Pesan Rahbar

Home » » Bulan Mei, Kala Turis Dari Jazirah Arab Mulai “Serbu” Puncak

Bulan Mei, Kala Turis Dari Jazirah Arab Mulai “Serbu” Puncak

Written By Unknown on Tuesday, 6 September 2016 | 01:04:00

Beberapa wisatawan asal Timur Tengah sedang bercengkerama di daerah Puncak (Foto: istimewa)

Dalam lima tahun belakangan ini, wajah-wajah Timur Tengah dengan mudah bisa ditemui di daerah Puncak Bogor, bukan lagi hanya di sekitar desa Warung Kaleng, Ciburial dan sekitarnya. Kini, penyebarannya sudah sampai ke kawasan Cipanas bahkan ke daerah-daerah Hanjawar, Loji, hingga Cineungah yang dikenal dengan Puncak dua.

Memang menurut informasi interaksi turis asal Timur Tengah dengan penduduk Puncak terutama di desa Warung Kaleng dan Ciburial, Cisarua sudah terjalin cukup lama. Ini bisa terlihat dengan banyaknya warung-warung dan ruko yang menyediakan berbagai kebutuhan khusus orang Arab dan warga Timur Tengah lainnya. Barang-barang yang dijual juga biasanya didatangkan dari Timur Tengah.

Mungkin karena kawasan di Cisarua ini sudah mulai penuh, wisatawan Arab pun mulai menyasar daerah lain yang tidak terlalu jauh yaitu kawasan Cipanas. Bulan Mei setiap tahun adalah awal kedatangan wisatawan Timur Tengah ke daerah dataran tinggi yang memiliki hawa sejuk ini.

Namun sebagian dari turis Timur Tengah juga mengunjungi Indonesia usai musim haji. Masyarakat setempat menyebut musim kunjungan wisatawan Timur Tengah sebagai “musim Arab”. Keberadaan turis-turis dari Arab ini di satu sisi memang membawa berkah bagi warga setempat dan pemilik-pemilik vila di daerah tersebut. Warung-warung sembako, warung makanan, penginapan dan berbagai usaha tumbuh subur seiring meningkatnya kunjungan turis di wilayah ini.


Wisata Seks

Namun disisi lain keberadaan turis Timur Tengah khususnya dari jazirah Arab sudah lama mendapat sorotan negatif dari masyarakat.Prostitusi berselubung “kawin kontrak” antara turis Arab dan perempuan setempat atau yang berasal dari beberapa daerah sekitar Jawa Barat sudah menjadi rahasia umum .Kawin mawin dalam jangka waktu singkat ini seakan diasumsikan menjadi daya tarik utama untuk mengunjungi kawasan Puncak, khususnya untuk wisatawan Arab.

Meski hal ini sepenuhnya tidak benar, tetapi kenyataan ini membuat masyarakat lokal sempat gusar dan meminta Pemda setempat menertibkan perilaku wisatawan yang “nyeleneh” ini. Sudah banyak cerita miris akhir dari perkawinan kontrak ini yang menimpa perempuan-perempuan Indonesia.Mulai dari perlakuan kekerasan seksual, kekerasan fisik, penelantaran/ingkar janji dan lain-lain.

Deden, warga Cisarua yang ditemui Netralitas.com Minggu (24/4) mengatakan bahwa tren ”kawin kontrak” sudah jauh menurun saat ini. Menurutnya, ini mungkin karena himbauan Pemda setempat dan juga trauma yang dialami korban-korban” kawin kontrak” sudah dipublikasikan kepada masyarakat, sehingga perempuan tidak lagi mudah terbujuk melakukannya.

”Kalaupun ada yang kawin kontrak biasanya penghubung atau germo menawarkan pekerja seks komersial (PSK),” ungkapnya. Tetapi memang fenomena” kawin kontrak” hanyalah salah satu ekses negatif kunjungan wisata yang terjadi di daerah ini. Dunia prostitusi sendiri sudah lama terjadi di sepanjang jalur wisata mulai dari Gadog hingga Cipanas .

Udin (46), seorang pengemudi mobil rental yang sudah 8 tahun berprofesi mengantar-jemput turis-turis Timur Tengah sekaligus menjadi guide di Puncak mengatakan bahwa sebagian besar tamu-tamu yang dibawanya adalah laki-laki. Dan biasanya mereka mencari perempuan melalui agen atau mucikari-mucikari yang sudah direferensi komunitasnya.

Bahkan menurutnya, di sepanjang jalur wisata ini sebetulnya banyak tukang ojek nyambi menjadi menjadi marketing PSK. Mereka menyasar hotel-hotel atau vila yang dihuni turis asal Arab. Konon mereka memilih turis dari negeri ini karena bayarannya lebih mahal.

Kota Bunga Cipanas dan sekitarnya menjadi tujuan baru wisatawan Timur Tengah yang didominasi anak-anak muda yang menurut Udin selain ingin menikmati sensasi alam yang sejuk dan hijau juga ingin mencoba petualangan seks yang informasinya mereka dapatkan dari mulut ke mulut.


Perhatian Pemda

Perkembangan wisata di sepanjang jalur Puncak memang selain mendatangkan devisa juga menimbulkan multi efek yang harus diwaspadai. Selain meningkatnya prostitusi seks,baik melibatkan PSK lokal dan PSK luar negeri, ditengarai orang-orang Timur Tengah juga sudah memiliki berbagai properti dan menjalankan usaha di sekitar Puncak. Meski sebagian besar properti dan usaha mereka atas nama orang-orang Indonesia rekanan mereka.

Kholidi (54) warga Cisarua mengatakan seharusnya Pemda kabupaten Bogor dan Cianjur segera membenahi kondisi ini. “Mereka punya modal uang, jika diperbolehkan lama-lama kita cuma jadi penonton disini, karena mereka bisa beli semuanya,” tegasnya. Dia mencontohkan hotel besar di Cipanas, restoran dan berapa usaha lainnya pemiliknya adalah orang Arab. Bahkan menurutnya banyak pekerja utamanya berwajah Arab.

Keindahan panorama dan sejuknya udara Puncak seharusnya memang menjadi alasan utama wisatawan mengunjungi lokasi ini.Tugas bersama warga dan Pemda serta pelaku industri wisatalah untuk menghapus stigma

bahwa kawasan ini menarik wisatawan (terutama dari Arab) karena di sini tersedia fasilitas prostitusi. Masyarakat kawasan Bogor dan Cianjur dikenal dengan spiritualitas keagamaan yang tinggi. Semua pihak termasuk wisatawan harus menghargai dan menghormati ini dengan tidak melakukan tindakan-tindakan yang melecehkan norma-norma agama.

(Netralitas/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: