Sebagaimana telah disebutkan mengenai macam-macam makna wahyu, ada satu arti wahyu, yaitu wahyu kerasulan (risali). Wahyu ini hanya khusus untuk Nabi. Di dalam al-Quran, wahyu kerasulan disebut lebih dari tujuh puluh kali:
Allah SWT berfiman:
“Dan tidaklah patut bagi seseorang bahwa Allah berbicara kepadanya kecuali dengan perantara wahyu atau dari belakang tabir atau dengan mengutus utusan (malaikat) lalu diwahyukan kepadanya dengan izin-Nya apa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia Mahatinggi, Maha bijaksana. Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu (Muhammad) ruh (Al-Quran) dengan perintah Kami. Sebelumnya engkau tidak mengetahui apakah kitab (Al-Quran) dan apakah iman itu, tetapi Kami jadikan al-Quran itu cahaya, dengan itu Kami memberi petunjuk siapa yang kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami. Dan sungguh, engkau benar-benar membimbing (manusia) kepada jalan yang lurus (QS. Al–Syura: 51-52).
Menurut Al-Quran, wahyu kerasulan ada tiga macam:
1. Wahyu secara langsung. Wahyu yang disampaikan ke dalam hati Rasulullah SAW secara langsung tanpa perantara. Sekaitan dengan ini, Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya Ruhul Qudus membenamkan ke dalam hatiku.” (Al-Itqan, jilid 1, hal.44).
2. Wahyu berbentuk suara. Wahyu yang langsung sampai ke pendengaran Rasulullah SAW tanpa ada seorang pun yang bisa mendengarnya. Fenomena ini sama seperti orang yang berbicara di balik tirai. Al-Quran mengungkapkannya dengan istilah dari belakang tabir. Wahyu semacam ini disampaikan kepada Nabi Musa a.s. ketika beliau berada di gunung Thur dan kepada Rasulullah saw pada malam Mi’raj.
3. Wahyu melalui perantara Jibril. Malaikat penyampai wahyu membawa pesan Ilahi untuk dikabarkan kepada Rasulullah SAW. Sebagaimana disebutkan dalam Al-Quran, …maka (ketahuilah) bahwa dialah yang telah menurunkan (al-Quran) ke dalam hatimu (Muhammad) (QS. Al-Baqarah: 97).
Sumber: Muhammad Hadi Ma’rifat, Tarikh Al-Qur’an, Majma Jahani Ahl Al-Bait, Qom, 1388 HS.
(Study-Syiah/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email