Pesan Rahbar

Home » » Catatan Seminar Sidogiri: Walhasil, Kami Semua Sayang Kang Said

Catatan Seminar Sidogiri: Walhasil, Kami Semua Sayang Kang Said

Written By Unknown on Tuesday 11 October 2016 | 23:12:00

K.H Said Aqil Siradj

Oleh: M. Imaduddin (Wakil Sekretaris Lembaga Dakwah PBNU)

Kami Semua Sayang Kang Said (Catatan atas Seminar Sidogiri)
Sebenarnya saya bukan orang yang layak untuk memberi catatan atas Seminar “Solusi Dinamika Islam Kekinian di Indonesia dan Dunia” di Ponpes Sidogiri, Pasuruan, Ahad 24 Januari 2016 yang lalu.

Tapi sebagai warga NU dan kebetulan juga diberi amanah menjadi bagian dari lembaga PBNU dan upaya mencegah beredarnya fitnah terhadap Kang Said, serta kecintaan saya yang amat besar kepada organisasi yang didirikan oleh Hadrotussyeikh KH. Hasyim Asy’ari, maka saya terpaksa memberi catatan atas pertemuan di Sidogiri kemarin.

Setelah melihat video dialog, maka saya menyimpulkan:

Pertama, pertemuan kemarin adalah sebuah forum penuh nasehat dari para ulama dan bukanlah “pengadilan” untuk Kang Said. Tidak ada maksud sedikit pun dari para ulama untuk mengadili Kang Said,
apalagi menjatuhkan beliau. Inilah tradisi NU, tradisi ulama. Tradisi saling mengingatkan, saling menasehati, tawashow bil haq.

Kritik atau nasehat yang disampaikan ulama NU di Sidogiri kemarin kepada Kang Said bukanlah bentuk kebencian, tetapi karena rasa sayang kepada beliau. Hal ini tampak dari komentar para ulama yang penuh
dengan etika dan sopan santun. Tidak ada satupun hujatan, makian, dan kata-kata kasar kepada Kang Said pada pertemuan itu.

Hal ini berbeda dengan beberapa orang yang -disebut ulama- selama ini tanpa tabayun terlebih dahulu mencaci maki, menghujat, dan mengeluarkan ujaran kebencian kepada beliau hanya karena berbeda
pandangan dengan Kang Said. Kritik mereka kepada Kang Said Said didasari oleh kebencian, bukan dilandasi oleh kasih sayang.

Kedua, menyimak jawaban-jawaban Kang Said dalam dialog tersebut, tampak adanya gap keilmuan yang teramat jauh dengan para pengkritiknya. Semua yang disampaikan Kang Said baik dalam bukunya maupun ceramah-ceramahnya yang menurut banyak orang kontroversial ternyata memiliki landasan dalil, baik dari Al-Quran, Sunnah, maupun aqwal ulama. Bacaan Kang Said terhadap ilmu-ilmu dan pemikiran cendekiawan-cendekiawan muslim dari berbagai disiplin ilmu, baik klasik maupun kontemporer ternyata tak sebanyak yang dibaca dan dikaji oleh para pengkritiknya.

Ditambah lagi dengan cara pandang Kang Said dalam memahami teks-teks klasik tersebut amat jauh berbeda dengan para pengkritiknya. Jika para pengkritiknya memahami teks-teks klasik apa adanya dan dalam konteks dimana teks itu bicara, maka Kang Said memahaminya secara kontekstual dan aktual. Pemahaman para ulama berabad-abad yang lalu beliau kembangkan dan dikontekstualisasikan dengan kondisi kekinian. Inilah bedanya Kang Said dengan para pengkritiknya.

Kesalahan Kang Said, kalau memang beliau harus disalahkan, menurut saya adalah Kang Said ketika menyampaikan ceramah atau menulis kadang beliau lupa bahwa dirinya adalah ketua umum PBNU. Artinya beliau memimpin para ulama se-indonesia yang memiliki tingkat pemahaman yang berbeda-beda. Apa yang dimaksud oleh Kang Said tidak seperti yang dipahami oleh sebagian warga Nahdliyin. Sehingga muncul tuduhan-tuduhan kepada beliau, mulai dari tuduhan Liberal hingga agen Syi’ah.

Inilah menurut saya kelebihan yang menjadi kekurangan Kang Said. “Kami ini sayang kepada Antum. Tolong jangan buat pernyataan-pernyataan kontroversial lagi, yang membingungkan umat. Maksud Antum seperti itu, tapi umat memahami tidak seperti yang Antum maksud…,” demikian kurang lebih nasehat Habib Taufiq Assegaf kepada beliau.

Alhasil kami semua sayang kepada Kang Said…

(Islamoderat/Islam-Institute/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: