaskan bahwa pengikut sejatinya, orang yang melepaskan salib dan mengikuti jejak beliau. Dari sini, diketahui bahwa pengalungan simbol salib kembali pada masa kehidupan Isa. Maka, hal tersebut tidak bisa menjadi simbol penyaliban beliau.

Sejatinya, tradisi ini dijadikan sebagai “penyangkalan diri” dan kesediaan diri untuk berkorban di jalan Tuhan hingga tetesan darah terakhir. Sebagaimana ditunjukkan oleh masyarakat Iran dalam peristiwa monumental demontrasi revolusi Islam. Inilah sebuah bukti kesediaan berkorban, mencapai kesyahidan di jalan Tuhan. Hal senada dilakukan oleh seorang penyair Ahlul Bait As, Da’bal ibn Ali Khaza’i. Walaupun kondisi fisiknya cacat akibat penganiayaan musuh, dengan suara lantang berucap:
Lima puluh tahun hidupku menanti tiang gantungan
Tiada seorang pun mampu mengalungkan tali gantungan[3]

Lukas dan Matius dalam Injil, menyuarakan kembali seruan Isa, “(25) Pada suatu kali banyak orang berduyun-duyun mengikuti Yesus dalam perjalanan-Nya. Sambil berpaling Ia berkata kepada mereka: (26) “Jikalau seorang datang kepada-Ku dan ia tidak membenci bapanya, ibunya, isterinya, anak-anaknya, saudara-saudaranya laki-laki atau perempuan, bahkan nyawanya sendiri, ia tidak dapat menjadi murid-Ku. (27) Barangsiapa memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak dapat menjadi murid-Ku. (Lukas.14:25-27). (34) Lalu Yesus memanggil orang banyak dan murid-murid-Nya dan berkata kepada mereka: “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, tidak memikul salibnya dan mengikut Aku. (35) Karena siapa yang mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku dan karena Injil, ia akan menyelamatkannya. (Markus.8:34-35, Matius. 10:37-39, 16:24-26, Lukas. 9:23-25) “

6.4. Pedang Menempati Keselamatan

Di kalangan masyarakat umum, terdapat konsep yang keliru tentang nabi Isa al-Masih, Yesus Kristus sang juru selamat. Untuk meluruskan pandangan keliru tersebut, Nabi Isa dengan jelas dan tegas menyerukan risalahnya, “(34) Jangan kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk membawa damai di atas bumi; Aku datang bukan untuk membawa damai, melainkan pedang. (35) Sebab Aku datang untuk memisahkan orang dari ayahnya, anak perempuan dari ibunya, menantu perempuan dari ibu mertuanya, (36) dan musuh orang ialah orang-orang seisi rumahnya.“ (Matius. 34-36)

6.5. Seruan Mengangkat Senjata

Ketika penangkapan nabi Isa begitu dekat dan ditetapkan secara pasti maka, siapapun yang bersamanya dianggap sebagai pemberontak. Untuk mempertahankan diri di akhir hayatnya, Isa mengajak pengikut beliau melakukan perlawanan bersenjata. Namun, tidak ada bantuan dan pembelaan sedikit pun dari para pengikutnya. Lukas merekam peristiwa tersebut dalam Injilnya sebagai berikut, “(36) Jawab mereka: “Suatu pun tidak.” Kata-Nya kepada mereka: “Tetapi sekarang ini, siapa yang mempunyai pundi-pundi, hendaklah ia membawanya, demikian juga yang mempunyai bekal; dan siapa yang tidak mempunyainya hendaklah ia menjual jubahnya dan membeli pedang. (37) Sebab Aku berkata kepada kamu, bahwa nas Kitab Suci ini harus digenapi pada-Ku: Ia akan terhitung di antara pemberontak-pemberontak. Sebab apa yang tertulis tentang Aku sedang digenapi.” (38) Kata mereka: “Tuhan, ini dua pedang.” Jawab-Nya: “Sudah cukup.” (Lukas.22: 36-38)

Nampak dari sini, terdapat konsep keliru yang dipahami pengikut Isa terhadap Isa sang juru selamat, Yesus Kristus. Mereka tidak merasakan adanya mara bahaya yang mengancam Isa. Bahkan, perintah Isa untuk membeli pedang pun tidak ditanggapi serius.

Ketika beberapa orang mengangkat pedang melakukan perlawanan, mereka pun turut mengangkat senjatanya masing-masing. Namun, karena tidak adanya kesiapan sebelumnya, menggunakan pedang dalam keadaan kondisi sulit tidak memberikan manfaat yang cukup berarti. Oleh karena itu, nabi Isa pada kondisi demikian melarang berbagai aktivitas tersebut[4], “(51) Tetapi seorang dari mereka yang menyertai Yesus (Simon Petrus) mengulurkan tangannya, menghunus pedangnya dan menetakkannya kepada hamba Imam Besar sehingga putus telinganya. (52) Maka kata Yesus kepadanya: “Masukkan pedang itu kembali ke dalam sarungnya, sebab barangsiapa menggunakan pedang, akan binasa oleh pedang.” (Matius 26:51-52, Markus 14:47, Lukas 22:50-51, Yohanes 18:10-11)

6.6. Penghinaan Terhadap Raja

Atas kekejaman dan penganiyaan Herodes terhadap nabi Yahya, nabi Isa menamai raja negeri Galilea itu sebagai ‘serigala’. Lukas mengisahkan peristiwa tersebut, “(31) Pada waktu itu datanglah beberapa orang Farisi dan berkata kepada Yesus: “Pergilah, tinggalkanlah tempat ini, karena Herodes hendak membunuh Engkau.” (32) Jawab Yesus kepada mereka: “Pergilah dan katakanlah kepada si serigala itu: Aku mengusir setan dan menyembuhkan orang, pada hari ini dan besok, dan pada hari yang ketiga Aku akan selesai. (33) Tetapi hari ini dan besok dan lusa Aku harus meneruskan perjalanan-Ku, sebab tidaklah semestinya seorang nabi dibunuh kalau tidak di Yerusalem.“ (Lukas. 13: 31-33)

Demikianlah sikap Isa terhadap raja negeri Galilea yang zalim itu. Namun setelah kepergian beliau, Paulus, malah bertindak sebaliknya. Ia menganjurkan untuk taat kepada penguasa. Hal ini, sebagaimana dijelaskan dalam risalah rasul paulus kepada bangsa Romawi, “(1) Tiap-tiap orang harus takluk kepada pemerintah yang di atasnya, sebab tidak ada pemerintah, yang tidak berasal dari Allah; dan pemerintah-pemerintah yang ada, ditetapkan oleh Allah. (2) Sebab itu barangsiapa melawan pemerintah, ia melawan ketetapan Allah dan siapa yang melakukannya, akan mendatangkan hukuman atas dirinya. (3) Sebab jika seorang berbuat baik, ia tidak usah takut kepada pemerintah, hanya jika ia berbuat jahat. Maukah kamu hidup tanpa takut terhadap pemerintah? Perbuatlah apa yang baik dan kamu akan beroleh pujian dari padanya. (4) Karena pemerintah adalah hamba Allah untuk kebaikanmu. Tetapi jika engkau berbuat jahat, takutlah akan dia, karena tidak percuma pemerintah menyandang pedang. Pemerintah adalah hamba Allah untuk membalaskan murka Allah atas mereka yang berbuat jahat. (5) Sebab itu perlu kita menaklukkan diri, bukan saja oleh karena kemurkaan Allah, tetapi juga oleh karena suara hati kita. (6) Itulah juga sebabnya maka kamu membayar pajak. Karena mereka yang mengurus hal itu adalah pelayan-pelayan Allah. (7) Bayarlah kepada semua orang apa yang harus kamu bayar: pajak kepada orang yang berhak menerima pajak, cukai kepada orang yang berhak menerima cukai; rasa takut kepada orang yang berhak menerima rasa takut dan hormat kepada orang yang berhak menerima hormat.” (Roma. 13:1-7)

6.7. Tuhan dan Kaisar

Dalam Injil disebutkan tentang “urusan kaisar diserahkan kepada kaisar dan urusan Tuhan kepada Tuhan”. Di sini, terdapat dua hal penting. Pertama, redaksi kalimat tersebut dalam Injil berbunyi sebagai berikut, ” ….berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah!” Kedua, perkataan ini tidak mengandung signifikansi apa pun. Karena, ketika Nabi Isa berbicara, ia bersandar pada berbagai persyaratan, “(20) Ahli-ahli Taurat dan imam-imam kepala mengamat-amati Yesus. Mereka menyuruh kepada-Nya mata-mata yang berlaku seolah-olah orang jujur, supaya mereka dapat menjerat-Nya dengan suatu pertanyaan dan menyerahkan-Nya kepada wewenang dan kuasa wali negeri. (21) Orang-orang itu mengajukan pertanyaan ini kepada-Nya: “Guru, kami tahu, bahwa segala perkataan dan pengajaran-Mu benar dan Engkau tidak mencari muka, melainkan dengan jujur mengajar jalan Allah. (22) Apakah kami diperbolehkan membayar pajak kepada Kaisar atau tidak?” (23) Tetapi Yesus mengetahui maksud mereka yang licik itu, lalu berkata kepada mereka: (24) “Tunjukkanlah kepada-Ku suatu dinar; gambar dan tulisan siapakah ada padanya?” Jawab mereka: “Gambar dan tulisan Kaisar.” (25) Lalu kata Yesus kepada mereka: “Kalau begitu berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah!” (26) Dan mereka tidak dapat menjerat Dia dalam perkataan-Nya di depan orang banyak. Mereka heran akan jawab-Nya itu dan mereka diam.” (Lukas.20:20-26, Matius. 22:15-22, Markus. 12:13-17)

6.8. Menentang Para Pencinta Dunia

Nabi Isa sangat menentang para pemimpin agama yang arogan dan egois, riya serta cinta dunia. Inilah sikap yang mengakibatkan munculnya berbagai propaganda melawan Isa. Sebagian dari perkataan tersebut diceritakan oleh Matius dan Lukas, “(13) Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, karena kamu menutup pintu-pintu Kerajaan Sorga di depan orang. Sebab kamu sendiri tidak masuk dan kamu merintangi mereka yang berusaha untuk masuk. (14) (Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu menelan rumah janda-janda sedang kamu mengelabui mata orang dengan doa yang panjang-panjang. Sebab itu kamu pasti akan menerima hukuman yang lebih berat.) (15) Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu mengarungi lautan dan menjelajah daratan, untuk mentobatkan satu orang saja menjadi penganut agamamu dan sesudah ia bertobat, kamu menjadikan dia orang neraka, yang dua kali lebih jahat dari pada kamu sendiri. (29) Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu membangun makam nabi-nabi dan memperindah tugu orang-orang saleh (30) dan berkata: Jika kami hidup di zaman nenek moyang kita, tentulah kami tidak ikut dengan mereka dalam pembunuhan nabi-nabi itu. (31) Tetapi dengan demikian kamu bersaksi terhadap diri kamu sendiri, bahwa kamu adalah keturunan pembunuh nabi-nabi itu. (32) Jadi, penuhilah juga takaran nenek moyangmu! (33) Hai kamu ular-ular, hai kamu keturunan ular beludak! Bagaimanakah mungkin kamu dapat meluputkan diri dari hukuman neraka? ” (Matius. 23:1-36, Lukas. 11:39-54).

6.9. Unjuk kekuatan

Nabi Isa bersabda, “(27) Sebab Anak Manusia akan datang dalam kemuliaan Bapa-Nya diiringi malaikat-malaikat-Nya; pada waktu itu Ia akan membalas setiap orang menurut perbuatannya. (28) Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya di antara orang yang hadir di sini ada yang tidak akan mati sebelum mereka melihat anak manusia datang sebagai Raja dalam Kerajaan-Nya.” (Matius. 16:27-28, Markus. 9:1, Lukas. 9:26-27)

Isa menjalani kehidupannya ditengah riuh sambutan meriah para penanti kerajaan langit, ia menunggangi keledai memasuki kota suci. Salah satu slogan yang berkumandang saat itu: “Selamat, wahai raja bani Israil yang datang atas nama Tuhan”, “(39) Beberapa orang Farisi yang turut dengan orang banyak itu berkata kepada Yesus: “Guru, tegorlah murid-murid-Mu itu.” (40) Jawab-Nya: “Aku berkata kepadamu: Jika mereka ini diam, maka batu ini akan berteriak.” (Lukas.19:39-40)

Dengan mulia dan agung, Isa memasuki tempat ibadah yang telah dibersihkan terlebih dahulu dari segala jenis transaksi jual beli. Barangkali, masyarakat mengira Isa yang mereka nantikan, menunggangi kuda dan menggulingkan kekuasaan raja yang zalim. Namun, dalam kondisi yang tidak memungkinkan ketika itu, Isa hanya menunggangi keledai dan memasuki rumah ibadah. “Ia membalikkan meja-meja penukar uang dan bangku-bangku pedagang merpati” (Matius. 21:12, Markus. 11, Lukas. 19, Yohanes. 12).

Pada dasarnya, nabi Isa dengan pekerjaan yang dilakukannya tengah menguji bani Israil. Setelah menyaksikan penolakan tegas orang-orang Farisi terhadap perbaikan yang dilakukan Isa, nampaknya persyaratan untuk melakukan revolusi tidak memadai. Oleh karena itu, beliau menghadap kota suci lalu bersabda, “(37) Yerusalem, Yerusalem, engkau yang membunuh nabi-nabi dan melempari dengan batu orang-orang yang diutus kepadamu! Berkali-kali Aku rindu mengumpulkan anak-anakmu, sama seperti induk ayam mengumpulkan anak-anaknya di bawah sayapnya, tetapi kamu tidak mau. (38) Lihatlah rumahmu ini akan ditinggalkan dan menjadi sunyi. (39) Dan Aku berkata kepadamu: Mulai sekarang kamu tidak akan melihat Aku lagi, hingga kamu berkata: Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan !” (Matius. 33:37-39, Lukas. 13:34-35)

6.10. Penyempurnaan Taurat

Nabi Isa berdiri di atas gunung menyampaikan risalahnya, seraya bersabda, “(17) “Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya. (18) Karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titikpun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi. (19) Karena itu siapa yang meniadakan salah satu perintah hukum Taurat sekalipun yang paling kecil, dan mengajarkannya demikian kepada orang lain, ia akan menduduki tempat yang paling rendah di dalam Kerajaan Sorga; tetapi siapa yang melakukan dan mengajarkan segala perintah-perintah hukum Taurat, ia akan menduduki tempat yang tinggi di dalam Kerajaan Sorga. (38) Kamu telah mendengar firman: Mata ganti mata dan gigi ganti gigi. (39) Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapapun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu.“ (Matius. 5:17-48)

Bagi sebagian orang, teks tersebut dipahami sebagai penyerahan diri di hadapan para penindas. Selain itu, hal tersebut juga bermakna menerima kezaliman mereka. Namun, bisa dikatakan bahwa perkataan ini hanyalah pesan moral yang melampaui batas, dengan hanya menunjukan maaf dan ampunan yang bersifat personal. Berbagai perintah seperti itu yang bersandar pada prinsip sabar dan maaf kepada orang yang bersalah, memberi salam kepada orang yang tidak beradab, berlapang dada dengan berbagai ketidaksesuaian nilai. Semua itu, terdapat dalam al-Quran dan hadits serta sirah aulia ilahi sebagi buktinya.[5]

Imam Ali bin Abi Thalib As ketika menyebutkan takwa sebagai sifat terpuji manusia, mengatakan bahwa “Ketika seseorang bersalah padanya, ia memberikan maaf”.[6] Sebagaimana Amirul Mukminin As, dalam suratnya kepada Imam Hasan al-Mujtaba As ”Janganlah perintah ini diletakkan di luar fungsinya, ataupun diterapkan kepada orang yang tidak layak”.[7] Dalam riwayat lain, kita membaca riwayat dari Imam Jafar Shadiq As dengan redaksi yang tidak jauh berbeda, berkaitan dengan pukulan musuh kepada nabi Isa As.[8]

Dalam Injil, kita membaca, “(21) Kemudian datanglah Petrus dan berkata kepada Yesus: “Tuhan, sampai berapa kali aku harus mengampuni saudaraku jika ia berbuat dosa terhadap aku? Sampai tujuh kali?” (22) Yesus berkata kepadanya: “Bukan! Aku berkata kepadamu: Bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali. [70×7] (Matius.18:21-22, Lukas. 17:3-4)

Menurut Yohanes, ketika nabi Isa ditangkap, salah seorang musuh memukulnya. Kemudian Isa protes dan berkata: ”Mengapa kamu memukulku ?” (Yohanes. 18:22-23)

Demikian halnya, ketika nabi Isa As memberikan nasehat untuk tidak menghadang bala bencana. Para murid dan pengikutnya, menempatkan nasehat ini sebagai urusan pribadi dan mempertahankan diri di hadapan orang-orang zalim. (Penjelasan tentang berbagai perlawanan ini dijelaskan dalam kisah para rasul). Mereka berdoa kepada Tuhan, agar bisa menghadapi para raja dan musuh-musuhnya, “(24) ……..”Ya Tuhan, Engkaulah yang menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya. (25) Dan oleh Roh Kudus dengan perantaraan hamba-Mu Daud, bapa kami, Engkau telah berfirman: Mengapa rusuh bangsa-bangsa, mengapa suku-suku bangsa mereka-reka perkara yang sia-sia? (26) Raja-raja dunia bersiap-siap dan para pembesar berkumpul untuk melawan Tuhan dan Yang Diurapi-Nya. (27) Sebab sesungguhnya telah berkumpul di dalam kota ini Herodes dan Pontius Pilatus beserta bangsa-bangsa dan suku-suku bangsa Israel melawan Yesus, Hamba-Mu yang kudus, yang Engkau urapi, (28) untuk melaksanakan segala sesuatu yang telah Engkau tentukan dari semula oleh kuasa dan kehendak-Mu. (29) Dan sekarang, ya Tuhan, lihatlah bagaimana mereka mengancam kami dan berikanlah kepada hamba-hamba-Mu keberanian untuk memberitakan firman-Mu.“ (Kisah Para Rasul. 4:24-29)

Ketika para pembesar Yahudi melihat pengajaran nabi Isa As akan mengganggu kepentingannya, mereka mulai melancarkan berbagai cara untuk membunuh beliau. Salah satu murid Isa bernama Yudas Iskariot melakukan penghianatan. Saat itu, Isa dituduh melakukan tindakan subversi melawan pemerintahan imperialis Romawi. Ia dibawa oleh para pengawal Roma.

Berdasarkan catatan Injil, Isa pada malam terakhir hidupnya menikmati jamuan terakhir dengan murid-muridnya. Setelah itu, para pengawal Roma menangkap dan menghukumnya. Di tempat itu pula Isa dibunuh.

Berdasarkan pengajaran Injil, Isa As disalib kemudian dikuburkan. Setelah tiga hari, Tuhan menyelamatkannya dari kematian. Ia beberapa kali hadir dihadapan para muridnya, kemudian diangkat ke langit.

Pada hari suci Pantekosta, ruh kudus termanifestasi dalam diri para rasul. Kemudian, terbentuklah komunitas yang mengemban risalah Isa dan mereka mengamalkannya.


7. Para Rasul

Nabi Isa As pada permulaan gerakannya, mengangkat pengikut untuk membantu dakwahnya. Peristiwa ini, dijelaskan dalam akhir surah as-shaf dan dalam berbagai Injil kita membaca, “(18) Dan ketika Yesus sedang berjalan menyusur danau Galilea, Ia melihat dua orang bersaudara, yaitu Simon yang disebut Petrus, dan Andreas, saudaranya. Mereka sedang menebarkan jala di danau, sebab mereka penjala ikan. (19) Yesus berkata kepada mereka: “Mari, ikutlah Aku, dan kamu akan Kujadikan penjala manusia.” (20) Lalu mereka pun segera meninggalkan jalanya dan mengikuti Dia.“ (Matius. 4:18-20, Markus. 1:16-18)

Para pengikut tersebut, pada umumnya merupakan murid-murid nabi Isa As. Beliau mengangkat dua belas orang dari mereka yang dinamainya “rasul”. (Lukas. 6:13). Al-Quran menyebut para rasul nabi Isa As dengan nama “hawariyun”, yang dalam bahasa habasyi dengan makna demikan. Menurutnya, ketika para pemenang yang berada di singgasana keagungan, mereka pun duduk di atas dua belas kursi. Berdasarkan dua belas ketentuan itu pula, bani Israil menetapkannya. (Matius. 19-28).

Nama dua belas orang rasul nabi Isa As, dalam Injil (Matius. 10:2-4, Markus. 3:16-19, Lukas. 6:14-16, Kisah Para Rasul. 1:13) sebagai berikut:
1. Petrus (Simon)
2. Andreas (Saudara Petrus)
3. Yakobus (putra Zebedeus)
4. Yohanes (Saudara Yakobus)
5. Filipus
6. Bartolomeus
7. Tomas
8. Matius
9. Yakobus (putra Alfeus)
10. Tadeus (Menurut Lukas; Yudas saudara Yakobus)
11. Simon Zelot
12. Yudas Iskariot

Menurut Injil, Isa As telah memprediksi semua rasulnya yang akan menyeleweng. Ketika ia ditangkap, mereka meninggalkannya. Bahkan, sebelumnya Yudas Iskariot mendatangi para pembesar Yahudi, ia menyatakan kesediaannya membantu penangkapan Isa. Untuk maksud tersebut, Yudas menunjukan di mana Isa, dengan balasan sejumlah uang dari mereka. Setelah Isa tiada, akhirnya dipilih seseorang bernama “Matias” menggantikan Yudas Iskariot, sehingga kedua belas orang rasul pun kembali lengkap. (Kisa Para Rasul. 1:15-26).

Simon merupakan rasul terbesar dari para rasul tersebut. Ia di beri nama “Petrus” yang bermakna batu besar, sebagai founding father dari gereja, ialah peletak dasar terbentuknya Jemaat Kristen, “(18) Dan Aku pun berkata kepadamu: “Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya. (19) Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga. Apa yang kauikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kau lepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga.” (Matius. 16:18-19, Yohanes. 21:15-19)

Yohanes sejak kanak-kanak telah menjadi Rasul. (Yohanes. 13:23-25, 21:20) Menurut keyakinan para pemeluk Kristen, Injil ditulisnya pada usia tua, sekitar kurun pertama masehi. Matius sang rasul pun menulis dalam salah satu injil tersebut. Demikian halnya dengan sebagian dari perjanjian baru dinisbatkan kepada Petrus, Yohanes dan rasul lainnya. Beberapa Injil, dan risalah Apocryphai di nisbatkan kepada para rasul, dan sebagian jemaat Kristen, keberadaan gereja dinisbatkan pada para rasul tersebut.

Walaupun nabi Isa mengangkat Petrus sebagai pengganti beliau, namun, rasul lainnya bernama “Paulus” secara praktis dan aplikatif mendapatkan tempat yang lebih baik, sebagai arsitek kristen masa kini. Lalu siapakah Paulus? Tokoh ini, pada awalnya bernama “Shaul” yang berasal dari bahasa Ibrani. Kemudian dalam bahasa Yunani, pelapalannya menjadi “Saulus”. Setelah menerima agama kristen, namanya berubah menjadi “Paulus” yang merupakan terjemahan bahasa Yunani terma “Shaul” yang berarti “kecil”.

Pada awalnya, Paulus merupakan penganut agama Yahudi yang begitu panatik. Selain itu, ia juga berkebangsaan Roma. Setelah Nabi Isa As tiada, Paulus sibuk melakukan penyiksaan terhadap para pemeluk agama Kristen. Bahkan untuk menangkap para pengikut Isa, ia pergi dari kota suci menuju Damsyik. Namun di tengah jalan, ia melihat cahaya Isa dan dengan perintahnya menjadi pemeluk agama Kristen. (Kisah Para Rasul. 9:1-31).

Paulus dengan semangat yang membara diiringi rasa gembira, memulai penyebaran agama Kristen dengan susah payah. Berbekal risalah yang didapatkan dari Isa, ia pergi ke berbagai daerah dan melakukan perjalanan menyebarkan agama Kristen hingga mencapai areal pantai Mediterania. Ia juga menulis berbagai risalah untuk masyarakat daerah tersebut, kemudian diserahkan kepada mereka. Sebagian risalah ini, terdapat dalam perjanjian baru.

Berbagai pemikiran baru Paulus, menimbulkan kontroversi dikalangan para rasul. Bahkan ia terlibat perdebatan dengan Petrus dan para rasul lainnya. Dalam kitab kisah para rasul dan risalahnya kepada Galatia, Paulus mengekspresikan perasaannya. “Tetapi waktu Petrus datang ke Antiokhia, aku berterang-terang menentangnya, sebab ia salah.” (Galatia. 2:11).

Ketika menghitung berbagai keutamaan dan pengorbanan dirinya di jalan penyebaran agama Kristen, Paulus menyebut “saudara-saudara pembohong” yang ditujukan pada para rasul yang menentang pemikirannya, “(22) Apakah mereka orang Ibrani? Aku juga orang Ibrani! Apakah mereka orang Israel? Aku juga orang Israel. Apakah mereka keturunan Abraham? Aku juga keturunan Abraham! (23) Apakah mereka pelayan Kristus? -aku berkata seperti orang gila- aku lebih lagi! Aku lebih banyak berjerih lelah; lebih sering di dalam penjara; didera di luar batas; kerap kali dalam bahaya maut. (24) Lima kali aku disesah orang Yahudi, setiap kali empat puluh kurang satu pukulan, (25) tiga kali aku didera, satu kali aku dilempari dengan batu, tiga kali mengalami karam kapal, sehari semalam aku terkatung-katung di tengah laut. (26) Dalam perjalananku aku sering diancam bahaya banjir dan bahaya penyamun, bahaya dari pihak orang-orang Yahudi dan dari pihak orang-orang bukan Yahudi; bahaya di kota, bahaya di padang gurun, bahaya di tengah laut, dan bahaya dari pihak saudara-saudara palsu. (27) Aku banyak berjerih lelah dan bekerja berat; kerap kali aku tidak tidur; aku lapar dan dahaga; kerap kali aku berpuasa, kedinginan dan tanpa pakaian, (28) dan, dengan tidak menyebut banyak hal lain lagi, urusanku sehari-hari, yaitu untuk memelihara semua jemaat-jemaat. (29) Jika ada orang merasa lemah, tidakkah aku turut merasa lemah? Jika ada orang tersandung, tidakkah hatiku hancur oleh duka cita? (30) Jika aku harus bermegah, maka aku akan bermegah atas kelemahanku. (31) Allah, yaitu Bapa dari Yesus, Tuhan kita, yang terpuji sampai selama-lamanya, tahu, bahwa aku tidak berdusta. (32) Di Damsyik wali negeri raja Aretas menyuruh pengawal kota orang-orang Damsyik untuk menangkap aku. (33) Tetapi dalam sebuah keranjang aku diturunkan dari sebuah tingkap ke luar tembok kota dan dengan demikian aku terluput dari tangannya.” (Korintus II. 11:22-33)

Paulus, sekitar tahun 64 hingga 65 Masehi dikebumikan di kota Roma. Menurut para penganut Kristen, para rasul seperti Petrus dan Paulus menebus kematian dengan kesyahidan. Makam Petrus di perbukitan Vatikan yang terletak di kota Roma, sebuah tempat yang sangat penting hingga saat ini sebagai pusat kristen Katolik dunia. Gereja “Saint Peter” beserta Istana dan taman yang berada di sekitarnya, menjadi peninggalan seni nan indah dunia.

Dalam berbagai buku sejarah, secara khusus tidak ditemukan pembahasan yang terperinci tentang para rasul tersebut.


8. Pendirian Gereja

Dalam keempat Injil, secara terpisah dijelaskan tentang biografi dan sejumlah perkataan Nabi Isa As. Namun upaya penting mereka, berkaitan dengan penyampaian pesan beliau. Demikian halnya dengan cerita penyaliban Isa, yang terdapat pada keempat Injil tersebut. Menurut Injil-injil itu, Isa merupakan seorang zuhud yang telah mempersiapkan berbagai program, untuk memperbaiki kondisi masyarakat Palestina yang tertutup dan tua ketika itu. Beliau pun, bekerja keras dalam mewujudkannya. Walau pun kemudian, usaha tersebut tidak mengalami keberhasilan yang cukup berarti. Namun dengan didirikannya gereja, berarti terbentuknya jemaat Kristen yang dibangun dari beberapa orang murid Isa sendiri. Setelah Isa As tiada hingga beberapa masa yang cukup panjang, sedikit demi sedikit agama yang dinisbatkan pada Isa ini, mendapat tempat di hati masyarakat. Di mata para sejarawan, peran sentral dimainkan Paulus setelah ia memeluk agama Kristen, namun orang-orang Kristen sendiri, memandang ruh kudus memegang peran utama.

Jemaat Kristen yang dideskripsikan dalam kitab perjanjian baru, disebut “gereja para rasul”. Adapun maksudnya, sebagai generasi pertama dari pemeluk agama Kristen, jemaat para rasul. komunitas ini, kira-kira terpaut 30 hingga 100 tahun jaraknya. Yaitu, antara hari suci Pantekosta hingga terakhir penulisan alkitab. Dalam Injil, jemaat pertama Kristen dikisahkan sebagai berikut, “(42) Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan. Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa. (43) Maka ketakutanlah mereka semua, sedang rasul-rasul itu mengadakan banyak mukjizat dan tanda. (44) Dan semua orang yang telah menjadi percaya tetap bersatu, dan segala kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama, (45) dan selalu ada dari mereka yang menjual harta miliknya, lalu membagi-bagikannya kepada semua orang sesuai dengan keperluan masing-masing. (46) Dengan bertekun dan dengan sehati mereka berkumpul tiap-tiap hari dalam Bait Allah. Mereka memecahkan roti di rumah masing-masing secara bergilir dan makan bersama-sama dengan gembira dan dengan tulus hati, (47) Sambil memuji Allah. Dan mereka disukai semua orang. Dan tiap-tiap hari Tuhan menambah jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan.” (Kisah Para Rasul 2:42-47)


9. Alkitab

Alkitab, sebagai kitab suci bagi orang-orang Kristen, terdiri dua bagian yaitu: Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Alasan dari penamaan ini berangkat dari keyakinan yang dianut Kristen, tentang dua janji antara Tuhan dan manusia. Janji pertama, melalui para nabi sebelum Nabi Isa al-Masih. Pada perjanjian ini, keselamatan ditempuh melalui jalan janji, ancaman, aturan dan syariat. Sedangkan perjanjian baru, melalui Isa al-Masih sebagai inkarnasi Tuhan. Dalam Perjanjian Baru, keselamatan diperoleh melalui cinta. Menurut keyakinan mereka, Tuhan putra termanifestasi dalam wujud manusia, dosa-dosa manusia terhapus dengan perantara Dia menjalani berbagai siksaan penyaliban, sebagai penebus dosa-dosa. Sampai demikian ini, sejarah mencatat bahwa keyakinan yang sangat jauh dari akal dan logika ini, menjadi fondasi agama kristen. Di dalam Injil Yohanes kita menemukannya, “(16) Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. (17) Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia.” (Yohanes. 3:16-17)

Pada dasarnya, perjanjian lama merupakan kitab langit agama Yahudi yang juga dihormati sebagai kitab suci oleh orang-orang Kristen, bahkan diletakkan pada permulaan Alkitab.

Perjanjian Baru ditulis dalam bahasa Yunani. Empat Injil terdapat dalam permulaan Perjanjian Baru. Terma “Injil” dalam bahasa Yunani bermakna kabar gembira: ”Kabar gembira menuju kerajaan langit atau perjanjian baru”. Seluruh Perjanjin Baru, diterima oleh semua penganut agama Kristen dan Apocrypha tidak ada di antara mereka. Walaupun dalam kitab-kitab Apocrypha Perjanjian Baru, lebih dari Apocrypha Perjanjian Lama. Namun dalam dua atau tiga kurun pertama masehi, lama-kelamaan orang-orang Kristen menyepakati Perjanjian Baru.

Berbagai terjemahan Alkitab yang melimpah, dilakukan ke berbagai bahasa. Untuk tujuan ini, beragam lembaga dibentuk khusus menerbitkan dan menyebarkan Alkitab ke seluruh penjuru dunia. Salah satu di antaranya, lembaga Alkitab yang didirikan di London pada tahun 1804 M. Lembaga ini memiliki beberapa cabang di segala penjuru dunia.[9]

Seluruh kitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, terdiri dari 66 kitab yaitu 39 berkenaan dengan kitab perjanjian lama. Sedangkan, 27 kitab lainnya berdasarkan tema terdiri dari empat bagian, antara lain:
1. Injil-injil
2. Kisah para rasul
3. Surat para rasul
4. Vision ( Mukasyafah )

9.1. Injil-Injil

Terdapat banyak kelompok dari para pengikut nabi Isa As yang menuliskan sejarah hidup beliau. Lama-kelamaan, empat Injil dari beragam Injil tersebut dikenal meluas yang kemudian secara resmi disebut Injil-injil. Beragam Injil lainnya ditinggalkan.[10]

Para penulis Injil pertama dan keempat merupakan hawariyun. Sedangkan penulis kedua dan ketiga disebut sebagai hawariyun hawariyun.

Di antara tiga Injil pertama, terdapat keselarasan, sehingga sering disebut sebagai Injil-injil seirama.

Injil-injil tersebut terdiri dari empat, antara lain :
1. Injil Matius (perjalanan hidup dan kabar baik al-Masih yang telah diprediksi kedatangannya dalam perjanjian lama);
2. Injil Markus (perjalanan hidup dan kabar baik tertua dan terpendek tentang al-Masih);
3. Injil Lukas (perjalanan hidup dan kabar baik tentang al-Masih yang bersandar pada pembahasan partikular);
4. Injil Yohanes (perjalanan hidup dan kabar baik tentang al-Masih yang paling mutakhir dengan bersandar pada sosok al-Masih, yang bukan manusia biasa).

9.2. Kisah Para Rasul

Pada kurun pertama, terdapat banyak kitab yang membahas tentang perjalanan hidup para rasul agama Kristen ini. Namun, hanya satu saja yang secara resmi di kenal luas. Pembahasan tentang hal ini, hanya berkaitan dengan satu kitab bernama, ”Kisah para rasul” yang ditulis oleh Lukas. Penulis ketiga Injil tersebut, menceritakan kondisi hidup para rasul, kecuali Paulus yang tidak dijelaskan di dalamnya.

9.3. Surat Para Rasul

Sebagian dari para rasul Kristen, menulis beberapa surat baik kepada individu maupun kelompok masyarakat. Surat tersebut, lama-kelamaan menjadi penting, hingga akhirnya dicantumkan dalam perjanjian baru. Tiga belas surat dari Paulus, berkisar tentang bimbingan, klaim dan perdebatan yang ditulisnya sendiri. Adapun penulis surat keempat belas tidak begitu jelas siapa penulisnya. Penulis surat kelima belas seseorang bernama Yakobus, yang melancarkan kritik terhadap pemikiran Paulus. Surat selanjutnya ditulis oleh dua orang hawariyun bernama Petrus dan Yohanes. Sedangkan surat terakhir ditulis oleh Yudas.

Seluruh surat dalam Alkitab yang terdiri dari 21 surat tersebut, meliputi antara lain:
1. Risalah rasul Paulus kepada orang-orang Roma;
2. Risalah pertama rasul Paulus kepada orang-orang Korintus;
3. Risalah kedua rasul Paulus kepada orang-orang Korintus;
4. Risalah rasul Paulus kepada orang-orang Galatia;
5. Risalah rasul Paulus kepada orang-orang Afesus;
6. Risalah rasul Paulus kepada orang-orang Filipus;
7. Risalah rasul Paulus kepada orang-orang Kolose;
8. Risalah pertama rasul Paulus kepada orang-orang Tesalonika;
9. Risalah kedua rasul Paulus kepada orang-orang Tesalonika;
10. Risalah pertama rasul Paulus kepada Timotius;
11. Risalah kedua rasul Paulus kepada Timotius;
12. Risalah rasul Paulus kepada Titus;
13. Risalah rasul Paulus kepada Pilemon;
14. Risalah untuk orang-orang Ibrani (Surat rasul Paulus atau yang lainnya kepada kaum Yahudi);
15. Risalah rasul Yakobus (untuk jemaat Kristen umum);
16. Risalah pertama rasul Petrus (untuk jemaat Kristen umum);
17. Risalah kedua rasul Petrus (untuk jemaat Kristen umum);
18. Risalah pertama rasul Yohanes (untuk jemaat Kristen umum);
19. Risalah kedua rasul Yohanes (untuk jemaat Kristen umum);
20. Risalah ketiga rasul Yohanes (untuk jemaat Kristen umum);
21. Risalah Yudas (untuk jemaat Kristen umum).

9.4. Vision (Mukasyafah)

Sebelum kedatangan Isa al-Masih, berbagai mukasyafah di antara para penganut agama Yahudi, menjadi peristiwa yang tidak asing bagi mereka. Salah satu contoh di antaranya, kitab Daniel yang direkam dalam perjanjian lama. Tidak ketinggalan, para penganut Kristen pun menulis kitab mukasyafah. Sebagian dari kitab-kitab Yahudi, masih dipergunakan dengan berbagai penyesuaian, yang seirama dengan ajaran kristen.

Sebagaimana diyakini penganut Kristen, Yohanes yang merupakan hawariyun Isa termuda menuliskan penyaksiannya. Kitab tersebut, memberi harapan cerah bagi kemajuan agama Kristen. Peristiwa tersebut terdapat pada akhir perjanjian baru yang diceritakan dalam kitab, ”penyaksian rasul Yohanes”.


10. Validitas Kitab Suci

Dalam tulisan ini, validitas kitab suci ditinjau dari tiga perspektif antara lain:
· Pandangan gereja
· Pandangan cendikia non agamis
· Pandangan kaum muslimin

10.1. Pandangan Gereja

Seluruh penganut agama Kristen, menyepakati dengan berbagai penyebutan bahwa Alkitab (perjanjian lama dan perjanjian baru) sebagai kitab langit yang layak dihormati. Berbagai terma yang terdapat dalam Alkitab seperti Tuhan dan wahyu, biasa dijumpai. Pemikir kontemporer, Thomas Michael menuturkan, “Para penganut agama Kristen meyakini bahwa Tuhan menulis Alkitab melalui tangan manusia. Berdasarkan pandangan ini, Alkitab terdiri dari penulis Ilahi dan penulis manusia. Dengan kata lain, jemaat Kristen meyakini bahwa Tuhan mewujudkan Alkitab melalui ilham ruh kudus. Dengan tujuan tersebut, para penulis dari manusia ini terpilih. Dalam penulisannya, mereka dibimbing, sehingga hanya menulis sesuai kehendak-Nya”. Dalam hal ini, kaum muslimin meyakini bahwa pandangan Islam berbeda dengan Kristen. Menurut kalangan Kristen, Tuhan merupakan penulis akhir Alkitab. Walaupun demikian, tindakan ini dilakukan oleh manusia yang dipilih sebagai pesuruh-Nya. Para penulis Alkitab, hidup dalam situasi dan kondisi yang berbeda-beda dengan warna zamannya sendiri. Demikian halnya dengan para penulis ini, seperti manusia biasa lainnya terbentur dengan keterbatasan bahasa dan kesempitan ilmu. Pada prinsipnya kalangan Kristen tidak mengatakan bahwa Alkitab didiktekan langsung oleh Tuhan kepada para penulisnya. Namun, mereka meyakini bahwa Ia menyampaikan ilham kepada manusia dengan cara spesifiknya, dibarengi dengan tata cara penulisan khusus kepada masing-masing.”[11]

Kalangan Yahudi dan Kristen meyakini bahwa Taurat ditulis sendiri oleh Nabi Musa As. Demikian juga dengan kitab setiap nabi lainnya. Perjanjian Lama ditulis sendiri oleh para nabi tersebut, yang namanya masing-masing sebagai judul dari kitab tersebut. Penganut Kristen, meyakini bahwa keempat Injil mereka, ditulis setelah selang beberapa tahun semenjak ketiadaan Nabi Isa As. Menurut klaim mereka, pada permulaan, agama Kristen hanya menjadikan kitab Perjanjian Lama sebagai kitab Tuhan. Tetapi lama-kelamaan, kitab Perjanjian Baru mendapatkan justifikasi Ilahi di kalangan Kristen.

Seluruh penganut agama Kristen selamanya dan di mana pun, meyakini bahwa Injil-injil kini merupakan biografi dan perkataan Nabi Isa yang ditulis oleh Matius, Markus, Lukas dan Yohanes. Dalam permulaan injilnya, Yohanes menceritakan, “(1) Teofilus yang mulia, Banyak orang telah berusaha menyusun suatu berita tentang peristiwa-peristiwa yang telah terjadi di antara kita, (2) seperti yang disampaikan kepada kita oleh mereka, yang dari semula adalah saksi mata dan pelayan Firman. (3) Karena itu, setelah aku menyelidiki segala peristiwa itu dengan seksama dari asal mulanya, aku mengambil keputusan untuk membukukannya dengan teratur bagimu.“ ( Lukas. 1:1-3 )

Pandangan ini menarik, karena Injil-injil kini, hanyalah menghimpun perkataan dan kehidupan Nabi Isa. Tidak ada sedikit pun pengetahuan dan hikmah yang berasal dari cahaya wahyu. Berbeda dengan taurat kini, selain menceritakan kehidupan dan perkataan Nabi Musa As, juga memuat wahyu.

Jelas kiranya, berdasarkan teks al-Quran, Injil sejati diturunkan kepada nabi Isa As (Qs. Ali-Imran: 65, al-Maidah: 46-47, Maryam: 30, al-Hadid: 27 ), dan kitab tersebut tidak ada kaitannya dengan Injil-injil kini.

Sejarah mencatat berbagai bukti yang menunjukan bahwa kalangan Kristen tidak meyakini Nabi Isa As memiliki kitab. Dalam Injil –Injil, hanya mengutarakan kehidupan dan perkataan beliau. Berkaitan dengan hal ini, Michael Thomas menulis bahwa sebelum penulisan Injil-injil, terdapat tradisi oral. Isa menurut kalangan Kristen, sekitar tahun ketiga puluh Masehi tiada. Barang siapa yang mengikutinya, mengenalnya, mendengar dan melihat perilakunya, mereka menyimpan berbagai kesan tersebut di dalam ingatannya. Ketika pemuka Kristen generasi pertama berkumpul untuk beribadah, berbagai kesan tersebut mereka ungkapkan kembali. Lama kelamaan bermacam-macam kumpulan kesan tersebut, menemukan bentuk khusus dan ketebalannya mengalami penambahan.

Nabi Isa As yang tidak memiliki kitab, pada umumnya tidak dijelaskan. Karena bagi mereka, hal ini menjadi aksioma. Bahkan keberadaan kitab bagi Isa, tidak pernah muncul di benak seorang penganut Kristen sekalipun. Namun sedikit banyak, ketika bersentuhan dengan keyakinan kaum muslimin, masalah tersebut dibahas. Mereka mengingkari keyakinan tersebut. Thomas Michael menuturkan bahwa para penganut Kristen selamanya tidak pernah mengatakan bahwa Isa membawa kitab bernama Injil. Dibawanya wahyu, sebagaimana yang diyakini kaum Muslimin terhadap al-Quran dan Nabi Islam, dalam Kristen tidak memiliki tempat. Kalangan kristen meyakini bahwa Isa sebagai “inkarnasi wahyu Tuhan”. Menurut mereka, Isa bukan penyampai pesan, tetapi pesan itu sendiri. Oleh karena itu, kalangan Kristen tidak mengharapkan Isa menuliskannya atau didiktekan melalui murid-muridnya.

Kini, jelas kiranya bagi kalangan Kristen, Isa sebagai inkarnasi kalimat maupun pesan Tuhan. Menurut pandangan mereka, Injil-injil tersebut merupakan jerih payah murid-muridnya, yang diperoleh melalui ilham dari iman mereka terhadap almasih. Konsepsi iman ini, disampaikan dalam komunitas para pengikutnya. Setiap Injil dari keempatnya, menyampaikan kesaksian yang berbeda dan khusus tentang almasih. Dalam persoalan partikular, antara satu dengan yang lainnya sangat berbeda. Semua menyepakati bahwa identitas almasih dan kuiditas pesan Ilahi melalui perantaraan beliau, sampai kepada para pengikutnya. Dari sini, seorang penganut Kristen, tidak bersedia hanya mengambil sebuah Injil dan melupakan yang lainnya; karena keimanan mereka berdiri di atas pengajaran tersebut. Menurut keyakinan mereka, meninggalkan salah satu injil merupakan kerusakan iman.

Masalah ini, menjadi perbedaan mendasar antara kaum muslimin dengan Kristen. Kalangan kristen hanya meyakini empat injil, tidak kurang dan tidak lebih. Mereka menetapkan hanya empat Injil saja yang benar, bukan yang lainnya; karena jemaat Kristen pertama, berada di sisi Tuhan. Jelas kiranya bahwa iman orang-orang Kristen, berdiri di atas keimanan kepada para rasul dan murid-murid Isa. Sebagaimana yang telah disampaikan, jemaat Kristen pertama meyakini bahwa ruh Tuhan sebagai petunjuk bagi komunitas mereka (gereja).

Dari masalah ini, kita memahami bahwa Tuhan telah menentukan takdirnya dalam tiga puluh tahun (30-60 M), ketika Injil tertulis tidak ada. Tetapi, perkataan dan perbuatan Isa secara lisan dinukil, masyarakat diberi petunjuk. Inilah ruh kudus yang melalui jalan ilham, membimbing para penulis Injil untuk menuliskan kitab ini dan memasukan pilihan kata dan perbuatan Isa yang melimpah. Menurut pandangan teologis Kristen, salah satu perintah ruh kudus kepada para penulis Injil, mereka menyampaikan segala kehendak Tuhan melalui kehidupan, kematian dan keselamatan Isa sebagai petunjuk bagi masyarakat. Pada akhirnya, jemaat Kristen pertama yang dibimbing ruh kudus, diterima di antara berbagai tulisan Kristen yang tidak ternilai dan mencapai 27 kitab. Termasuk di dalamnya keempat Injil, yang dengan ilham Ilahi, mereka menuliskannya. Berbagai tulisan ini, dinamakan sebagai perjanjian baru. Sepanjang jaman, telah menjadi mata air keimanan bagi penganut Kristen.

Pemahaman Kristen terhadap hubungan antara Alkitab dan wahyu, sangat jauh berbeda dengan pemahaman Islam tentang masalah tersebut. Kaum muslimin, merupakan umat yang terwujud di bawah pengajaran al-Quran. Mereka meyakini bahwa Tuhan mengutus nabi dan mewahyukan al-Quran kepadanya, lalu terwujudlah umat Islam. Tetapi, kalangan Kristen meyakini bahwa jemaat Kristen terwujud dari ruh kudus, iman khusus dan kitab-kitab, sebagai wahyu Tuhan yang berbicara dalam diri Isa. Dengan jalan ini, jemaat menerima keberadaan kitab-kitab suci Kristen yang seluruhnya terdiri dari 46 kitab perjanjian lama Yahudi dan 27 kitab perjanjian baru, tidak lain dari itu.

Kesepakatan tentang berbagai Alkitab ini, diperoleh melalui konsensus. Nampaknya konsensus tersebut, begitu cepat didapatkan dan list pertama Alkitab disiapkan antara tahun 150 M hingga 200 M. Setelah melewati beberapa kurun, akhirnya gereja secara resmi mengumumkan kitab apa saja yang menjadi kitab suci (Sebagaimana dilakukan oleh konsul Terint pada tahun 1546 M). Namun, pada ketetapan mutakhir tentang Alkitab, tidak menghasilkan keputusan baru, kecuali hanya menegaskan kembali keyakinan Kristen dari yang sudah ditetapkan sebelumnya.

Keyakinan ahli kitab, tentang kitab suci langit sebagaimana dituturkan al-Quran, “Dan mereka tidak menghormati Allah dengan penghormatan yang semestinya di kala mereka berkata, ”Allah tidak menurunkan sesuatu pun kepada manusia,” Katakanlah, ”Siapakah yang menurunkan kitab (Taurat) yang dibawa oleh Musa sebagai cahaya dan petunjuk bagi manusia, kamu jadikan kitab itu lembaran-lembaran kertas yang tercerai-berai, kamu perlihatkan (sebagiannya) kamu sembunyikan sebagian besarnya, padahal telah diajarkan padamu apa yang kamu dan bapak-bapak kamu tidak mengetahui(nya)? ”katakanlah, “Allahlah (yang menurunkannya),” kemudian (sesudah kamu menyampaikan al-Quran kepada mereka) biarkanlah mereka bermain-main dalam kesesatannya.” (Qs. al-An’am:91).

Tafsir Nemune, menjelaskan ayat di atas dengan mencantumkan pula pandangan ahli kitab tentang Taurat dan Injil.

10.2. Pandangan Cendikia Non Agamis

Di sini, tampak berbagai ilmu pengetahuan kini, terputus relasinya dengan berbagai agama. Keyakinan terhadap metafisika pun tidak mendapatkan tempat dalam beberapa disiplin ilmu seperti sejarah, sosiologi, dan arkeologi. Para pemikir meyakini bahwa Alkitab hanyalah literatur klasik yang terwujud karena tangan manusia. Mereka meyakini hubungan antara pencipta dengan manusia keluar dari konsepsi ilmiah. Meraka pun mengatakan bahwa mukjizat tidak bisa dibuktikan dengan pengetahuan. Dari sini, mereka meragukan konsepsi keagaamaan. Bahkan, ekstensi para nabi pun tidak luput dari gugatannya. (Barangkali karena mereka tidak disebutkan dalam referensi sejarah secara mandiri).

Para intelektual non agama ini menyebutkan bahwa kitab perjanjian lama berusia sekitar 2500 tahun. Sedangkan kitab perjanjian baru, sejarahnya dekat dengan tradisi gereja, sekitar 1900 tahunan.

10.3. Pandangan Kaum Muslimin

Salah satu perdebatan di ranah teologi antara Islam dan Kristen, seputar distorsi kitab suci. Al-Quran dalam puluhan ayat membicarakan turunnya Taurat dan Injil (bukan Injil-injil).

Kaum Muslimin sejak awal hingga saat ini, meyakini bahwa Taurat dan Injil yang diturunkan Tuhan mengalami distorsi. Di antaranya terjadi pengurangan mengenai prediksi kedatangan Rasulullah Saw pada kitab tersebut. Maupun adanya penambahan tentang inkarnasi Tuhan.

Ahli kitab, mengingkari distorsi yang dikemukakan tentang kitab sucinya, bahkan mereka begitu geram terhadap tuduhan ini. Dengan bersandar pada beberapa literatur tulisan tangan yang telah berusia sekitar 2000 tahunan bagi perjajian lama dan tulisan tangan berusia 1600 tahunan perjanjian baru yang berada di museum dan perpustakaan-perpustakaan penting dunia. Mereka, balik bertanya di mana letak distorsi yang terjadi pada Taurat dan Injil ? Kapan, di mana dan apa motif pendistorsian tersebut? Para ulama dan peneliti Islam, memberikan jawaban. Yang nampaknya masih berdiri di atas prinsip turunnya Taurat dan Injil. Bagi kalangan Kristen, Keyakinan ini, tidak dikenal dan terasa asing bagi mereka bahwa nabi Isa memiliki kitab suci.

Dengan merujuk pada Taurat dan Injil-injil, mudah diketahui bahwa kitab suci tersebut tidak seperti al-Qur’an, karena lebih mirip sebuah buku sejarah. Dalam keempat Injil, kita tidak menemukan satu redaksi pun yang dinisbatkan pada wahyu. Perkataan hikmah dalam Injil-injil hanya dinisbatkan pada sosok Isa, yang sebenarnya merupakan hadits-hadits beliau. Kitab tersebut, ditulis agar judul “Injil” dihapus dari lembarannya dan ketika menjadi bahan kajian kaum Muslimin, benak kita selamanya tidak tertuju kepada Injil yang jelas.

Kalangan Kristen sendiri, mengetahui bahwa kitab-kitab tersebut ditulis oleh manusia. Namun, berdasarkan standar teologisnya sendiri diberi nilai Ilahi. Mereka mengatakan kepada kaum muslimin, tidak ada kitab suci melebihi ini. Maka sebelum segala sesuatu, mereka telah berhati-hati, sebagaimana pepatah terkenal, “jangan menjadi lebih katolik dari Paus !”. Kenyatannya, ketika keempat Injilnya ditangan kaum Muslimin dan menghendaki penerimaan kaum muslimin, kaum Kristen, tidak mengatakan bahwa kitab ini dari nabi Isa As. Tetapi sebagaimana kita saksikan, mereka, secara natural meyakini, bahwa kitab tersebut ditulis setelah beliau tiada dan disusun untuk menyampaikan risalah. Dalam Islam, al-Quran yang diturunkan kepada Rasulullah Saw. Sedangkan dalam Kristen, keempat Injil nabi Isa As.


11. Al-Quran dan Problem Distorsi Kitab Suci

Barangkali, problem distorsi Taurat dan Injil, terdapat dalam al-Quran. Namun, bisa dikatakan bahwa al-Quran al-Karim tidak mengupasnya secara transparan. Adapun ayat yang biasa digunakan sebagai teks sandaran dalam menunjukan distorsi taurat dan Injil sebagai berikut:

Ayat pertama, “Apakah kamu masih mengharapkan mereka akan percaya padamu, padahal segolongan dari mereka mendengar firman Allah, lalu mereka mengubahnya setelah memahaminya.” ( Qs. al-baqarah: 75 )

Ayat kedua, “Sesungguhnya di antara mereka ada segolongan yang memutar-mutar lidahnya membaca alkitab, supaya kamu menyangka yang dibacanya itu sebagian dari alkitab, padahal ia bukan dari alkitab dan mereka mengatakan “Ia (yang dibaca itu datang) dari sisi Allah”, padahal ia bukan dari sisi Allah. Mereka berkata dusta terhadap Allah, padahal mereka mengetahui.” (Qs. Ali Imran: 78)

Ayat ketiga, “Sebagian dari orang-orang Yahudi, mereka mengubah perkataan dari tempatnya. Mereka berkata, Kami mendengar, tetapi kami tidak menurutinya.” Dan (mereka mengatakan pula), ”Ra’ina” dengan memutar-mutar lidahnya dan mencela agama. Sekiranya mereka mengatakan “kami mendengar dan patuh, dan dengarlah dan perhatikan kami”, tentulah itu lebih baik bagi mereka dan lebih tepat, akan tetapi Allah mengutuk mereka, karena kekafirannya. Mereka tidak beriman kecuali iman yang sangat tipis.” (Qs. an-Nisa:46).

Ayat keempat, “(Tetapi) karena mereka melanggar janjinya, Kami kutuk mereka, dan Kami jadikan hati mereka keras membatu. Mereka suka mengubah perkataan (Allah) dari tempat-tempatnya, dan mereka (sengaja) melupakan sebagian dari apa yang mereka telah diperingatkan dengannya, dan kamu (Muhammad) senantiasa akan melihat pengkhianatan dari mereka kecuali sedikit di atara mereka (yang tidak berkhianat), maka maafkanlah mereka dan biarkanlah mereka, sesunguhnya Allah menyukai oarang-oarang yang berbuat baik.” (Qs. al-Maidah:13, ayat sejenis, al-Maidah:41).

Sebelum menarik pandangan global dari beberapa ayat di atas, ada titik penting yang perlu dipahami dalam ayat tersebut, tindakan distorsi dinisbatkan pada kaum Yahudi dan hanya berkaitan dengan Taurat. Tetapi, sangat sulit kiranya mengatakan kepada kaum Kristen bahwa kaum Yahudi telah mendistorsi kitab Injil kalian.

Nampaknya, al-Qur’an tidak berbicara langsung tentang distorsi kitab-kitab kaum Yahudi dan Kristen, sebab:
Pertama, dari ayat-ayat di atas, tidak satupun ayat yang mengatakan bahwa Taurat dan Injil mengalami distorsi. Tetapi sebagaimana kita saksikan dalam sebuah terma, ungkapan “kalam Allah”, dimana menurut mayoritas para mufasir redaksi kalimat ini diisyaratkan kepada perilaku orang-orang Yahudi terdahulu di zaman Nabi Musa As, yang tidak ada kaitannya dengan pendistorsian Taurat dan Injil setelah diangkatnya muhammad Saw sebagai rasul Allah. Barangkali ayat tersebut juga berkaitan dengan perilaku buruk orang-orang Yahudi masa awal Islam terhadap kalam Allah. Al-Qur’an mengingatkan prilaku orang yang mendengar ayat al-Qur’an, namun, ketika menyampaikan kepada yang lain, mereka mendistorsi ayat tersebut supaya validitas al-Qur’an gugur dengan sendirinya di mata mereka.

Dalam tiga kategori terdapat terma “kalim”, yang akan dijelaskan dengan bantuan ayat 46 surat an-Nisa pada pembahasan selanjutnya.

Kedua, distorsi yang terjadi dalam ayat-ayat yang disebutkan dalam bentuk ungkapan perkataan dan pendengaran.

Dikatakan bahwa al-Qur’an mengupas tiga ayat dari distorsi kalim. Contoh-contoh dari terma yang terdistorsi disertai forma benarnya terdapat dalam ayat 46 surat an-Nisa sebagai berikut:
1) Kalimat “sami’nâ wa ‘ashainâ” menggantikan kalimat “sami’nâ wa atha’nâ”. Sebagian kaum Yahudi menyelewengkan kalimat tersebut dengan menggunakan terma Ibrani a’înû yang berarti “ kami akan lakukan”, sambil mengejek dengan terma “a’shaina” yang berarti “kami mengingkarinya”.
2) “Isma’ ghaira musma’ mengantikan kalimat “isma’ ‘”.
3) “Râ’inâ” menggantikan kalimat “Unzhurnâ”[12]. Râi’ dalam bahasa Ibrani bermakna perbuatan buruk, sedangkan “râ’ina” bermakna “perbuatan buruk kami”.

Bermain kata-kata dan memporakporandakannya dengan tujuan khusus, merupakan kebiasaan jelek orang-orang Yahudi. Dan sangat banyak contoh-contoh yang bisa disajikan tentang hal tersebut yang terdapat dalam kitab Talmud. Demikian halnya, sebagaimana yang dinukil sebagian kitab-kitab sejarah, sebagian kaum Yahudi ketika mengucapkan salam kepada Rasulullah Saw, mereka mengatakan “assâm alaikum, yang berarti “kematian untukmu”. Beliau menjawab,”alaikum”.

Kita mengetahui bahwa al-Qur’an tidak secara langsung mengatakan bahwa Taurat dan Injil terdistorsi. Tetapi, membicarakan masalah distorsi perkataaan kalim. Distorsi ini juga terjadi dalam percakapan sehari-hari yang tidak ada kaitannya dengan Taurat dan Injil. Distorsi yang dimaksud merupakan tahapan perkataan dan pendengaran, tidak muncul pada tataran penulisan. Ayat tahrif tidak berkaitan dengan Taurat dan Injil kini, dan tentang hal itu kita harus menilai dan menghukuminya dengan tidak menggunakan ayat-ayat ini.

Referensi:
1. William James Durant (1885-1981), seorang American historian. Salah satu karyanya The Story of Philosophy (1926), dan karya paling monumentalnya The Story of Civilization, edisi pertama buku ini diterbitkan pada tahun 1935 (Pent.)
2. The Story of Civilization, terjemah Farsi Jilid 3 hal. 26. Lebih jauh tentang pembahasan ini lihat Archbald, Yesus: Mythos or History? terjemah Farsi Husein Taufiqi, Qom, Markaz Mutahalaat va Tahqiqat Adiyan va Mazahib, 1378 Hs.
3. Abdullah Ibn al-Mutaz, Thabaqat Syuara hal 125
4. Sebagaimana Rasulullah Saw juga pernah melarang kaum muslimin ketika di Mekah al-Mukaramah. Karena saat itu situasi dan kondisi tidak memungkinkan.
5. Sebagai contoh lihat Qs. An-Nahl:126-127, al-Mukminin:96, al-Furqan:63, Fushilat:34-36
6. Nahjul balaghah, Khotbah 194.
7. Nahjul balaghah, surat 31.
8. Bihar al-Anwar jilid 14 hal. 287, Redaksi teks Injil ini, pada periode Nabi Isa as. menyampaikan risalahnya dan di akhir buku Tuhaf al-uqul yang disusun oleh Hasan Ibn Syubah, dikutip dengan tanpa perubahan.
9. Salah satu cabang lembaga alkitab yang di Iran disebut anjuman kitab-e Mukadas, terdapat di Teheran tepatnya dijalan 30 Tir disamping gereja Injili. Setelah beberapa lama melakukan aktivitasnya, berdasarkan keputusan Republik Islam Iran pada tahun 1368 Hs ditutup. Dalam perpektif fiqh Islam, menyebarluaskan keyakinan Kristen seperti trinitas -yang batil dalam Islam- terhadap masyarakat Islam tidak diperkenankan. Namun, keyakinan tersebut terbuka dan sangat bebas bagi penganut Kristen sendiri. Dialog para pemikir Islam dan Kristen sangat dianjurkan. Alkitab dalam berbagai cetakan, terdapat di berbagai perpustakaan dalam negeri.
10. Injil Barnabas, walaupun mendapat perhatian dari kaum Muslimin dan menjelaskan berbagai prediksi tentang kedatangan Nabi Muhammad Saw sang penutup para nabi. Di mata kaum Kristiani, kitab ini tidak valid, bahkan mereka meyakini kitab tersebut hanya dibuat-buat saja. Nama Injil Barnabas, terdapat dalam catatan Paus Galasius pertama, sebelum diangkatnya Muhammad Saw sebagai Utusan Tuhan. Demikian pula, risalah Barnabas di berada tengah kaum Kristen yang juga dihormati mereka. Namun risalah bernabas yang meraka maksudkan berbeda dengan Injil Barnabas tersebut.
11. Michael, Thomas, Christian Theology, edisi farsi Kalam Masihi, terjemah Husein taufiqi, Qom: Markaz Muthalaat adyan va Mazhaib, 1377 hal 26.
12. Bertolak belakang dengan keyakinan yang dianut kaum muslimin terhadap Rasulullah saw. tentang al-Quran.
13. Kalam Masihi, hal 43-44.
14. Perjanjian lama menurut kalangan peganut Kristen Protestan terdiri dari 39 kitab. Mereka tidak mengakui 7 kitab Apocrypha.
15. Kalam Masihi, hal 51-49.
16. Seperti keimanan semu mereka, ketika pagi mengungkapkan keislamannya. Namun, menjelang malam kembali menjadi pemeluk Yahudi. Hal itu dilakukan untuk melemahkan keimanan kaum Muslimin (Qs. ali-Imran:72).
17. Qs. Al-Baqarah:104

(Wisdoms4all/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: