Jika kita berprinsip harus berdamai dengan semua pihak, pandangan seperti ini bertentangan dengan makna Ziarah Asyura.
Hujjatul Islam Murtadha Agha Tehrani, kepala bagian hubungan masyarakat masjid Jamkaran, di sela-sela peringatan malam kedua Muharram di Yayasan Fathimiah, Qom menyatakan bahwa seseorang yang hari ini dan hari sebelumnya sama dalam beramal, benar-benar merugi. Dan mereka yang hari ini lebih buruk dari kemarin maka ia termasuk orang yang celaka.
Beliau menambahkan bahwa Ziarah Asyura merupakan bentuk pernyataan berlepas diri dari beragam bentuk kejahatan dan kezhaliman. Beliau menukil pernyataan Imam Husain as yang menyatakan bahwa Umar bin Sa’ad adalah seorang anak haram dari orang tua yang haram, yang telah meletakkanku diantara perang dan kehinaan.
Islam adalah agama yang tegas. Islam tidak mencampur kebenaran dan kebatilan. Sebotol Minuman keras tidak serta merta menjadi air suci ketika kita mencampurnya dengan segelas air suci. Orang yang terbiasa melihat gambar atau film yang cabul tidak mengetahui apa tujuan dan akhir dari tindakannya itu. Beliau menambahkan bahwa orang yang terbiasa melakukan dosa, memulai semuanya dari dosa-dosa ringan dan kecil sampai pada tahapan ia meyakini khurafat dan ramalan-ramalan.
Dalam kisah Asyura kita tahu bahwa Abul Fadhl Abbas as membela Al-Husain as hingga titik darah penghabisan, bahkan jika ia diberi imbalan dunia dan seisinya untuk melepas Al-Husain niscaya ia tidak akan melakukannya. Inilah symbol pecinta sejati. Kalau beliau rela mengorbankan jiwanya untuk manusia suci ini mengapa kita tidak rela hanya untuk menangisinya?.
Diakhir khutbahnya beliau menyatakan bahwa seseorang yang berkata sebaliknya dari kenyataan yang ada merupakan interpretasi Yazid. Masalah utama yang dihadapi bangsa kita saat ini adalah semakin melemahnya semangat untuk ber amar Ma’ruf nahi Munkar.
(Shabestan/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email