Sesungguhnya orang-orang yang mengingkari Imam Mahdi as dengan batasan yang telah kami jelaskan bahwa “Beliau adalah Muhammad putra Imam Hasan Askari as” berpijak pada motivasi yang jauh dari metode Islam dalam menyebarkan keyakinan padahal Islam selain berdiri di atas fitrah dan hal-hal gaib iapun berlandaskan ilmu dan logika.
Karenanya iman kepada alam gaib termasuk bagian dari aqidah seorang muslim karena baik Al Quran maupun sunnah berulangkali mengingatkan hal tersebut, sebagaimana firmanNya:
(الم ذلك الکتاب لا ريب فيه هدی للمتقين الذين يؤمنون بالغيب)
“Alif Lam Mim. Itulah Al Quran yang tidak ada keraguan di dalamnya, yang menjadi petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa yaitu orang-orang yang mengimani alam gaib (hal-hal yang gaib).” (QS 2:1-3)
Juga dalam ayat yang lain Tuhan berfirman:
(تلك من انباء الغيب نوحيها اليك)
“Hal itu termasuk dari pada berita-berita gaib yang Kami wahyukan kepadamu.” (QS 11: 49)
Dalam sunnah Rasul ada ratusan riwayat yang menyuruh orang untuk mempercayai dan mengimani alam gaib serta membenarkan risalah yang dibawa oleh para nabi dan rasul. Ingkar terhadap alam gaib menyebabkan aqidah seseorang tidak sempurna baik dia mampu membuka rahasia-rahasia alam ataupun dia tidak mampu. Sebagai contoh, keimanan kepada malaikat, jin, siksa kubur, pertanyaan dua malaikat dalam kubur dan hal-hal gaib lainnya seperti yang telah disebutkan oleh Al Qur’an atau berita-berita yang disampaikan oleh Nabi kita Muhammad saw dan telah dinukil oleh orang-orang tsiqah untuk kemudian disampaikan kepada kita.
Termasuk dari masalah-masalah gaib yang telah disampaikan kepada kita adalah masalah Imam Mahdi as yang akan muncul di akhir zaman untuk memenuhi dunia ini dengan keadilan dan kebijaksanaan setelah kondisi dunia ini dipenuhi oleh kezaliman dan kelaliman.
Masalah Al Mahdi telah banyak dibicarakan dan disinggung dalam buku-buku hadits. Maka tidak ada alasan lagi bagi seorang muslim untuk mengingkarinya karena banyaknya jalur hadits, para perawinya yang tsiqah dan dalil-dalil sejarah serta kesaksian yang pasti tentang pribadinya sebagaimana yang sudah dijelaskan.
Dari sinilah kita lihat orang-orang yang mengingkari Al Mahdi, baik mereka yang terpengaruh oleh metode-metode barat dan kajian-kajian orientalis ataupun disebabkan kefanatikan yang diwarisi dari orang-orang sebelumnya, berusaha mempengaruhi,dan menaburkan keraguan yang sangat menggelikan dan lemah, dan pemalsuan-pemalsuan fakta untuk memalingkan perhatian umat Islam dari tugas-tugas dan peranannya sebagai seorang muslim dalam masa-masa penantian, Karena mereka menganggap bahwa usia Al Mahdi yang panjang bertentangan dengan ilmu pengetahuan, logika dan realita. Hal itu nanti akan jelas bagi pembaca bahwa logika mereka tersebut tidak sesuai dengan ilmu pengetahuan dan dasar-dasar logika yang benar.
Pertanyaan yang paling penting di sini adalah masalah usia yang muda ketika menerima tongkat kepemimpinan, panjangnya usia Al Mahdi dan faidah kegaibannya bagi umat Islam. Hal ini Insya Allah akan kami bahas sesuai dengan logika dan ilmu pengetahuan.
Pertanyaan pertama: Bagaimana ia bisa mejadi imam sedang ia baru berusia lima tahun ?
Jawab: Bahwa Imam Mahdi as menggantikan kedudukan ayahnya sebagai imam umat Islam. lni berarti bahwa dia adalah sorang imam yang memenuhi seluruh persyaratan yang ada di dalamnya seperti sisi kematangan pemikiran dan ruhani dalam usia yang relatif muda.
Kepemimpinan (imamah) Al Mahdi dalam usia muda ini suatu fenomena dan realita yang sebenarnya telah terjadi juga pada beberapa kakek beliau (imam-imam sebelumnya) sebagai contoh: Imam Muhammad bin Ali Al Jawad telah memegang kepemimpinan ini ketika beliau masih berusia delapan tahun. Imam Ali bin Muhammad Al Hadi pada usia sembilan tahun dan Imam Abu Muhammad Al Askari as yaitu ayah Imam Mahdi sendiri, pada usia 22 tahun. Dan perlu diketahui bahwa realitas dan fenomena kepemimpinan pada usia muda ini pada puncaknya terjadi pada Imam Jawad as dan Imam Al Mahdi as, dan kami menamakan kepemimpinan usia muda tersebut sebagai suatu realitas dan fenomena karena dibandingkan dengan kakek-kakek beliau (Al Mahdi) yang lain merupakan suatu kenyataan yang dirasa oleh umat Islam dengan menerima keberadaan Imam dalam bentuk yang lain.
Tidak ada satu bukti yang dapat membenarkan suatu fenomena dan kenyataan, yang lebih jelas dari pengalaman umat itu sendiri. Hal itu akan kami jelaskan dalam poin-poin berikut ini:
1. Bahwa imamah seorang imam Ahli Bait as bukan sebagai paras dan pusat kendali kekuasaan dan pemerintahan yang diperoleh berdasarkan warisan dari seorang ayah kepada anaknya yang ditopang undang- undang produk penguasa, sebagaimana situasi pemerintahan Bani Umayyah, Fathimiyyah dan Bani Abbas. Akan tetapi kepemimpinan Ahli Bait sesuai dengan apa yang dianut oleh umat dalam memilih pemimpin mereka dengan kekuatan moral dan spiritual yang dapat mempengaruhi jiwa dan pikiran umat dalam menerima kepemimpinan islami.
2. Bahwa kaedah-kaedah yang dianut umat tersebut telah berlaku sejak permulaan Islam dan tumbuh meluas pada masa dua Imam (Imam Baqir dan Imam Ja’far Shadiq as.) dan lembaga yang dibina oleh dua orang Imam tersebut yang berdasarkan kaedah ini membentuk arus pemikiran yang luas di dunia Islam dan melahirkan ratusan para ahli fiqih, teolog, ahli tafsir dan ulama di berbagai cabang pengetahuan islam.
Seorang ulama terkenal terkenal pada zaman itu Hasan bin Ali Al Wasy’ berkata: “Sesungguhnya aku telah mendapati di dalam masjid ini (yakni masjid Kufah) 900 (sembilan ratus) syekh (guru) yang semuanya selalu berkata: “Telah menceritakan kepadaku Ja’far bin Muhammad.”372
3. Bahwa syarat-syarat yang ada pada lembaga ini yang diambil dari kaedah-kaedah tersebut di atas di dalam masyarakat Islam, memiliki banyak syarat yang ketat dalam menyeleksi seorang imam dan kecakapannya dalam mengemban amanat ini. Karena lembaga ini meyakini bahwa seorang imam haruslah seorang yang maksum dan terpelihara dari segala dosa dan haruslah orang yang paling pandai dibandingkan dengan seluruh ulama pada zamannya.
4. Sesunggulmya lembaga yang berasas pada kaedah-kaedah ini menuntut pengorbanan yang besar dalam membela kepercayaannya (imamah). Karena lembaga tersebut dalam pandangan penguasa di zamannya merupakan oposisi, paling tidak dari sisi pemikiran. Masalah ini sering menyebabkan tindakan brutal penguasa saat itu dengan menggunakan segala cara dalam menyiksa dan membasmi mereka. Sebagian dari mereka terbunuh, sebagian lainnya mendekam di dalam penjara dan ratusan orang lainnya menemui ajal mereka di kegelapan penjara. Itu berarti bahwa kepercayaan kepada kepemimpinan para imam Ahli Bait as harus mereka bayar mahal. Tak ada suatu apapun yang diharapkan oleh mereka yang mengimaninya kecuali apa yang mereka rasakan dihati dan perasaan dekat dengan Allah swt.
5. Para Imam adalah pribadi-pribadi yang sangat sesuai dengan tuntutan kaedah-kaedah di atas dan layak mengemban amanat imamah dan tidak terpisahkan dari mereka. Mereka tidak berlaku seperti para penguasa yang lain terhadap rakyatnya yang hanya duduk di atas singgasana. Tidak pula mengasingkan dirinya dari umatnya kecuali bila penguasa zalim di zaman mereka memenjarakan atau mengasingkan mereka. Inilah yang kami ketahui lewat riwayat-riwayat yang disampaikan oleh para perawi dan ahli hadits dari sebelas imam sebelum Al Mahdi as, juga dari apa yang kami ketahui lewat surat menyurat yang terjadi antara Imam dan mereka yang hidup sezaman dengannya, baik surat beliau sendiri maupun para wakil beliau di segala penjuru dunia Islam.
Apa yang telah menjadi kebiasaan Syi’ah yang hidup jauh dari para imamnya untuk berziarah ke Medinah di saat melaksanakan ibadah haji, kesemuanya itu menunjukkan bahwa ada hubungan erat yang tak terpisahkan antara para imam dan pengikutnya di seluruh penjuru dunia Islam, dari berbagai kalangan baik ulama maupun orang awam.
6. Bahwa penguasa dizaman para imam memandang beliau dan kepemimpinan spiritualnya sebagai sumber bahaya yang besar atas eksistensi kekuasaan mereka .
Atas dasar ini mereka mengerahkan seluruh kemampuannya untuk menghancurkan kepemimpinan ini. Dalam makar tersebut timbullah sisi-sisi negatif yang muncul dalam bentuk kekerasan dan penindasan karena mereka terpaksa harus mempertahankan kedudukannya. Pada saat itu usaha untuk mengusir dan menteror para imam dilaksanakan secara kontinyu, meskipun hal ini menimbulkan kebencian di mata umat Islam, terlebih orang-orang yang mencintai pada para Imam as.
Bila kita mau merenungkan poin-poin di atas, maka dapat kita ambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:
Bahwa kepemimpinan di usia muda adalah fenomena yang riil dan bukan hayalan belaka karena imam yang tampil dalam usia belia, lantas beliau mengumumkan dirinya sebagai imam spiritual umat Islam yang lantas disambut oleh umat dengan ketaatan mereka, imam tersebut haruslah memiliki ilmu dan pengetahuan yang sangat luas dan tak tertandingi baik dalam masalah fiqih, tafsir maupun aqidah. Jika tidak demikian umat tidak akan puas dan tidak akan bersedia menerima kepemimpinannya.
Ditambah lagi dengan apa yang kami sebutkan dalam pembahasan yang lalu bahwa para imam selalu memberi peluang kepada umat untuk berinteraksi dengan mereka dalam berbagai kondisi.
Apakah menurut anda seorang anak belia yang mendakwakan kepemimpinan dirinya dan menegakkan bendera imamah Islam di hadapan umat, lantas umat dengan setia mengimaninya dan mau berkorban dengan harga yang sangat mahal, tanpa ada keinginan untuk mengetahui hakikat fenomena ini.
Anggaplah bahwa orang-orang tersebut tidak tergerak untuk mengetahui hal ini, tapi mungkinkah masalah ini berlalu begitu saja berhari-hari, berbulan- bulan bahkan bertahun-tahun lamanya, tanpa ada keterangan tentang identitas beliau meskipun hubungan antara sang Imam yang belia ini dengan umatnya tetap terjalin ?
Logiskah bila dikatakan bahwa beliau sama seperti anak-anak seusianya baik dalam ilmu maupun cara berpikirnya, sementara hal itu tampak oleh umat dalam masa hubungan yang panjang ini?
Jika kita anggap bahwa dasar-dasar dan syarat bagi seorang imam Ahli Bait mengharuskan untuk tidak diketahuinya kenyataan yang sesungguhnya, mengapa penguasa kala itu tidak melakukan usaha untuk menelusuri masalah ini jika memang mereka mempunyai kepentingan di balik hal tersebut ?
Bukankah sangat mudah bagi khalifah untuk melakukan apa saja terhadap sang Imam belia jika memang beliau sama dengan anak-anak seusianya ? Bukankah jika khalifah mengajukan sang Imam di hadapan para pengikutnya untuk menunjukkan kepada mereka bahwa beliau tidak layak mengemban amanat imamah dan kepemimpinan spiritual dan intelektual, merupakan langkah yang sangat tepat?
Jika tidak sulit untuk membuktikan kepada masyarakat akan ketidaklayakan seorang yang berusia empat puluh atau lima puluh tahun dalam mengemban tugas kepemimpinan tersebut, maka akan lebih mudah lagi membuktikan kepada mereka bahwa seorang anak kecil biasa meskipun dia cerdas dan pandai tidak pantas untuk menjadi pemimpin seperti yang diartikan oleh Syi’ah Imamiyyah dan hal ini lebih mudah dari pada jalan dan metode yang ditempuh oleh penguasa saat itu.
Maka satu-satunya alternatif yang dapat diambil terhadap diamnya penguasa kala itu adalah mereka memahami bahwa kepemimpinan sang Imam belia ini merupakan fenomena riil dan bukan hal yang dibuat- buat.
Sebenarnya mereka memahaminya dengan pasti setelah adanya usaha mereka menguji sang Imam belia berakhir dengan kegagalan. Sejarah mengungkapkan kepada kita akan adanya usah-usaha tersebut dan kegagalannya. Akan tetapi sejarah tidak mengatakan kepada kita satu hal tentang kegoyahan pondasi imamah Imam yang masih belia ini atau adanya suatu masalah yang berada di luar kemampuannya ataupun hal yang dapat melemahkan kepercayaan umat akan kepemimpinan tersebut.
Inilah arti dari apa yang kami katakan bahwa Imamah dan kepemimpinan seorang Imam yang masih berusia dini merupakan realita yang tak terpungkiri dalam sejarah kehidupan kepemimpinan Ahli Bait. Sebagaimana realita ini juga memiliki akar-akar dan kenyataan yang sarna dalam budaya samawi yang ada sepanjang sejarah perjalanan risalah dan kepemimpinan ilahi. Sebagai contoh bagi kepemimpinan seorang anak belia dalam budaya rabani, kisah kenabian Yahya as, ketika Allah swt berfirman:
(يا يحيی خذ الکتاب بالقوة وآتيناه الحکم صبيا)
“Wahai Yahya ambillah kitab ini dengan kuat. Dan kami berikan kepadanya hukum (kenabian) sedang dia masih kecil.”373
Ketika imamah dan kepemimpinan belia dianggap sebagai realita yang nyata dalam kehidupan Ahli Bait as, niscaya tidak akan ada sanggahan lain terhadap kehidupan Al Mahdi as dan kepemimpinannya menggantikan ayahanda beliau di saat masih berusia kanak-kanak.
Pertanyaan kedua: tentang panjangnya usia Imam Mahdi.
Masalah penting lainnya yang tidak bisa diterima oleh mereka adalah: Apabila Al Mahdi as adalah scorang manusia yang hidup sezaman dengan generasi-generasi terdahulu, semenjak lebih dari 11 abad yang lalu, bagaimana dia bisa berusia panjang dan awet muda? Bagaimana dia bisa selamat dari hukum-hukum alam yang mengharuskannya melewati masa tua?374
Isu ini lebih baik kita ubah susunannya dan kita paparkan ke dalam bentuk pertanyaan:
Apakah manusia bisa terus hidup berabad-abad ?
Untuk menjawab soal tersebut ada beberapa mukadimah yang harus dengan diketengahkan yaitu pembahasan imkan (mungkin). Ada tiga imkan yang bisa kita paparkan.
Pertama: Imkan amali yaitu, sesuatu itu mungkin dilakukan. Yakni: memiliki realita dan wujud lahiriyah dan tertentu.
Kedua: Imkan ilmi yaitu, sesuatu yang tidak mustahil bila dipandang dari sudut ilmu. Yakni, bahwa ilmu tidak memustahilkan terjadinya hal tersebut.
Ketiga: Imkan mantiqi yaitu, sesuatu yang menurut akal tidak mustahil yakni bahwa akal tidak menolak terjadinya hal itu.
Berdasarkan hal tersebut di atas kami akan memaparkan masalah tersebut diawali dengan imkan mantiqi. Maka kami katakan:
Apakah secara akal manusia' mungkin berusia panjang selama ratusan tahun? Yakni tidak mustahil dalam pandangan akal ?
Jawab: Dengan yakin, ya, bahwa problema panjangnya usia di atas batas-batas natural tidak masuk dalam wilayah kemustahilan sebagaimana telah jelas meskipun dengan sedikit renungan saja.
Betul bahwa hal itu tidak biasa dan tidak bisa kita saksikan. Akan tetapi, di sana ada beberapa bukti sejarah sebagaimana yang telah dinukil oleh sejarawan dan dinukil juga oleh sebagian majalah ilmiah yang membuat manusia tidak merasa aneh dan tidak bisa memungkirinya.
Bagi seorang muslim keanehan itu akan segera sirna tatkala ia mendengarkan suara wahyu dan pembicaraan Al Quran tentang Nabi Nub as:
(ولقد أرسلنا نوحا الی قومه فلبث فيهم ألف سنة إلا خمسين عاما)
“Dan sungguh Kami telah mengutus Nabi Nuh as kepada kaumnya, maka dia telah hidup di tengah- tengah mereka selama 950 tahun.” (QS 29: 14)
Untuk mendekatkan pemahaman masalah imkan dengan makna seperti ini, kami berikan contoh sebagai berikut:
Kalau sekiranya ada seseorang yang berkata kepada semua orang bahwa saya bisa melewati sungai ini dengan jalan kaki di atasnya, atau saya dapat melewati api tanpa terbakar, maka orang-orang berhak menolak dan mengingkarinya. Akan tetapi bila dia merealisasikan apa yang dia katakan, yakni dia lewati sungai tersebut dengan berjalan atau dia lewati api tersebut dengan selamat. Maka keingkaran dan ketidakpercayaan orang-orang akan sirna saat itu. Dan bila datang orang lain yang berkata seperti orang pertama, maka ketidakpercayaan dan keingkaran mereka agak sedikit berkurang dan begitu seterusnya terhadap orang ketiga, keempat dan seterusnya sampai ketidakpercayaan itu hilang sama sekali.
Dalam masalah ini kami katakan bahwa Al Qur’an telah mengabarkan kisah Nabi Nuh as yang telah hidup di tengah-tengah kaumnya selama 950 tahun dan ini tidak termasuk masa usianya beliau sebelum masa kenabian, juga Nabi Isa as bahwa beliau tidak mati, akan tetapi Allah mengangkatnya, sebagaimana firmanNya:
(وقولهم إنا قتلنا المسيح عيسی بن مريم رسول الله وما قتلوه ومـا صلبوه ولکن شبه لهم وان الذين اختلفوا فيه لفي شك منه ما لهم به مـن علم إلا اتباع الظن وما قتلوه يقينا بل رفعه الله اليه وکان الله عزيزا حکيما)
“Pernyataan mereka bahwa sesungguhnya kami telah membunuh Isa putra Maryam as utusan Allah dan sesungguhnya mereka tidak membunuh dan tidak mensalibnya, akan tetapi Allah menyerupakannya dengan mereka. Dan sesungguhnya orang-orang yang berselisih tentang Isa sebenarnya mereka benar-benar dalam keraguan dan mereka tidak memiliki ilmu dan hanya mengikuti prasangka. Dan mereka benar-benar tidak membunuhnyaa, akan tetapi Allah mengangkatnya di sisiNya. Dan Allah Maha Perkasa dan Maha Bijak.”375
Dalam riwayat Shahih Bukhari-Muslim disebutkan bahwa Al-Masih as akan turun ke bumi, sebagaimana juga disebutkan bahwa Dajjal itu ada dan hidup sampai kini.376
Atas dasar itulah ketika riwayat-riwayat yang shahih menceritakan dan beberapa saksi telah menyaksikan akan adanya Al Mahdi as dari keturunan Rasul dari Fathimah dan putra Hasan Askari as yang telah lahir pada tahun 255 H, niscaya akan tidak ada keraguan dan keingkaran kecuali hanya karena kesombongan dan kecongkakan.
Disebutkan dalam tafsir Fakh Al Razi “Sebagian dokter mengatakan bahwa usia manusia tidak bisa lebih dari 120 tahun, sedang ayat menunjukkan sebaliknya dan itu sesuai dengan akal. Maka perlu diketahui panjang umur pada manusia pada dasarnya adalah mungkin, bila tidak mungkin (mustahil) niscaya tidak akan abadi.
Dan kesinambungan pendukung kehidupan adalah mungkin, karena bila yang mendukung kehidupan itu adalah Zat Yang Maha Wujud, maka kelangsungan dan keabadian itu tidak diragukan lagi dan bila yang mempengaruhinya bukan yang Maha Wujud pasti dia akan bermuara di Yang Maha Wujud. Dan Dialah Yang Maha Kekal maka pengaruhnyapun kekal dan abadi. Oleh karena itu pada dasarnya keabadian adalah mungkin.
Jika manusia tidak kekal, pastilah dikarenakan suatu unsur dari luar yang mempengaruhinya. Dan unsur luar tersebut mungkin saja tidak terjadi, sebab unsur luar tersebut tidak harus ada san terjadi sehingga menghalangi manusia untuk hidup lebih lama. Dari situlah nampak jelas bahwa ucapan mereka bertentangan dengan akal dan nash (naql).”377
Inilah dalil yang dikemukakan Al Razi tentang kemungkinan panjangnya usia manusia meskipun bertentangan dengan kebiasaan, sebagaimana yang terjadi pada usia Isa as. Dalil itu sendiri bisa dijadikan dalil atas panjangnya usia Al Mahdi as dan ini memperkuat adanya kesepakatan kitab-kitab Shahih dan lainnya atas turunnya Isa as, di akhir zaman untuk membantu Al Mahdi as dalam memerangi dan membunuh Dajjal, bukankah anda telah mengetahui jawaban atas pertanyaan: Siapakah Al Mahdi itu?
secara terperinci.
Sekarang kita alihkan pembicaraan kepada imkan amali, dan kita mencoba dengan pertanyaan “Apakah ada kemungkinan amali tentang panjangnya umur manusia dan apakah eksperimen modern mendukung hal ini?
Jawab: Sampai saat ini eksperimen modern belum berhasil merealisasikan tujuannya untuk memanjangkan umur manusia sampai berlipat ganda dari usia biasa, dan ini adalah masalah yang kita saksikan serta tidak memerlukan dalil.
Ini tidak menunjukkan bahwa manusia mustahil bisa berusia panjang, karena imkan amali hanya terbatas pada hasil usaha-usaha memperpanjang usia biasa manusia di tangan manusia itu sendiri. Akan tetapi usia manusia ada di tangan Allah. Maka dari itu ikut campurnya manusia dalam memperpanjang usia yang bertentangan dengan takdir adalah hal yang tidak mungkin terjadi.
Ya, Allah swt mempersiapkan seluruh sebab-sebab yang menjamin kelangsungan hidup makhluk yang bernyawa sampai kepada batas ajalnya. Sedang peranan ilmu hanya sebatas untuk membuka dan membedah sebab-sebab tadi dan hal tersebut di luar batas kemampuannya, karena menciptakan sebab-sebab hanya terbatas pada kuasa Tuhan saja.
Kita akan bertanya: “ Apakah pemanjangan dan penambahan usia manusia lebih banyak dari batas umumnya secara ilmiah mungkin atau mustahil ?
Jawab: Pertama : Ya, hal itu dalam wilayah imkan ilmi, dan kami punya banyak bukti yang menguatkan terjadinya imkan ilmi tersebut.
Telah banyak eksperimen-eksperimen ilmiah dilakukan untuk memperpanjang usia manusia lebih banyak dari biasanya. Eksperimen-eksperimen ini dapat menjadi petunjuk kemungkinan untuk memperlambat ketuaan.
Disebutkan dalam majalah Al Muqtathof Al Mishriyah juz 2 jilid 59 yang diterbitkan pada bulan Agustus tahun 1921 M bertepatan 26 Dzulqa’dah tahun 1339 H halaman 206 dengan judul “Kekekalan manusia di muka bumi” dengan isi seperti ini:
“Dokter Raymond Boal, salah seorang guru besar di Universitas Jhons Hubkanes di Amerika berkata : Dari sebagian hasil-hasil eksperimen ilmiah telah diketahui bahwa bagian-bagian dari badan manusia memungkinkan untuk bisa hidup sampai pada waktu yang dikehendakinya. Atas dasar itu diperkirakan kemungkinan manusia untuk hidup sampai usia 100 tahun, dan bila tidak ada hal-hal yang dapat mempengaruhinya dia bisa hidup sampai 1000 tahun.”
Dalam episode ketiga tahun 59 hal 239 disebutkan “Bila tidak ada hal-hal yang merintangi kehidupan manusia, ia bisa hidup ribuan tahun.” Pernyataan mereka ini bukan sekedar prasangka tetapi diiringi dengan hasil eksperimen yang diperkuat dengan uji coba.
Kami anggap cukup ini saja dalil-dalil yang kami sodorkan dalam memperkuat imkan ilmi yang telah kami sebutkan di atas
Kedua: Dalam sebuah buku yang baru saja diterbitkan dengan judul Haqa’iq Agrab Min Al Khayal “Realita-realita yang lebih asing dari khayalan” jilid pertama halaman 23 diterbitkan oleh yayasan Al Iman Beirut dan Dar Al Rasyid Damakus, disebutkan disitu, bahwa Pierera meninggal pada tahun 1955 M di daerahnya dalam usia 166 tahun sesuai dengan kesaksian teman-temannya dan catatan sipil. Pierera sendiri dapat mengingat dengan jelas perang Karagina (yang terjadi pada tahun 1815 M). Pada akhir hayatnya ia dibawa ke New York untuk diperiksa oleh beberapa dokter spesialis dan didapati bahwa dia memiliki tekanan darah seperti anak muda, dengan urat-urat, jantung yang sehat dan otak yang segar, sementara mereka menyatakan bahwa dia adalah seorang tua renta yang berusia lebih dari 150 tahun.
Disebutkan juga di halaman 23 bahwa Thomas Boer berusia 152 tahun. Sajistani penulis kitab Sunan telah menulis sebuah buku dengan judul Al Mu’ammarun “Orang-orang yang berusia panjang” disebutkan dalam buku tersebut, orang-orang yang berusia panjang di antaranya ada yang usianya lebih dari 500 tahun.
Ketiga: Bahwa adanya beberapa eksperimen yang dilakukan oleh para dokter untuk mengetahui penyakit ketuaan, sebab-sebab kematian, dan usaha-usaha yang terus menerus yang telah dilakukan oleh mereka dalam batas-batas tertentu telah menunjukkan keberhasilan usahanya untuk memperpanjang usia manusia. Semua ini merupakan dalil atas kemungkinan bisa diperpanjangnya usia manusia. Bila tidak, niscaya segala usaha mereka hampa dan tidak memiliki arti apa-apa serta bertentangan dengan akal.
Dari semua penjelasan di atas kiranya tidak ada yang dapat mengingkari hal tersebut lebih-lebih problema Al Mahdi, kecuali bila dia mendahului perkembangan ilmu, maka saat itu berubahlah imkan ilmi (kemungkinan ilmiah) menjadi imkan amali. Karena ilmu-ilmu sekarang ini belum bisa merealisasikan itu. Akal juga tidak bisa untuk mengingkarinya, karena dia seperti orang yang mendahului ilmunya dalam menemukan pengobatan penyakit kanker misalnya.
Hal seperti ini banyak didapati dalam pemikiran Islam dengan tema yang berbeda-beda dan hasil ini telah disebutkan dalam Al Quran ketika ia hendak menceritakan dan mengisyaratkan realitas ilmiah yang berhubungan dengan alam kosmos (kaun), alam fisik (tabi’at) dan manusia. Kemudian datanglah eksperimen-eksperimen ilmiah modern untuk membuka tabir yang menutupinya.
Lantas mengapa kita mesti harus pergi jauh Sedangkan di hadapan kita ada Al Qur’an yang mengatakan dengan jelas kemungkinan amali yang berkaitan dengan usia Nabi Nuh as?378
Begitu juga hadits-hadits nabawi telah menyatakan adanya beberapa orang hidup semenjak beberapa abad yang silam seperti Nabi Khidr, Nabi Isa as dan Dajjal sebagaimana yang dinukil oleh Muslim dalam Shahihnya.
Mengapa kita mengimani keberadaan-keberadaan orang tertentu padahal mereka tidak memiliki peranan di dalam hal-hal yang berkenaan dengan masa depan Islam kecuali Isa as yang akan menjadi delegasi (wazir) dan pembantu Imam Mahdi as, serta akan menjadi pemimpin bagi tentara-tentaranya, sebagaimana yang telah banyak disebut dalam riwayat-riwayat kemunculan Al Mahdi as.
Mengapa masih ada saja sebagian orang yang mengingkari kehidupan Al Mahdi yang akan memegang peranan besar yaitu akan memenuhi bumi dengan keadilan dan Isa as akan turun untuk melakukan shalat di belakangnya.379
Kalau kita andaikan bahwa hukum ketuaan merupakan hukum yang usang dan panjangnya usia manusia melebihi batas-batas biasanya dianggap bertentangan dengan hukum-hukum alam seperti yang umum kita saksikan. Maka pada saat itu masalah Al Mahdi merupakan mukjizat dan hal ini bukanlah satu- satunya mukjizat yang terjadi dalam sejarah.
Masalah ini bagi seorang yang berkeyakinan sebagai seorang muslim yang bersumber pada Al Qur’an dan Sunnah bukanlah suatu hal yang aneh atau patut diingkari. Karena dia mendapatkan bahwa hukum-hukum alam yang banyak macamnya itu sudah tidak berfungsi lagi sebagaimana kejadian yang terjadi pada Nabi Ibrahim as, tatkala beliau dilemparkan kedalam api maka Allah swt menyelamatkannya dengan mukjizat, sebagaimana yang telah dijelaskan dalam Al Qur’an yang berbunyi:
قلنا يا نار کوني بردا وسلاما علی ابراهيم
“Kami katakan, Wahai api jadilah kamu dingin dan menyelamatkan Ibrahim.” (QS 21: 69)
Mukjizat Nabi Ibrahim dan mukjizat-mukjizat para nabi serta karamah yang Allah khususkan untuk para walinya, lebih dapat dipahami dengan pemahaman yang agamis dibandingkan dengan hasil-hasil riset ilmiah modern yang dihasilkan oleh para pakar melalui eksperimen bendawi. Sekarang kita bisa menyaksikan beberapa penemuan-penemuan baru yang bila hal itu diceritakan dizaman dahulu kepada kita niscaya kita akan mengingkarinya dengan keras tetapi hal inl sekarang sudah biasa kita pergunakan seperti televisi.
Kita telah membaca beberapa riwayat dalam bab peperangan bahwa pada suatu saat akan datang zaman di mana orang yang di timur akan dapat melihat dan mendengar orang-orang yang ada di barat. Mungkin sebagian orang menganggap hal itu tidak logis tetapi saat ini kita menyaksikannya dan menjadi pelakunya.
Berdasarkan hal tersebut kami katakan bahwa pengingkaran terhadap suatu hal hanya karena tidak ada contoh yang mendekatkan pada kenyataan adalah alasan yang tidak bisa diterima secara logis dan ilmiah padahal hal tersebut terjadi dalam wilayah imkan ilmi dan mantiqi serta dalil-dalil telah menunjukkan dan membuktikannya.
Di samping itu ada lagi riwayat-riwayat seperti itu yang menceritakan kepada kita tentang sebagian penemuan-penemuan ilmiah yang baru yaitu riwayat- riwayat yang menceritakan kepada kita sebuah mukjizat tentang munculnya Imam Mahdi as yang sesuai dengan kenyataan. Telah disebutkan dalam sebuah hadits dari Imam Shadiq, beliau bersabda: “Allah akan memanjangkan bagi Syi’ah-Syi’ah kami pendengaran dan penglihatan mereka sehingga tidak akan ada jarak di antara mereka dan pemimpinnya, Beliau berbicara merekapun mendengarkannya dan merekapun melihatnya di tempatnya.”380
Pertanyaan ketiga: Kenapa ia harus gaib sedemikan panjangnya?
Mereka mengatakan mengapa kita sedemikian gigih memperbincangkan panjang usianya Imam Mahdi sehingga hukum-hukum alam tidak berlaku karenanya, atau sehingga kita terpaksa untuk membenarkannya bahwa hal itu adalah mukjizat?! Kenapa kita tidak mau menerima kemungkinan lain yang mengatakan bahwa kepemimpinan umat manusia di hari yang telah dijanjikan mungkin bisa diserahkan kepada seseorang yang akan lahir di zaman tersebut dan dia hidup sesuai dengan kondisi yang dihadapinya dalam rangka untuk melakukan perubahan-perubahan penting ?
Jawab : Pertanyaan tersebut sangat jelas. Setelah kita menguasai tema-tema pembahasan di atas bahwa Allah swt telah mengabadikan kehidupan beberapa orang di dunia ini atau selain di alam ini yang melebihi usia Imam Mahdi as dan hal itu terjadi karena adanya beberapa hikmat dan rahasia-rahasia yang tidak bisa kita ketahui ataupun kita mengetahui sebagian kecil dari hikmah tersebut.
Meskipun demikian, kita juga mengimani dan mempercayainya dengan penuh kepercayaan oleh karena itu hendaknya dalam masalah Imam Mahdi ini demikian juga, karena kami sebagai seorang muslim percaya penuh bahwa Allah swt tidak melakukan hal yang sia-sia. Kita juga mempercayai hal-hal gaib sebagaimana dalil-dalil naqli dan aqli telah membuktikan hal tersebut.
Maka tidaklah berbahaya bagi kita bila kita tidak mengetahui hikmah dari kepercayaan-kepercayaan kita.
Begitu juga kondisinya dalam masalah-masalah hukum syar’i dan kegiatan-kegiatan ritual lainnya, yang terkadang kita tidak memahami rahasia dan hikmah dari hukum-hukum dan undang-undang Tuhan tersebut. Akan tetapi kita hanya mampu menerima dan mempercayai hal tersebut, sebagaimana yang terjadi pada agama-agama samawi lainnya maupun agama- agama non samawi, bahkan terjadi juga pada hukum- hukum buatan manusia.
Atas dasar itu, kami katakan bahwa bila dalil-dalil yang telah kita paparkan dalam bab-bab yang lalu menyatakan betapa pentingnya keimanan kepada Imam Mahdi as dengan disertai penyifatan yang khusus yaitu bahwa dia adalah Al Hujjah putra Imam Hasan Askari as dan dia telah lahir serta menjadi imam sepeninggal ayahnya pada usia 5 tahun, dan sekarang ada dan hidup sepanjang usianya yang penuh berkah tersebut, maka kesimpulan yang bisa diambil dari pembahasan ini adalah kegaiban beliau yang panjang ini mempunyai hikmah, baik kita mengetahui rahasia dan hikmah dari kegaiban itu ataupun tidak meskipun kita bisa mengira-ngira sebagian dari rahasia-rahasia tersebut sesuai dengan kadar kekuatan pemahaman kita dan kemampuan akal kita yang terbatas.
Maka barang siapa dari kalangan umat Islam yang tidak mempercayai mukjizat panjangnya usia Imam Mahdi as serta faedah-faedah yang menyebabkan keberadaannya meskipun gaib maka hendakya dia melihat kembali dan memperbaiki akidah dan kepercayaannya dari dasar, sesuai dengan dalil-dalil aqli dan naqli.
Atas dasar ini juga, kami tidak mungkin menerima alternatif dan kemungkinan lain, karena yang jelas bahwa dalil-dalil telah membuktikan dan menunjukkan kepada kita bahwa bumi ini mustahil kosong dari hujjah Allah walau sesaatpun.
Pertanyaan keempat: Bagaimana kita bisa mendapatkan faedah dari Imam yang gaib ini?
Mungkin di sana ada pertanyaan yang terlintas dalam pemikiran kita yaitu bila Imam Mahdi as gaib, apa faedah dan fungsinya untuk umat ini?
Jawab: Bagi orang yang ingin mengkaji dan meneliti masalah ini pertama-tama dia harus memperhatikan riwayat-riwayat dan hadits-hadits shahih yang menceritakan tentang kemunculan imam Mahdi yang akan terjadi secara tak terduga waktunya. Dalam sebagian riwayat disebutkan bahwa kemunculannya akan terjadi dengan tiba-tiba yakni tanpa adanya ketentuan zaman dan waktu yang tertentu. Hal inilah yang menjadikan kaum muslimin dari setiap generasi senantiasa menantikan kedatangannya yang penuh barakah.
Sesungguhnya orang-orang yang merenungkan masalah ini tidak akan menemui kesulitan untuk menyingkap akan faedah-faedah dan keutamaan- keutamaan yang berhubungan dengan umat itu sendiri, antara lain:
1. Bahwa kegaiban tersebut menuntut setiap mukmin agar senantiasa tetap istiqamah pada syari’at serta berpegang teguh dengan perintah-perintah dan larangannya, di samping berusaha menjauhkan diri dari menzalimi orang lain ataupun merampas hak-haknya. Hal itu disebabkan karena kemunculan Imam Mahdi as adalah berdirinya pemerintahan orang-orang teraniaya, mustadh’afin akan tertolong, keadilan akan tersebar dan seluruh kezaliman akan terhapus dari muka bumi.
Jawabannya, bahwa percaya akan adanya kekuasaan, pengaruh dan pemerintahan beliau merupakan benteng yang kokoh dan hal ini telah disebutkan dalam riwayat yang shahih bahwa:
إن الله ليزع بالسلطان ما لا يزع بالقرآن
“Sesungguhnya Allah swt akan menguatkan (agama) dengan seorang pemimpin yang tidak dapat dikuatkan dengan Al Qur’an.”381.
2. Kegaiban tersebut mengajak kepada setiap mukmin untuk senantiasa waspada dan mempersiapkan dirinya untuk bergabung ke dalam tentara Imam Mahdi as dan mempersiapkan mental yang tinggi untuk berkorban dalam merealisasikan pemerintahan beliau yang sempurna dan menyebarluaskan kekuasannya ke seluruh muka bumi demi tegaknya syari’at Allah swt.
Kesadaran ini mampu menumbuhkan sikap saling memerlukan yang akhirnya, saling merapatkan dan saling menyelaraskan barisan karena mereka menyadari bahwa mereka akan menjadi tentara Imam Mahdi.
3. Kegaiban ini mendorong seorang mukmin untuk bangkit melaksanakan tanggung jawabnya khususnya di bidang amar makruf dan nahi mungkar. Dengan begitu umat akan menjadi kokoh dan selalu siap, karena tidak mungkin pembela-pembela Al Mahdi hanya diam menantinya saja tanpa melaksanakan amar makruf dan nahi mungkar sebagai persiapan membangun negara Islam yang besar dan mempersiapkan fondasinya sambil menunggu sampai munculnya Imam Mahdi as.
4. Sesungguhnya umat yang hidup dengan percaya penuh kepada Imam Mahdi yang hidup sampai saat ini, akan hidup mulia dan terhormat, mereka tidak akan menundukan kepalanya kepada musuh-musuh Allah dan tidak akan merasakan hina terhadap kesombongan mereka, karena mereka (umat Islam) senantiasa menanti dan meneliti serta mengetahui kemunculan Imam Mahdi as di setiap saat. Oleh karena itu, mereka tidak akan merasa rendah dan hina, justru mereka menganggap kecil kekuatan orang-orang sombong tersebut.
Sesungguhnya adanya kesadaran seperti ini dapat menciptakan motivasi yang kuat untuk berjuang dan berkorban. Sikap inilah yang dapat menaklukan musuh-musuh Allah serta musuh-musuh Islam. Inilah rahasia ketakutan mereka yang terus menerus. Oleh karena itu sepanjang masa, mereka terus berusaha untuk melemahkan akidah dan kepercayaan umat Islam kepada Imam Mahdi as serta mereka berusaha menyebarkan keraguan di tengah-tengah umat dengan menggunakan penulis-penulis bayaran.
Sebagaimana kebiasaan mereka yang berusaha memecah belah umat Islam dan berusaha menyesatkan serta menghancurkan kekuatan kaum muslimin, mereka juga mereka berusaha memalingkan umat Islam dari akidahnya yang benar, mempengaruhi mereka supaya terjerembab ke dalam akidah-akidah yang sesat sebagaimana yang terjadi pada kelompok Baabiyah, Bahaiyah, Qadiyaniyah dan Wahhabi.
Di samping faedah-faedah tersebut di atas mungkin bisa kita tambahkan faedah-faedah lain yang dapat diperoleh oleh seorang yang mempercayai kemunculan Imam Mahdi di akherat nanti. Dari faedah-faedah tersebut yang terpenting adalah pembenahan kepercayaannya akan keadilan dan kemurahan Allah SWT atas umat ini dengan tidak meninggalkan mereka begitu saja menjadi mangsa keputusasaan tatkala menyaksikan banyaknya penyimpangan agama, tanpa mengulurkan tali pengharapan akan kemenangan agama ini di seluruh penjuru dunia di bawah kepemimpinan Imam Mahdi as.
Dan termasuk faedah mempercayai kemunculan Imam Mahdi adalah:
a. Mendapatkan pahala penantian. Disebutkan dalam sebuah riwayat yang shahih dari Imam Ja’far Shadiq:
المنتظر لأمرنا کالمتشحط بدمه في سبيل الله
“Orang yang menantikan kemunculan pemerintahan kami (Al Mahdi) sama seperti orang yang terbunuh di jalan Allah”
b. Mengamalkan dan berpegang teguh dengan Firnlan Allah swt yang menceritakan wasiat Ibrahim kepada putra-putranya.
يا بني أن الله اصطفی لکم الدين فلا تموتن إلا وانتم مسلمون
“Wahai putra-putraku sesungguhnya Allah telah memilihkan agama untuk kalian, maka janganlah kailan meninggal kecuali kalian telah memeluk Islam (berserah diri dengan sepenuhnya kepada Allah).” (QS 2:132 )
Sebagaimana yang telah disebutkan dalam pembahasan yang telah lewat bahwa barang siapa yang meninggal dalam keadaan tidak mengetahui siapa imam zamannya (dizaman kita sekarang ini adalah Imam Mahdi), maka matinya seperti matinya orang jahiliyyah.
Berdasarkan atas apa yang telah kami sebutkan tampaklah arti dari pada riwayat yang menyatakan bahwa sesungguhnya bumi ini tidak akan pernah sunyi dari Hujjah Allah swt. Oleh karenanya termasuk kewajiban islami untuk meingingatkan dan menyadarkan umat Islam terhadap tujuan-tujuan dan bahaya-bahaya yang menghadang, memperkokoh dan membentengi mereka dengan iman yang benar sebagaimana yang diperintahkan oleh tiga sumber suci agama Islam (Al Qur’an, sunnah dan Ahli Bait as), clan menyambut seruan Islam.
Pembicaraan dalam buku ini berkisar tentang Imam Mahdi as yang merupakan suatu pembicaraan yang murni islami, dan telah dijelaskan secara terperinci bahwa kepercayaan akan kemunculan Imam Mahdi di akhir zaman nanti termasuk dari pada keharusan- keharusan kepercayaan terhadap kebenaran misi agama Islam yang abadi, dimana mendustakannya berarti mendustakan risalah Islam itu sendiri.
Kami rasa buku ini memiliki nilai lebih dibandingkan dengan buku sejenis lainnya karena didukung oleh informasi yang dapat memenuhi selera seorang cendekiawan muslim, sejauh apapun pengetahuannya agar lebih mengenal Al Mahdi Al Muntadzar yang ada dalam wacana pemikiran Islam.
Puji Syukur kepada Allah atas hidayahNya. Salam Sejahtera atas sebaik-baik Nabi dan rasulNya Muhammad, keluarganya yang suci, para shahabatnya yang setia dan mereka yang berjalan di jalan mereka yang lurus sampai hari akhir.
Referensi:
372. Rijal Najasyi:40/ 80 dalam biografi Hasan bin Ali bin Ziyad Wasysya’.
373. Q. Surah Maryam: 12. Di dalam bagian kedua nomer 5 dan 8 buku ini telah dijelaskan bahwa Ahmad bin Hajar Haitami Syafi’i dan Ahmad bin Yusuf Qirmani Hanafi telah mengakui bahwa Al-Mahdi mendapatkan anugerah dari Allah berupa hikmah ketika beliau masih berusia kanak-kanak, rujuklah!
374. Masalah ini telah menjadi masalah yang hangat dibicarakan di kitab-kitab aqaid sejak berabad-abad yang lalu dan ulama-ulama besar Syiah telah menjawabnya dari bermacam-macam sisi dan dengan cara yang berbeda-beda. Di sini kami hanya akan menyebutkan beberapa sisi dari jawaban-jawaban mereka..
375. Q. Surah Nisa’: 157-158.
376. Telah kami jelaskan dengan detail masalah hadis-hadis yang menceritakan turunnya Nabi Isa AS juga hadis-hadis tentang Dajjal yang disebutkan dalam Bukhari dan Muslim berikut mereka yang menganggap masalah ini adalah masalah keyakinan Ahlussunnah dengan penegasan mereka bahwa Dajjal sekarang ini ada dan hidup di dunia sampai akhir zaman nanti, juga turunnya Nabi Isa AS di akhir zaman untuk mambantu Imam Mahdi dalam menumpas Dajjal. Rujuk bagian ketiga (Berdalih Tidak Adanya Hadis-Hadis Al-Mahdi Dalam Shahihain, Bukhari dan Muslim).
377. Ar-Razi, At- Tafsirul Kabir 25: 42.
378. Rujuk Syahid Muhammad Baqir Shadr, Bahts haulal Mahdi
379. Hal tersebut diakui oleh lima orang pensyarah Bukhari, seperti yangg telah kami singgung sebelumnya, rujuklah !
380. Raudhatul Kafi 8: 201/329.
381. Q. Surah Baqarah: 132
(Sadeqin/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email