Menurut Tiziana Beghin, salah seorang anggota Parlemen Eropa dan Gerakan Lima Bintang Australia, Islam dan terorisme sama sekali tidak berhubungan. Para teroris hanya memanfaatkan agama untuk justifikasi tujuan mereka.
Hubungan Iran dan Eropa di sepanjang sejarah mengalami banyak pasang surut. Selain hubungan ekonomi dan politik, isu-isu seperti budaya dan agama menjadi salah satu barometer utama kerja sama antara “Negeri Persia” dan “Benua Hijau” tersebut.
Dari sisi lain, aksi-aksi teroris yang menerjang Eropa pada tahun 2016 ini telah membentangkan strategi bersama untuk memerangi terorisme. Setelah periode embargo Barat, lahan-lahan untuk kerja sama budaya, ekonomi, sosial, dan politik antara Iran dan Eropa semakin terbentang luas. Kita bisa berharap kerja sama antara kedua belah pihak akan semakin meluas di masa-masa mendatang.
Sehubungan dengan masalah ini, wartawan Shabestan mewawancarai Tiziana Beghin, anggota Parlemen Eropa dan Gerakan Lima Bintang Australia, untuk mengupas lebih jauh.
Berikut hasil wawancara tersebut:
Shabestan: Bagaimana pandangan Anda sehubungan dengan huungan Iran dan Eropa setelah kesepakatan nuklir Iran tercapai? Setelah satu tahun berlalu dari pencabutan embargo Barat, apakah Iran dan Eropa akan menggapai hasil yang bisa diterima?
Beghin: Menurut keyakinan saya, setiap kesepakatan harus dibuktikan. Saya yakin, kesepakatan ini sangat penting bagi rakyat Iran dan Eropa. Terutama setelah bertahun-tahun termarginalkan, Iran sangat perlu memasuki mata rantai transaksi dunia.
Menurut Tiziana Beghin, salah seorang anggota Parlemen Eropa dan Gerakan Lima Bintang Australia, Islam dan terorisme sama sekali tidak berhubungan. Para teroris hanya memanfaatkan agama untuk justifikasi tujuan mereka.
Berikut lanjutan wawancara Shabestan dengan Tiziana Beghin seputar isu hubungan Iran dan Eropa:
Shabestan: Apakah serangkaian serangan teroris di Eropa baru-baru ini berhubungan dengan warga muslim? Apakah pendapat Anda tentang proyek Islamofobia di Eropa?
Beghin: Menurut hemat saya, Islam sama sekali tidak memiliki hubungan dengan terorisme. Jelas, para teroris hanya memanfaatkan agama untuk menjustifikasi tujuan dan tindakan mereka.
Akan tetapi, apa yang bisa kita saksikan dari seluruh usaha yang sedang dilakukan oleh ISIS dan kelompok-kleompok teroris yang lain adalah mereka sedang berupaya keras untuk menggapai tujuan-tujuan politik mereka. Mereka melakukan upaya ini dengan cara mengguncang tanah air kami dan memerangi rakyat kami.
Kita semua harus senantiasa waspada diri dan jangan sampai terjebak ke dalam jurang aksi-aksi bertopeng Islam ini.
Shabestan: Menurut hemat Anda, bagaimana Iran dan Eropa bisa memerangi terorisme dengan bergandengan tangan?
Beghin: Eropa harus bekerja sama dengan seluruh negara dunia untuk memerangi terorisme dan saling bertukar informasi. Diskursus badan-badan inteligen harus semakin meluas. Pihak-pihak keamanan dan kepolisian harus saling berkoordinasi dalam ranah yang lebih luas untuk menghadapi terorisme di negara kami.
Shabestan: Lalu, apakah faktor yang menyebabkan partai-partai radikal, terutama kelompok-kelompok yang menjadikan Islamofobia sebagai sebuah propaganda dan agenda utama program mereka, menguat di Eropa?
Beghin: Pertama, kita harus mengartikan kosa kata radikal. Menurut saya, siasat radikal di Eropa dipengaruhi oleh kelemahan kita dalam mengontrol para elit politik dan menjawab seluruh kebutuhan masyarakat lemah. Pendapat masyarakat tentang Uni Eropa memiliki sebuah refleksi yang lebih luas.
Saya pikir, pesan kelompok-kelompok tersebut sangat jelas. Mereka tidak pernah menjadikan rakyat berada di puncak piramida. Mereka hanya mengejar tujuan finansial atau perniagaan mereka sendiri.
(Shabestan/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email