MUKADDIMAH
الحمد لله رب العالمين و الصلاة و السلام علی خير خلقه محمد واله الطيبين الطاهرين و صحبه المخلصين و من تبعهم باحسان الی يوم الدين.
و بعد
Sejak terbitnya mentari Islam hingga hari ini, kaum muslimin meyakini akan kebenaran kabar gembira yang disampaikan oleh Nabi Besar Muhammad saw, bahwa di akhir zaman kelak seorang dari keluarga Nabi (yang dikenal dengan Mahdi), akan bangkit untuk memenuhi bumi dengan keadilan bilamana telah dipenuhi dengan kezaliman. Karenanya, kaum mukminin masa demi masa senantasa menanti dan menunggu kedatangan Imam Mahdi, hanya sekelompok kecil dari pendakwa pembaharuan dan kemajuan yang terkecuali dari itu. Hal ini dikarenakan mereka telah terpengaruh oleh kajian dan bahasan Orientalisme yang tidak obyektif seperti apa yang ditulis oleh Van fluten, Donaldson, Goldziher dan orientalis lainnya, yang memang berusaha membahas dan mengkaji apa-apa yang berhubungan dengan keyakinan kaum muslimin untuk akhirnya mengingkari kebenaran bangkitnya Imam Mahdi di akhir zaman.
Memang, ada sebagian dari mereka tertipu oleh kajian dan bahasan kaum Orientalis, dengan niat mereka mengajak kepada pembaharuan dalam memahami masalah-masalah agama Islam, berusaha untuk mencari titik temu Islam dengan kemajuan yang dicapai barat. Mereka lantas berpendapat bahwa dengan mengingkari keberadaan dan kebangkitan Imam Mahdi, mereka dapat menolak seruan salibisme –yang berkedok orientalis– yang selalu menyerang Islam dan menggambarkannya –dalam kajian-kajian dan tulsan-tulisan mereka– sebagai benda mati yang tak berkehidupan.
Demikianlah, tulisan-tulisan hasil studi kaum orientalis menjelma dalam pribadi sebagian kaum musljmin dimana hal tersebut menambah luka dari dalam. Prinsip-prinsip agama menjadi ajang ta’wil mena’wil. Lalu sebagian ajaran diragukan, seperti masalah kemunculan Imam Mahdi di akhir zaman. Mungkin anda juga pernah mendengar ucapan yang membosankan dari para orientalis tentang keraguan-keraguan mereka akan kebangkitan Imam Mahdi as. Apa yang mereka lakukan tidak akan sampai pada hasil sesempurna ini, jika tidak dibarengi oleh ketidaktahuan akan latar belakang peradaban sakit mereka dan ketertarikan akannya, sehingga meyakininya sebagai kebenaran hakiki, padahal hasil studi mereka telah tercampuri oleh unsur-unsur kotor, licik dan fanatisme, juga makar terhadap Islam dan muslimin. Bagaimana tidak, padahal Goldziher, de Boer, Mac Donald serta Bandley terang-terangan menyatakan bahwa ayat-ayat Al Qur’an saling bertentangan satu dengan yang lainnya.1 Jadi, tidaklah mengherankan jika kita jumpai –dalam kegiatan kristenisasi– orang yang menyerang aqidah dan kepercayaan kaum muslimin tentang Imam Mahdi2.
Padahal masalah Imam Mahdi bukan hanya dipercayai oleh kaum muslimin, seperti yang akan dijelaskan dalam mukadimah ini.
Teori Al Mahdi, Kepercayaan Dunia
Ide kemunculan sang penyelamat agung yang akan membentangkan keadilan dan kemakmuran pada akhir zaman, membasmi kezaliman dan penindasan di seantero dunia dan menyerukan keadilan dan persamaan hak di bawah kepemimpinannya, merupakan ide yang dianut oleh tiga agama utama dan diyakini oleh mayoritas masyarakat manusia.
Agama Yahudi menganut kepercayaan ini, sebagaimana kaum kristiani meyakini kembali nya Nabi Isa as, juga orang-orang zoroaster menunggu-nunggu kedatangan raja Bahram. Kaum Masehi Ethiopia menantikan kembalinya raja mereka Teodor sebagai Mahdi akhir zaman. Orang-orang Hindu menunggu kedatangan Dewa Wishnu, seperti keyakinan orang Majusi akan kehidupan kembali Usyidar. Demikian juga orang-orang Budha menantikan datangnya Sang Budha, sebagaimana orang-orang Spanyol menunggu kedatangan sang Raja Rodriguez dan orang Mongol menantikan kembalinya Jenghis Khan.
Bangsa Mesir kuno dan bangsa Cina juga menganut kepercayaan demikian. Seperti apa yang terdapat pada kitab-kitab kuno mereka3.
Selain itu, sebagian pemikir dan filosof barat dengan jelas menyatakan bahwa dunia dalam penantian datangnya sang penyelamat agung yang akan mengatur dan memerintah dunia serta mengumpulkan semua bangsa di bawah satu panji.
Bertrand Russel, filosof berkebangsaan Inggris, menyatakan, “Dunia dalam penantian sang penyelamat yang akan menyatukan umat manusia di bawah satu panji dan satu syiar.”4
Einstein, penemu teori relativitas menyatakan, “Hari di mana perdamaian dan persaudaraan memenuhi dunia sehingga bangsa manusia saling mencintai dan menyayangi satu sama lain, sudah sangat dekat.”5
Pernyataan yang lebih dari itu adalah apa yang disampaikan oleh filosof Inggris Bernard Shaw, ketika memberitakan kabar gembira kedatangan sang penyelamat dalam bukunya Manusia dan Superman. Guru besar, Abbas Muhammad Aqqad, ketika mengomentari buku tersebut mengatakan, “Keberadaan Superman versi Shaw bukanlah hal yang mustahil dan pernyataannya tersebut bukan mustahil mengandung kenyataan yang tak dapat dipungkiri.”6
Kaum muslimin dengan segala bentuk perbedaan madzhabnya, meyakini kedatangan Imam Mahdi di akhir zaman seperti yang telah dikabarkan oleh Rasulullah saw. Keyakinan ini bukan suatu keyakinan mazhab dan golongan tertentu. Betapa banyak ulama dari kalangan Ahli Sunnah dari abad ke tiga Hijriyah hingga kini, yang menegaskan bahwa Mahdisme adalah masalah yang disepakati dan merupakan keyakinan seluruh umat. Bahkan sebagian ulama dalam fatwanya, menghalalkan darah orang yang mengingkari kedatangan Imam Mahdi. Sebagian lagi menyatakan orang tersebut harus didera dan dikucilkan sampai ia mau kembali pada keyakinan yang haq dan benar, walaupun terpaksa –seperti yang ada pada ungkapan mereka–. Fatwa ulama empat mazhab Ahli Sunnah tersebut akan kami jelaskan kemudian.
Karenanya, ketika mengungkapkan kepercayaan kaum muslimin akan Imam Mahdi, Ibnu Khaldun mengatakan “Ketahuilah bahwa, pendapat yang masyhur di kalangan seluruh kaum muslimin sepanjang masa, adalah bahwa di akhir zaman nanti, seorang dari Ahli Bait Nabi akan datang untuk menyerukan agama dan memperjuangkan keadilan. Kaum muslimin akan dengan setia mengikutinya. Seluruh negeri Islam akan berada di bawah pemerintahannya. Dialah yang dikenal dengan Mahdi.”7
Ustadz Ahmad Amin –walaupun terkenal dengan keekstrimannya akan masalah ini– setuju dengan apa yang dikatakan Ibnu Khaldun. Dalam mengomentari pendapat Ahli Sunnah dalam hat ini menyatakan, “Ahli Sunnah juga menyakini permasalahan ini”8, lalu beliau menyebutkan perkataan Ibnu Khaldun tersebut.9 Kemudian dia menambahkan, “Ibnu Hajar mencatat bahwa hadits-hadits yang diriwayatkan dari Nabi saw tentang Imam Mahdi berjumlah lima puluh buah hadits.”10
Ketika menyebutkan apa yang dibacanya dari kitab- kitab karangan ulama Ahli Sunnah, mengatakan, “Saya baca dalam tulisan ustadz Ahmad Bin Muhammad Bin Siddiq dalam menjawab Ibnu Khaldun, yang diberi nama Ibraz Al Wahm Al Maknun min Kalami Ibni Khaldun setelah memukul habis pendapat Ibnu Khaldun yang menyangsikan kebenaran hadits-hadits tentang Mahdi, dan membuktikan kebenaran riwayat-riwayat tersebut, menyatakan bahwa hadits-hadits tersebut adalah mutawatir.”11
Di halaman lain, beliau menulis, “Saya juga telah membaca tulisan lain dalam masalah yang sama karangan Abu Thayyib Bin Abi Muhammad Bin Abi Al Husein Hasaniy dengan judul “Al-Idza’ah lima Kâna wama Yakunu Baina Yaday Al Sa’ah”12
Katanya juga, “Imam Syaukani telah menulis buku yang membuktikan kebenaran hal but dengan judul At-Taudhih fi Tawaturi Majaa fi Al Muntadzaiwa Al Dajjal wa Al Masih.”13
Jadi, kedatangan sang penyelamat (Imam Mahdi) merupakan satu masalah yang diyakini bersama oleh Syi’ah dan Sunnah. Ahli Sunnah memiliki lima puluh hadits dalam masalah ini, di kitab-kitab hadits mereka, sebagai satu dari tanda-tanda datangnya hari kiamat. Di samping itu, banyak ulama dalam pemyataan mereka telah membuktikan kekeliruan Ibnu Khaldun, yang menyatakan bahwa hadits-hadits yang berkaitan dengan hal ini adalah hadits-hadits dhaif (lemah), atau dalam makalah yang mereka tulis dalam menjawab klaim tersebut dan membuktikan bahwa hadits-hadits tentang Imam Mahdi adalah mutawatir. Umat agama-agama maupun bangsa lain selain kaum musliminpun mempercayai pokok dan asas ide ini, walaupun jati diri sang penyelamat dunia menurut satu umat berbeda dengan apa yang diyakini oleh umat lainnya, yang mana umat Islam sepakat bahwa nama beliau adalah محمـد seperti nama Nabi saw dengan gelar kehormatan, Mahdi.
Kesepakatan umat manusia dari berbagai agama, suku dan bangsa dunia serta para pemikir dan filosof barat –padahal agama, kepercayaan, pola pikir, ide dan kebiasaan mereka berbeda– dalam masalah ini memberikan indikasi bahwa ada dalil dan argumen kuat yang menyatukan pandangan mereka. Kata sepakat dari berbagai golongan ini, mustahil terjadi hanya karena faktor kebetulan semata. Kita tambahkan lagi, adanya kesepakatan kaum muslimin akan kebenaran masalah kedatangan Imam Mahdi di akhir zaman dan bahwa beliau adalah seorang dari keluarga Nabi saw –sebagaimana yang akan dijelaskan kemudian–, dapat kita simpulkan bahwa, kala sepakat mereka berarti ijma’ kaum muslimin. Dan umat Islam tidak akan bersepakat dalam kesesatan. Masalah ini akan dijelaskan secara khusus.
Karenanya, figur lain yang dikenalkan oleh agama atau bangsa lainnya sebagai sang penyelamat, tidak dapat mempengaruhi keyakinan bahwa figur tesebut adalah Mahdi dari keluarga Nabi. Sebab, untuk mengenalnya secara jelas, kita dapat menelaah kitab-kitab standar kaum muslimin yang ditulis dengan metode yang tidak ada bandingannya yaitu metode penyampaian riwayat lewat mendengar, penyampaian dari mulut ke mulut sampai kepada sumber asli agama.
Oleh karena itu kita katakan bahwa, sangat mungkin sekali kepercayaan Ahlul Kitab (Yahudi dan Nasrani) akan sang penyelamat di akhir zaman sebenarnya adalah kabar gembira akan datangnya Imam Mahdi, seperti halnya kabar gembira kedatangan Nabi Muhammad saw. Hanya saja mereka menutup-nutupinya dikarenakan keingkaran dan kecongkakan mereka, kecuali mereka yang benar-benar beriman dan bertaqwa.
Di dalam kitab Taurat, ada beberapa ungkapan yang menyinggung masalah kedatangan Imam Mahdi as di akhir zaman, seperti yang dinukil oleh Abu Muhammad Urduni dari kitab Armiya: “Naiklah wahai kuda dan tariklah kereta untuk kedatangan para pahlawan: Kusy, Quth yang memegang tameng dan orang-orang Lot yang memegang panah. Hari ini adalah milik Tuan pemilik bala tentara. Hari pembalasan bagi atas para musuhnya dimana pedang akan memangsa santapannya dan kenyang.... Karena Tuan pemilik tentara mempunyai sembelihan di tanah utara dekat Furat.”14
Juga ungkapan yang lebih jelas lagi, seorang penelaah bermazhab Sunni, Said Ayyub dalam kitab Al Masih Al Dajjal menyebutkan, “Ka’ab berkata, di dalam kitab para Nabi terdahulu tertulis bahwa “Mahdi” tiada cacat dalam semua perkerjaannya.” Dalam komentarnya beliau menulis, “Saya bersumpah telah menyaksikannya sendiri dalam kitab-kitab Ahlul Kitab, dan mereka telah menelaah dan mengkaji apa-apa yang berkenaan dengan Mahdi, seperti yang mereka lakukan terhadap berita kedatangan Kakeknya saw.”
Kitab Mimpi memberikan isyarat akan adanya seorang wanita yang melahirkan 12 orang Iaki-laki. Lalu seorang wanita lain, yaitu yang melahirkan lelaki keduabelas dari 12 orang tadi. Kitab tersebut menyatakan bahwa wanita kedua ini selalu terancam bahaya. Bahasa sandi untuk bahaya ini adalah Ular Besar.
Disebutkan, “Ular Besar berdiri di hadapan seorang wanita hamil sampai dia melahirkan, untuk membunuh sang bayi” (Kitab Mimpi 12:3). Artinya, tentara pemerintah waktu itu berniat untuk membunuh bayi tersebut. Akan tetapi setelah lahir, Barkeley dalam tafsirannya menyatakan, “Tatkala bahaya menghadang sang wanita, Allah mengambil sang anak dan menjaganya”. Kalimat, (Allah mengambil sang anak) (Mimpi 12:5), artinya bahwa Allah menggaibkannya, menurut Barkeley.
Kitab tersebut juga menyebutkan masa gaibnya adalah 1260 hari. Angka tersebut memiliki arti khusus bagi umat Ahlul Kitab. Kemudian tentang nasib keturunan wanita tersebut secara umum, Brekly menyatakan: Sang Ular menyatakan perang terhadap anak cucu wanita tersebut.” Dalam kitab tersebut tertulis “Ular Besar sangat murka, dan menyatakan perang terhadap keturunan sang wanita yang masih tersisa yang selalu menjaga wasiat-wasiat Allah” (Mimpi 12:15).15
Demikianlah, walaupun apa yang ada di dalam Al Kitab (perjanjian lama dan baru) tidak dapat menjadi dalil bagi seorang muslim, karena kitab tersebut sudah berubah dari aslinya, tapi hal tersebut dapat menjadi petunjuk yang jelas bahwa Ahlul Kitab mengenal figur Mahdi, walaupun identitas dan jati diri Mahdi versi mereka berbeda dengan yang kita yakini. Setidaknya dapat kita simpulkan bahwa apa yang ada di datam Islam, bukan berarti asing bagi agama-agama terdahulu. Bahkan sebagian besar hal-hal umum dan pokok yang Islam ajarkan, terdapat juga pada agama sebelumnya.
Syatibi berkata, “Berapa banyak hukum dan prinsip- prinsip umum dalam ayat Al Qur’an yang juga ada pada syariat-syariat terdahulu.”16
Dengan demikian, tidak menjadi soal bahwa keyakinan seorang muslim tentang kabar gembira Nabi saw akan datangnya seorang dari keluarganya di akhir zaman, sama dengan apa yang diyakini oleh Ahlul Kitab (Yahudi dan Nasrani) atau umat lainnya dari agama-agama sebelum Islam. Kepercayaan ini tidak bisa dikatakan sesat setelah adanya kabar gembira dari Nabi saw dan setelah meyakini bahwa beliau tidak menyatakan sesuatu menurut hawa nafsunya. Semua yang beliau sampaikan adalah wahyu yang diterimanya dari Allah swt.17
Tentang kepercayaan suku bangsa di dunia akan pokok masalah ini, dapat dikatakan karena hal ini tidak bertentangan dengan fitrah, tuntutan maupun kebutuhan manusia. Jika seseorang mati berpikir sejenak tentang persamaan pandangan mayoritas bangsa-bangsa di seluruh dunia dalam pokok masalah tersebut, dia akan memahami bahwa ada suatu hikmah yang besar di balik pengaturan alam semesta, yang memberi energi kepada umat manusia dalam pergulatannya melawan segala bentuk penyimpangan dan kezaliman, sehingga dia tak akan sudi untuk membiarkan dirinya dimakan oleh rasa putus asa. Sebaliknya dia selalu berpengharapan dan optimis bahwa keadilan pasti akan tegak di muka bumi.
Perbedaan figur seorang penyelamat dunia yang diperkenalkan oleh agama-agama selain Islam maupun bangsa-bangsa di dunia tidak dapat menjadi dalil pengingkaran atas apa yang telah dijelaskan oleh Nabi saw, juga tak bisa dikatakan bahwa mereka salah dalam mengidentifikasikan sang penyelamat tersebut, apalagi Islam telah menjelaskan masalah ini dengan menyebutkan nama, silsilah keturunan, sifat, kepribadian, tanda-tanda kedatangan dan metode pemerintahannya dalam riwayat-riwayat yang mencapai batas hadits mutawatir karena banyaknya perawi hadits tersebut dari kalangan Ahli Sunnah, seperti yang ditegaskan oleh para ulama, fuqaha dan ahli hadits mereka. Riwayat-riwayat tersebut di atas telah diriwayatkan oleh lebih dari 50 orang sahabat, yang akan kami sebutkan kemudian dalam buku ini.
Adapun mengenai perbedaan pendapat di kalangan kaum muslimin dalam masalah Imam Mahdi scperti yang terjadi di antara Ahli Sunnah dan Syi’ah hal inipun tidak dapat dijadikan dalil untuk mengingkarinya seperti yang dilakukan kalangan orientalis dan para pengekor mereka. Tetapi justru sebaliknya, hal yang demikian ini adalah bukti nyata bahwa masalah tersebut adalah masalah yang sudah jelas dan pasti akan terjadi.
Perselisihan tersebut, hanya perselisihan detail masalahnya saja, persis seperti pendapat mereka tentang Al Qur’an, di mana satu golongan menyatakan bahwa Al Qur’an qadim sedangkan lainnya menyatakan hadits, tapi mereka sama-sama meyakini kafirnya pengingkar Al Qur’an, juga banyak permasalahan lainnya.
Lemahnya Pendapat Bahwa Masalah Mahdi Hanya Dongeng Belaka
Kesimpulan yang menyatakan bahwa teori Al Mahdi di akhir zaman hanya sekedar dongeng belaka seperti yang dilontarkan oleh kaum orientalis dan pengikutnya, adalah anggapan yang lemah, sebab tidak mungkin sebuah dongeng menjadi sebuah keyakinan yang kuat. Tak pelak lagi, ini adalah upaya memperdaya akal pikiran para pengimannya dengan mengatakan bahwa itu hanyalah sebuah dongeng. Padahal sejarah tidak pemah mengenal satu legenda dan dongengpun yang dapat menciptakan sejarah sebuah umat. Bagaimana halnya dengan umat yang pada abad pertengahan memiliki peradaban tinggi di atas umat-umat lainnya, seperti yang diakui sendiri oleh para orientalis.
Yang mengherankan adalah bahwa mereka meyakini akan ketinggian peradaban Islam di atas semua peradaban di dunia, mereka juga tidak mengingkari peranan Islam yang besar dalam membangun mental kaum mukminin dan membersihkan jiwa mereka dari segala bid’ah, khurafat dan adat-adat sesat yang dibenci oleh jiwa yang bersih dan diingkari oleh akal sehat. Hanya saja mereka lupa akan kenyataan bahwa sebuah umat seperti ini tidak mungkin akan sepakat dalam meyakini sebuah dongeng.
Dugaan yang dapat kita lakukan adalah bahwa ketika mereka melihat agama nenek moyang mereka sarat dengan khurafat, dongeng dan hal-hal yang menyesatkan lainnya, kenyataan ini sulit mereka terima.
Karenanya mereka bertekad untuk menyusupkan banyak hal ke dalam agama Islam,di dalanl tulisan-tulisan mereka tentang Islam –yang lebih murni dari emas 24 karat–. Maka dari itu, mereka menyifati hadits-hadits tentang Al Mahdi dan kedatangannya di akhir zaman yang diriwayatkan secara mutawatir dari Nabi saw, sebagai dongeng.
Petaka yang sebenarnya bukan di sini, sebab mereka adalah kaum yang:
کبرت کلمة تخرج من افواههم إن يقولون إلا کذبا
“Alangkah jeleknya kata-kata yang keluar dari mulut mereka, mereka tidak mengatakan (sesuatu) kecuali dusta.”18
Petaka sebenarnya ada pada tulisan-tulisan mereka yang berbaju Sayyid Jamaluddin Afghani, Syekh Muhammad Abduh dan semisal mereka dari tokoh- tokoh pembaharu, yang “membantu” mengaburkan realita yang malahan menguntungkan musuh Islam, dengan harapan dapat memberikan petunjuk dan hidayah kepada mereka yang tenggelam di lautan “kesesatan”, tanpa membuahkan hasil yang diharapkan. Mereka lalai bahwa yang mereka lakukan justru mengandung bahaya yang mengancam ajaran Islam yang abadi dan merongrong asasnya yang kokoh.
Dari sinilah, sebelum masuk ke dalam pembahasan dan menerangkan dalil-dalil yang jelas menyangkut keyakinan kaum muslimin akan Imam Mahdi dalam buku ini, kami merasa perlu untuk mengingatkan bahaya yang datang dari mereka, hendaknya kita menjaga diri jangan sampai termakan oleh isu-isu yang disebar dan ditebar oleh mereka.
Hanya Allahlah yang memberi petunjuk ke jalan yang lurus kepada yang dikehendakiNya.
Referensi:
1. Doktor ‘Irfan Abdul Hamid, Al-Mustasyriqun wa Al Islam hal. 17, Dr. Husamuddin A1usi, Dirasat fi Fikri Al Falsafiy Al Islami ha1: 68, Dr Abdul Jabbar Syararah, Buhuts fi Al Qur’an Al Karim hal: 52-54. Mereka menukil hal-hal di atas dari perkataan kaum orientalis mengenai pertentangan yang ada di dalam Al Qur’an seraya menjawab semua hutajan yang mereka ajukan.
2. Donaldson, ‘Aqidah Al Syi’ah hal: 231, Van Fluton, Siyadah ‘Arabiyyah hal: 107 dan 132.
3. Sa’ad Muhammad Hasan, Al Mahdiyyah fi Al Islam hal: 43-44, Dr. Mustafa Ghalib Imamah wa Qaim Al Qiyamah hal: 270.
4. Sayyid Abdur Ridha Syahrestani, Al-mahdiyyul Mau’ud wa Dafusy Syubuhati ‘Anhu hal: 6.
5. Ibid hal: 7
6. Abbas Mahmud ‘Aqqad, Bernard Shaw hal: 124 -125
7. Tarikhu Ibni Khaldun 1 hal: 555 pasal ke-52.
8. Ahmad Amin, AI-Mahdi wal Mahdawiyyah hal: 41.
9. Ibid hal: 110.
10. Ibid hal: 48.
11. Ibid hal: 106
12. Ibid hal: 109
13. Ibid hal: 110
14. Audah Muhawisy Abu Muhammad Urduni, Al-Kitabul Muqaddas tahtal Mijhar hal: 155 menukil dari Kitab Armiya 46: 2 - 11
15. Said Ayyub, Al-Masihud Dajjal hal: 379 - 380 cetakan ke-tiga. Penulis: Al-Mahdi dalam kepercayaan Syiah adalah Imam kedua belas dari silsilah para Imam Ahlul Bayt yang dimulai dengan Imam Ali Bin Abi Thalib AS. Dan hadis “Al-Mahhdi adalah haq, dan dia dari keturunan Fatimah” telah diakui kesahihannya dan banyak pemyataan dari ulama Ahlussunnah tentang kemutawatirannya, seperti yang akan anda ketahui nanti. Dalam kepercayaan Syiah Al-Mahdi adalah Putra Fatimah AS ketiga belas. Tiga diantaranya lahir secara langsung dari rahim beliau, mereka adalah Hasan, Husain dan Muhsin. Dan sembila orang lainnya tidak secara langsung mereka para imam dari keturunan Imam Husain AS. Adapun keturunan Imam Hasan AS walapun mereka keturunan Fatimah tapi mereka tidak termasuk dua belas orang diatas karena mereka bukan Imam. Hal demikian tidak berlaku bagi Muhsin, walapun beliau bukan Imam, Akan tetapi beliau lahir langsung dari rahim Fatimah. Maka dari itulah, Ustad Said Ayyub mengatakan “Inilah sifat-sifat Al-Mahdi yang sama dengan yang diyakini oleh Syiah Imamiyyah Itsna Asyariyyah.” Lalu beliau memberikan komentarnya dalam catatan kaki halaman 379 yang menunjukkan kesamaan sifat-sifat tersebut. Walaupun demikian hal itu tidak menunjukkan bahwa kepercayan Syiah maupun madzhab-madzhab lainnya akan kedatangan Mahdi di akhir zaman berdalilkan ayat-ayat dari Bible, seperti yang kita jelaskan dengan detail.
16. Syathibi Maliki, Al-Muwafaqat 3 hal: 117 masalah ke-empat.
17. QS 53: 3
18. QS 18: 5
(Sadeqin/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email