Pesan Rahbar

Home » » Keragaman Agama di Indonesia Pasca Suharto

Keragaman Agama di Indonesia Pasca Suharto

Written By Unknown on Tuesday, 16 August 2016 | 09:37:00


Total penduduk Indonesia sekitar 238 juta orang, menurut sensus 2010. Negara kepulauan ini terdiri lebih dari 17.000 pulau yang jadi rumah bagi 1000 kelompok bahasa, sebagian besar berbasis etnis. Sekira 88 persen mengindentifikasi diri sebagai Muslim, 9,3 persen Kristen, 1,8 persen Hindu, 0,6 persen Buddha, dan sisanya penganut pelbagai agama lebih kecil. Sementara ada ragam mengagumkan di antara mereka yang beridentitas Muslim, tidaklah mengejutkan bila Islam sebagai pokok rujukan kunci dalam diskusi politik dan sosial di Indonesia.

Etnisitas juga faktor penting dan etnis bertautan erat dengan agama. Ragam kelompok etnis mempraktikkan ragam agama. Misalnya, etnis Jawa dan Sunda, dua kelompok etnis terbesar di Indonesia, sebagian besar Muslim Sunni; Melayu dan Madura, kelompok etnis terbesar ketiga dan keempat, juga kebanyakan Muslim Sunni; Batak, kelompok etnis terbesar kelima, mayoritas Kristen.

10 Kelompok Etnis Terbesar Penduduk Indonesia: Sensus 2000 
 
Ethnic Group Number (million) Percentage
Jawa 83,8 juta 41,7
Sunda 30,9 juta 15,4
Melayu 6,9 juta 3,5
Madura 6,7 juta 3,4
Batak 6,0 juta 3,0
Minangkabau 5,5 juta 2,7
Betawi 5,0 juta 2,5
Bugis 5,0 juta 2,5
Banten 4,1 juta 2,0
Banjar 3,5 juta 1,7

Sumber: Leo Suryadinata, Evi N. Arifin, Aris Ananta, Indonesia’s Population: Ethnicity and Religion in a Changing Political Landscape (Singapore: ISEAS, 2003)

Jawa dan Sunda, sebagian besar tinggal di bagian timur dan barat Pulau Jawa, mencapai 57 persen dari penduduk Indonesia. Konsentrasi populasi ini membuat Jawa sebagai episentrum pengaruh dan kekuatan politik Indonesia.


Muslim Sunni dan Kelompok Sunni

Indonesia memiliki penduduk Muslim terbesar dari negara manapun di dunia. Menurut Pew Research Center, sekira 13 persen Muslim dunia tinggal di Indonesia. Pada dasawarsa terakhir, jumlah Muslim dalam takaran persentase dari seluruh penduduk Indonesia relatif statis. Menurut sensus 1971, ada 103,6 juta Muslim di Indonesia, sekitar 87,5 persen dari total 118 juta penduduk Indonesia. Pada 2010, ada 209 juta Muslim atau sekira 88 persen dari total 238 juta penduduk Indonesia.

Nyaris semua Muslim Indonesia adalah Sunni, cabang Islam terbesar di dunia. Tak ada sensus resmi berapa jumlah penganut Sunni atau Syiah, atau penganut lain di Indonesia. Muslim Sunni di Indonesia mewakili beragam organisasi yang terpecah berdasar spektrum politik. Beberapa organisasi berkembang secara lokal, lainnya punya jalinan internasional yang kuat. Aliran ultra-konservatif Islam Sunni di Indonesia dipengaruhi paham salafisme dan Wahhabisme. Salafisme adalah gerakan ultra-puritan yang bertujuan mempraktikkan Islam sebagaimana Nabi Muhammad, sahabatnya dan tiga generasi Muslim pertama. Wahhabi meyakini Islam memberikan panduan lengkap yang komprehensif untuk politik serta keyakinan, dan mereka memandang lawannya sebagai kafir. 

Dua organisasi Muslim Sunni lokal terbesar di Indonesia adalah Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU).

Muhammadiyah, berdiri pada 1912 di Yogyakarta, ialah gerakan Muslim reformis, mendirikan sekolah dan rumahsakit dan bekerja memurnikan ajaran Islam dari praktik pengaruh pra-Islam, Hindu atau Buddha. Ia organisasi Muslim terbesar kedua di Indonesia. 

Nahdlatul Ulama adalah organisasi Sunni yang berdiri pada 1926 di Jombang, Jawa Timur. Dalam bahasa Arab, artinya “kebangkitan ulama,” perkumpulan tokoh Muslimberpengaruh. Ia menjalankan ribuan pesantren, kebanyakan di Jawa, dengan lingkup nasional. NU juga mengakomodasi ratusan organisasi tarekat (sufi) di bawah payungnya, memberi perlindungan dari kelompok yang melabelinya sesat. NU mengklaim memiliki 40-45 juta anggota, menjadikannya organisasi Muslim terbesar di Indonesia.

Muhammadiyah dan NU punya pendekatan inkonsisten terhadap minoritas agama. Di satu sisi, individu-individu terkemuka kedua organisasi berupaya menentang langkah-langkah diskriminatif terhadap minoritas agama. Pada 2008, sekelompok individu berusaha mencegah pemerintah agar tak mengeluarkan surat keputusan bersama anti-Ahmadiyah, dengan menandatangani sebuah petisi yang dipublikasikan di harian Kompas. Pada 2009, beberapa pemohon mengajukan judical review ke Mahkamah Konstitusi untuk mencabut penetapan presiden tentang penodaan agama.

Di sisi lain, organisasi NU dan Muhammadiyah tak secara resmi menentang SKB anti-Ahmadiyah 2008. Kendati keduanya secara resmi menentang penggunaan kekerasan terhadap Ahmadiyah, kebungkaman mereka pada SKB punya gaung pengaruh pada proses berikutnya. Di Jawa Timur, NU menganjurkan larangan terhadap Islam Syiah. Dan NU serta Muhammadiyah juga punya perwakilan di Majelis Ulama Indonesia yang konservatif, yang memberi nasihat kepada pemerintah mengenai kebijakan tentang agama. Beberapa pemukanya menandatangani fatwa MUI untuk melarang Ahmadiyah.

Pada ujung spektrum lain, terdapat beragam kelompok Muslim konservatif, termasuk Front Pembela Islam (FPI), yang memakai atribusi Islam untuk berupaya membenarkan sejumlah tindakan pengerusakan terhadap bar, klub, tempat bilyar dan gereja-gereja Kristen serta masjid Ahmadiyah. Ketuanya, Rizieq Shihab, dan komandan milisi, Munarman, pernah dipenjara 18 bulan atas serangan elemen FPI terhadap pertemuan lintas-agama di Jakarta pada 2008.

Sejarahnya, FPI berhubungan dekat dengan beberapa perwira polisi dan militer Angkatan Darat. Menurut dokumen yang bocor, pejabat intelijen Indonesia pada 2006 berkata kepada pegawai Kedutaan AS bahwa polisi Indonesia memandang FPI bermanfaat sebagai “anjing penjaga,” alat berguna untuk tameng pasukan keamanan dari kritikan atas pelanggaran hak asasi manusia, sementara mendanai FPI sudah “tradisi” polisi dan Badan Intelijen Negara (BIN). Polisi membantah hubungan dengan FPI.

Kelompok militan lain, Gerakan Islam Reformis (Garis) beroperasi hanya di kabupaten Cianjur, Jawa Barat, sekitar tiga jam berkendaraan dari Jakarta. Ketua Garis, Chep Hernawan, seorang pengusaha, mendirikan organisasi ini pada 1998. Sejak 2005, Garis melakukan upaya desakan publik untuk menutup masjid-masjid Ahmadiyah. Pada 2007, Garis menghentikan rombongan peziarah ke biara Katholik di Cianjur.

Indonesia juga subur dengan kelompok Islamis ektremis yang memakai kekerasan secara terbuka dalam mencapai tujuan mereka. Di bawah pengaruh al Qaeda, Jemaah Islamiah (JI) menggamit gagasan yang tujuannya hanya bisa terwujud lewat “perang suci.” JI bertanggung jawab atas sejumlah pemboman di Indonesia dan tempat lain, termasuk meledakkan dua klub malam di Bali pada 12 Oktober 2002 yang menewaskan 202 orang. Ia juga terlibat dalam serangan yang menyasar jemaat Kristen di Indonesia. Sel pecahan JI melakukan serangan serupa di hotel JW Marriott, juga di Jakarta, pada Agustus 2003. Sejumlah militan JI dipenjara atau terbunuh ditembak dalam operasi kontraterorisme pemerintah sejak 2001.

Pada 2000, pendiri Jemaah Islamiah, Abu Bakar Bashir, membantu mendirikan Majelis Mujahidin Indonesia (MMI) di Yogyakarta. Bashir berselisih dengan para pemimpin MMI lain atas keterlibatannya dalam proses demokrasi di Indonesia. Bashir kemudian keluar dari MMI dan mendirikan Jemaah Ansharut Tauhid (JAT) pada 2008. Bashir dan para tokoh JAT dengan terbuka menentang demokrasi, menganjurkan penerapan Syariat penuh, dan mengajarkan interpretasi militansi jihad. Para pembom bunuh diri dari kelompok pecahan JAT menyerang sebuah masjid di Cirebon pada 15 April 2011, dan sebuah gereja di Solo pada 25 September 2011. Bashir sendiri dipidana dan dihukum 15 tahun penjara pada Juni 2011 atas perannya dalam membiayai kamp pelatihan militan di Aceh. Vonis ini kemudian dikurangi jadi sembilan tahun penjara. Dia tercantum dalam daftar individu yang terhubung dengan al Qaeda yang dibuat Perserikatan Bangsa-Bangsa.


Muslim Syiah

Syiah pengikut kedua terbesar Islam di Indonesia. Dalam bahasa Arab, Syiah kependekan dari frase Shiatu Ali atau "para pengikut Ali"—merujuk Ali ibn Abi Talib, menantu Nabi Muhammad. Umat Sunni menganggap Ali adalah khilafah keempat dan terakhir dari empat khilafah (656–661). Kaum Syiah memandang Ali sebagai Imam pertama dan mendapuk dia dan keturunannya sebagai pengganti sah Muhammad.

Tak ada sensus berapa jumlah pengikut Muslim Syiah di Indonesia. Ikatan Jama’ah Ahlul Bait Indonesia (IJABI), organisasi Syiah nasional yang berdiri pada 2000, menyatakan sekitar 2,5 juta jemaah Syiah di Indonesia. Organisasi Syiah lain, Ahlul Bait Indonesia (ABI), yang muncul pada 2010, berkata sebagian besar jemaah Syiah di Indonesia bermukim di provinsi Jawa Timur dan Jawa Barat.

Pada 1984, Majelis Ulama Indonesia mengeluarkan fatwa yang menyatakan Muslim Indonesia “harus mewaspadai” ajaran Syiah.
Kristen

Kristen adalah kelompok agama terbesar kedua di Indonesia, berjumlah 22 juta orang, atau 9,3 persen dari populasi. Di Indonesia, agama Kristen secara hukum dibagi dua: Katholik dan Protestan. Secara kasar, 2/3 Kristen adalah penganut Protestan, sementara 1/3 lain Katholik. Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI), sebuah payung gereja-gereja Protestan, memiliki 40 anggota, 30 di antaranya “gereja etnis,” artinya pelayanan ibadah mereka diadakan sebagian besar dalam bahasa lokal.

Protestan Indonesia memiliki dua kelompok payung yang lebih kecil, Persekutuan Gereja-gereja dan Lembaga-lembaga Injili Indonesia (PGLI), terdiri 82 gereja individual, dan Persekutuan Gereja-gereja Pentakosta Indonesia (PGPI).

Milisi Kristen terlibat dalam kekerasan terhadap minoritas Muslim di Kepulauan Maluku dan Poso setelah Presiden Suharto lengser dari kekuasaan pada 1998. Mayoritas Kristen juga sering menghambat pembangunan masjid di daerahnya, kebanyakan di kawasan Indonesia timur.

Katholik berada di bawah Konferensi Waligereja Indonesia (KWI). Pemerintah hampir setiap saat berkonsultasi dengan PGI dan KWI saat mengumumkan peraturan resmi yang mempengaruhi kebebasan beragama.

Jumlah, Persentase, dan Rerata Pertumbuhan Penganut Agama di Indonesia
 
Agama Sensus 1971 Jumlah (juta) % Sensus 2000 Jumlah (juta) % Rerata Pertumbuhan Tahunan
Islam 103,579,496 87.51 177,528,772 88.22 1.86
Kristen 8,741,706 7.39 17,954,977 8.92 2.48
Hindu 2,296,299 1.94 3,651,939 1.81 1.60
Buddha 1,092,314 0.92 1,694,682 0.84 1.51
Konghucu 972,133 0.82 - - -
Lainnya 1,685,902 1.42 411,629 0.20 -4.86
TOTAL 118,367,850 100 201,241,999 100

Sumber: Leo Suryadinata, Evi N. Arifin, Aris Ananta, Indonesia’s Population: Ethnicity and Religion in a Changing Political Landscape (Singapore: ISEAS, 2003)

Kelompok etnis Batak, etnis terbesar kelima di Indonesia, sebagian besar beragama Kristen, terdiri beberapa jemaat. Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) adalah gereja Kristen terbesar di Asia Tenggara, dengan pengikut sekitar 3,5 juta jemaat di lebih dari 3.000 gereja lokal di seluruh Indonesia.

Jumlah umat Kristen di Indonesia naik sedikit sejak 1970-an sebagaimana persentase dari total penduduk, dari 7,4 persen pada 1971 jadi 8,9 persen pada 2010.

Sebagian besar etnis China Indonesia, kelompok yang mendominasi secara ekonomi di Asia Tenggara, banyak pindah dari Konghucu ke Kristen. Pada 2000, sekitar 1,5 persen penduduk Indonesia adalah etnis China.


Hindu

Hindu merupakan minoritas agama terbesar kedua di Indonesia. Mereka kebanyakan tinggal di Pulau Bali. Penduduk Hindu Bali berjumlah 3,4 juta. Para pendatang Hindu Bali, disponsori pemerintah sejak 1980-an, juga menyebar di Lampung, selatan Sumatra, dan provinsi Sulawesi Tengah.

Beberapa kepercayaan suku seperti Kaharingan (di antara suku Dayak di Borneo), Aluk To Dolo (di antara suku Toraja di selatan Sulawesi), dan Malim (di antara suku Batak di Sumatra) menjalin afiliasi dengan agama Hindu demi upaya bertahan diri, adapun secara jelas menjaga kekhasan dari ajaran Hindu Bali.


Buddha

Agama Buddha punya sejarah panjang di Indonesia dengan sejumlah candi di Jawa dan Sumatra, termasuk candi Muaro Jambi yang dibangun pada abad ke-7 dan candi Borobudur di dekat Yogyakarta, dibangun pada abad ke-8 dan ke-9. Militan Islamis pernah membom beberapa stupa Borobudur pada Januari 1985.

Mayoritas umat Buddha adalah etnis China yang bermigrasi dari Tiongkok ke Indonesia pada tujuh abad silam. Etnis China punya sejarah kompleks di Indonesia sejak mereka sebagai minoritas yang mendominasi ekonomi pada awal abad ke-20. Dominasi ekonomi ini pada titik kisar waktu, dalam sejarah Indonesia terkini, seringkali berbuntut prasangka rasial yang sengit dan bahkan kekerasan di tangan unsus-unsur penduduk mayoritas.

Kini, menurut sensus 2010, sekitar 1,5 juta penduduk Indonesia adalah penganut agama Buddha, sekira 0,6 persen dari populasi. Kebanyakan umat Buddha tinggal di Jakarta, Sumatra Utara, Kalimantan Barat, Banten, serta di pulau Bangka dan Belitung.


Ahmadiyah

Ahmadiyah (kadang dirujuk sebagai Ahmadi, sering juga dieja Ahmadiyya) menyatakan diri Muslim, sementara sebagian besar Muslim menganggap mereka bid’ah dengan alasan salah satunya mengakui “Imam Mahdi” sesudah Muhammad, kendati beberapa kelompok Ahmadiyah menuntut dengan tegas bahwa, sebagaimana Muslim kebanyakan, mereka tak mengakui nabi apapun sesudah Muhammad. Gerakan ini didirikan Mirza Ghulam Ahmad (1839–1908), kelahiran Punjab, India. Pada 1889, Ahmad menyatakan telah menerima wahyu, dan dua tahun kemudian mengumumkan diri sebagai Imam Mahdi yang dijanjikan.

Seorang mubaligh Ahmadiyah tiba di Sumatra pada 1925. Pada 1926, masjid Ahmadiyah kali pertama didirikan di Padang, Sumatra. Sebuah surat keputusan pemerintah Sumatra Barat pada 2011 meminta penutupan masjid tersebut. Jemaat Ahmadiyah Indonesia (JAI), organisasi nasional Ahmadiyah, terdaftar berbadan hukum tetap di Jakarta pada 1953.

Tiada statistik jumlah Ahmadi di Indonesia. Menteri Agama, Suryadharma Ali, yang mengatakan Ahmadiyah harus dilarang, memperkirakan ada 50.000 jemaah Ahmadiyah, menyangkal laporan media yang menyebut 400,000 pengikut. Majelis Ulama Indonesia menyatakan Ahmadiyah dianggap “menyimpang” pada fatwa 1980 dan mempertegasnya lagi pada 2005.

(HRW/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: