Berada di jalan Imam Makshum as adalah satu-satunya jalan kemenangan dalam perlombaan di jalan Allah.
Shabestan News Agency melaporkan dari Isfahan, Ayatullah Sayid Abul Hasan Mahdawi dalam sebuah kajian akhlaqnya menjelaskan bahwa syarat dikabulkannya amalan adalah wilayah kepada Imam Makshum as.
Dalam kitab-kitab Ahlu Sunnah disebutkan bahwasanya Rasulullah saww bersabda “seandainya seseorang memiliki usia hingga seribu tahun, yang sepanjang usianya ia berpuasa, dan malam-malamnya ia habiskan untuk shalat malam, selalu beribadah kepada Allah swt, dan meninggal di antara Shafa dan Marwa, namun ia tidak mengenal Imam Zamannya atau tidak berwilayah kepada Amirul Mukminin Ali as, maka Allah swt akan menjatuhkannya ke dalam Saqar (neraka)”.
Sebagaimana yang disebutkan dalam surat Al-Muddatsir ayat 40, Ayatullah Mahdawi menjelaskan bahwa ayat ini mengisyaratkan tentang “Saqar”, yakni “kecuali golongan kanan, mereka berada di dalam surga, mereka saling menanyakan, tentang keadaan orang-orang yang berdosa, apa yang menyebabkan kalian masuk ke dalam Saqar (Neraka)”.
Dalam ayat tersebut disebutkan beberapa alasannya, di antaranya ialah “Mereka menjawab, “Dahulu kami tidak termasuk orang-orang yang melaksanakan shalat”.
Menurut beliau, “orang-orang yang shalat memiliki dua makna, yang pertama bermakna zahir, dan yang kedua bermakna batin”.
Beliau mencontohkan, dalam perlombaan pacuan kuda dalam bahasa arab, kuda yang berlari paling depan dan juara disebut “Majlaa” dan kuda yang berada di nomor dua disebut “Mushalli”, dengan isyarat ini maka bisa diartikan dalam perlombaan di jalan Allah, 14 manusia suci as paling awal dari yang lainnya, maka yang lainnya disebut harus “Mushalli”, dengan demikian mushalli di sini bukan bermakna orang-orang yang shalat, yakni dalam sebuah perlombaan (di jalan Allah) kita harus berada di nomor dua dan jangan sampai tertinggal”.
(Shabestan/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email