Pesan Rahbar

Home » » Pesan Sang Imam; Bab: Peran Agama Dalam Pendidikan

Pesan Sang Imam; Bab: Peran Agama Dalam Pendidikan

Written By Unknown on Monday 10 October 2016 | 20:40:00


Pembersihan Diri Pemuda Penuntut Ilmu

Hari ini usia kita telah bertambah. Saudara para pemuda, Anda sedang menuju ke usia yang lebih Ianjut, dewasa dan kemudian tua. Sedangkan generasi kami sedang menuju kematian. Anda dapat mengukur ilmu pengetahuan yang Anda capai di pusat studi tahun ini. Betapapun dalam ilmu pengetahuan yang Anda peroleh hingga ke suatu tahap di mana Anda dapat mencapainya dalam bidang akhlak atau pembentukan kaidah pendidikan Islam, pembersihan dan pendidikan ruhani.

Sudah sejauh mana telah Anda lakukan?

Langkah positif apakah yang telah Anda lakukan?

Apakah Saudara telah berusaha melakukan pembersihan diri dan ruhani serta memperbaikinya?

Atau sudahkah Saudara membuat beberapa program dalam bidang ini, apa yang saya Iihat dan amati, sehingga memungkinkan saya untuk mengatakan; Sesungguhnya Saudara belum beramal dengan bersungguh- sungguh dalam hal itu dan tidak membuat keputusan untuk melangkah ke arah itu.


Keseimbangan Ilmu Agama dan Ilmu Pengetahuan

Saya tidak pernah mengatakan “Janganlah belajar dan mencurahkan segala perhatian dalam bidang ilmu pengetahuan. Sebaliknya, sekiranya saudara berkeinginan menjadi anggota masyarakat yang berguna dan berperan serta ingin memimpin umat dan membimbing mereka dengan ajaran Islam, menjadi kewajiban saudara untuk mengorbankan waktu dan tenaga dalam bidang ini. Demikian juga, sekiranya saudara ingin mempertahankan Islam dan menegakkan ajarannya, maka menjadi tanggung jawab saudara untuk mendalami ilmu pengetahuan dan menjadi orang yang berkemampuan mengeluarkan pandangan dan pikiran dalam bidang fikih.

Oleh karena itu, sekiranya saudara tidak mau belajar, dan hanya berdiam diri di madrasah atau pusat-pusat pengkajian agama, maka hal itu haram hukumnya bagi saudara. Bahkan tidak layak bagi saudara untuk menghalangi orang-orang yang bergelimang dalam ilmu-ilmu agama guna menjalankan huk.um-hukum syariat Islam. Tegasnya, pengkajian ilmu fikih dan ushul merupakan aspek penting dalam kehidupan Islam.

Menjadi tujuan saya di sini, untuk mengingatkan bahwa, usaha perbaikan diri dan ruhani memerlukan pengorbanan dan kesulitan yang terus menerus. Oleh karena itu, hendaklah saudara beramal dan menerjunkan diri dalam bidang yang suci ini. Janganlah saudara hanya berkecimpung dalam bidang ilmu pengetahuan yang terpisah dari agama. Sementara saudara-saudara juga bertanggung jawab dalam langkah pembersihan dan pendidikan diri dan ruhani, serta menghapuskan pengaruh hawa nafsu yang keji.

Selanjutnya, hendaklah rnenyuburkan kekuatan ruhani dan berusaha mencapai kedudukan kemuliaan akhlak yang membawa kepada sifat-sifat ketakwaan.

Sesungguhnya ilmu-ilmu yang saudara pelajari itu adalah tidak lebih dari mukadimah atau langkah awal untuk mencapai kedudukan nakhlaulia4. Oleh karenanya, janganlah saudara hanya menghabiskan usia saudara dalam perangkat mukadimah ini, tetapi teruskan usaha mencapai kesimpulan yang terakhir dalam bidang ini. Saudara-saudara yang mendalami ilmu ini mempunyai tujuan yang tinggi, yaitu ma’rifatullah atau mengenal Allah dan membersihkan diri saudara. Oleh karena itu saudara mempunyai kewajiban utama untuk menghasilkan kesimpulan dan buah dari usaha ini dengan sungguh-sungguh berusaha demi mencapai tujuan asasi dan suci.

Ketika saudara mulai memasuki pusat pengkajian Islam adalah agar pada peringkat yang paling awal untuk membersihkan kepribadian saudara dan memperbaikinya. Hendaklah saudara bersungguh-sungguh memusatkan perhatian dalam bidang ini, sehingga umat manusia dapat mengambil faedah dari kemuliaan akhlak yang menghiasi diri saudara bilamana saudara sudah terjun ke masyarakat.

Oleh karenanya, hendaklah saudara berhati-hati ketika terjun ke tengah masyarakat dengan melakukan ,perbaikan terhadap diri terlebih dahulu. Mengapa saudara tidak mendidik diri dan ruhani saudara ketika saudara masih mempunyai waktu yang begitu luas dan berusaha dalam kemudahan serta kelapangan ini? Oleh sebab itu bagaimana saudara dapat menyelesaikan masalah ini jika saudara telah punya banyak masalah yang bertumpuk-tumpuk? Dalam keadaan semacam ini,saudara akan hanyut dan tenggelam dalam kesibukan dengan urusan hidup yang tiada habis-habisnya.

Perlu saya ingatkan, ketika dunia menguasai diri saudara niscaya saudara tidak akan mampu untuk bertindak memperbaiki diri dan kepribadian saudara. Terlalu banyak urusan kehidupan telah menyulitkan bagi seseorang untuk membersihkan diri dan mendidik ruhaninya. Sehingga jika sorban sebagian dari kamu sekalipun, dan janggut menjadi begitu panjang, adalah terlalu sulit bagi saudara untuk mendidik dan membenahi kondisi ruhani serta akhlak saudara pada waktu itu. Maka, ketika saudara masih berada di madrasah dan pusat-pusat pengkajian agama (institusi, pesantren). merupakan waktu yang paling memungkinkan untuk membenahi kepribadian dan akhlak. Adalah terlalu sulit bagi saudara untuk kembali lagi ke madrasah dan ke luar terjun ke masyarakat.

Asy-Syeikh at-Tusi rh. kembali ke bangku sekolah dan melanjutkan pendidikan menjadi siswa untuk yang kedua kalinya, sehingga usianya mencapai lima puluh tahun. Dalam waktu itu beliau terus mengarang kitab yang bernilai tinggi. Hasil karyanya sekitar dua puluh hingga tiga puluh kitab. Ketika beliau sedang menulis kitab al-Tahdzib (pembenahan diri), beliau masih juga menghadiri majelis ilmu yang disampaikan oleh al-Sayyid Murthadla rh. ketika beliau berusia 52 tahun. Oleh karena itu beliau mampu sampai ke tahap pengajian ilmu ilham yang sungguh terh.rmat.

Sesungguhnya kemampuan seorang ulama memberi pengetahuan dan taufik tidak diukur dari segi berapa besar sorbannya, berapa panjang janggutnya, tetapi dilihat dari segi usahanya mencapai tahap akhlak yang terpuji dan mulia. Karena hanya dalam keadaan demikian ia dapat menyampaikan ilmu Allah dengan berkesan dan bermanfaat. Dengan demikian, hendaklah saudara mengambil kesempatan selagi masih berada dibidang pengkajian, memusatkan perhatian dalam bidang ini sebelum kepala saudara dipenuhi oleh rambut putih.

Hendaklah saudara memperhitungkan diri saudara terlebih dahulu sebelum manusia memandang kedudukan saudara, Berdo’alah dan memohonlah kepada Allah untuk memperkokoh diri dengan tarbiyah dan pembentukan kepribadian sebagai ulama Islam, sebelum saudara berkecimpung di tengah-tengah masyarakat. Kalau saudara tidak melalui peringkat dan tahap ini, pastilah saudara akan ditimpa kerugian dan jatuh kelembah kesesatan.

Kesimpulannya, saudara dituntut untuk membenahi syakhsyiyah (kepribadian) dan memperbaikinya sebelum menghadapi kesulitan di masa depan. Hendaklah menghias diri dan kepribadian dengan akhlak yang terpuji menurut syariat Islam.

Dalam waktu yang sama, hendaklah saudara membersihkan diri dari tingkah laku yang keji. Dengan keikhlasan tersebut akan berupaya melalui alam pengkajian dan penyelidikan ilmu pengetahuan sehingga mendekatkan diri saudara kepada Allah Swt. Apabila seseorang tidak mempunyai niat yang ikhlas dalam perbuatannya, niscaya akan menjauhkannya dari pintu rahmat Allah.

Hendaklah diingat bahwa sekiranya di antara saudara ada yang menghabiskan usiannya selama 70 tahun dalam kehidupan dunia ini dalam keadaan tidak ikhlas, niscaya ia akan jauh dari Allah dengan kadar 70 tahun juga.

Oleh karenanya, hendaklah saudara memohon perlindungan Allah dari hal yang demikian itu. Pernahkah saudara mendengar kisah seorang yang dicampakkan ke dalam jahanam selama 70 tahun, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Rasulullah Saww., yakni seorang lelaki tua yang telah mencapai usia 70 tahun tetapi menghabiskan usianya itu dengan sia-sia, maka tetap ia akan menuju ke neraka jahanam.

Ingatlah akan akibat yang akan menimpa kita yang menghabiskan waktu di pusat-pusat pengkajian Islam selama 50 tahun lebih atau kurang, akan tetapi kesimpulan dari kesemuanya itu ialah tersiksa dalam neraka jahanam dan tidak lebih dari itu, pikirkanlah!

Dari yang demikian itu, hendaklah saudara menyusun rencana untuk melakukan penyucian dan pembersihan diri, ruhani serta membenahi segala kerusakan akhlak. Kemudian bersungguh-sungguhlah dalam membentuk akhlak dan kepribadian. Selain itu hendaklah mengadakan majelis bimbingan dan taushiyah (nasehat) untuk membantu hal ini. Sebab berlengah-lengah dan meringankan itu adalah jalan yang tidak mungkin menyampaikan kita kepada kesimpulan yang diridhai oleh Allah.

Sekiranya pusat-pusat pengkajian Islam tidak mempunyai program taushiyah, pengajaran serta guru-guru yang menitikberatkan pada pendidikan akhlak dan jiwa, niscaya pusat pengkajian Islam tersebut akan menemui kehancuran.

Adakah kita berkeyakinan bahwa ilmu fikih dan ushul itu memang memerlukan pendidik dan ustadz yang mampu dalam bidang itu?

Setiap bidang ilmu pengetahuan di dunia ini tidak memerlukan kepada pembimbing dan pengajar. Demikian juga memerlukan seorang manusia yang melalui jalan pengkajian tanpa petunjuk dan langkah-langkah tertentu, tidak mungkin akan menguasai bidang ilmu pengetahuan tertentu. Sebab, bagaimana kita percaya dalam waktu yang sama ilmu akhlak menjadi tujuan pertama diutusnya para nabi as. dan merupakan ilmu yang sedalam-dalamnya tidak memerlukan kepada ta’alum dan ta’alim, yaitu pengkajian dan pengajaran?

Tanpa memasuki bidang pengkajian, mustahil seseorang dapat menjadi seorang fakih (ulama fikih). Oleh karena itu, adakah tanpa pendidikan dan pengkajian seseorang dapat menjadi seorang yang bertakwa dan berakhlak?

Berhubung dehgan hati, saya telah mendengar tentang seorang ulama yang terkemuka, yaitu asy-Syeikh al-Ansari rh. yang menjadi mahaguru dalam bidang fikih dan ushul. Sebelum beliau menjadi ulama, beliau pernah belajar dengan seorang pendidik ilmu akhlak.

Dengan demikian, jelaslah bahwa para nabi as. telah dibangkitkan untuk membina dan mendidik manusia serta menjauhkan mereka dari kekejian, kekurangan dan kehinaan. Sebaliknya, mendorong dan mendesak mereka kepada akhlak yang tinggi dan mulia sebagaimana sabda Rasulullah Saww :

“Aku dibangkitkan untuk menyempurnakan kemuliaan akhlak” (al- Hadis).

Oleh karena itu, ketahuilah bahwa Allah Swt. menitikberatkan persoalan ini dan membangkitkan para anbiya’ as. untuk ini.

Malang, apa yang telah terjadi di pusat-pusat pengkajian kita sekarang ini sesuatu yang sebaliknya. Boleh dikatakan tidak ada seorang pun yang mengambil perhatian dalam masalah ini sesuai dengan apa yang dikatakan di atas. Banyak penghalang untuk melaksanakan kaidah pendidikan dan tarbiyah Islam yang berimbang dari berbagai aspeknya. Sebab dengan berkurangnya penekanan terhadap aspek akhlak ini, telah melahirkan berbagai masalah kebendaan (materi) dan duniawi. Karena keadaan itulah akhirnya menimbulkan banyak persoalan ruhaniah dan akhlak yang membawa kepada banyaknya golongan yang tidak mengetahui apakah maksud untuk melahirkan seorang insan yang alim dan tunduk kepada nilai keagamaan?

Apakah demikian tugas manusia?

Apakah program yang wajib diikuti oleh mereka?

Amal-amal apakah yang mesti mereka perbuat?

Sebenarnya sebagian dari kalangan kita hanya belajar beberapa kalimat atau pelajaran kemudian kembali ke tempat mereka atau ke tempat-tempat lain, yang bertujuan untuk mencari kemasyuran, kedudukan, serta untuk kepentingan diri, perumpamaan mereka seperti itu seperti orang yang berkata “Biarpun aku belajar sedikit tetapi dalam waktu yang singkat aku tahu,dimanakah kampung yang terpilih dan terbaik untukku.”

Terpulanglah kepada saudara, sekiranya belajar untuk mencari kedudukan tertentu atau ingin menjabatketua di suatu tempat, atau ingin menjadi tuan besar di sebuah perkantoran, barangkali akan dapat mencapainya tetapi tidak mungkin dapat memperoleh sesuatu yang berfaedah untuk diri dan Islam. Sebaliknya apa yang diperoleh adalah berlomba-lomba mengejar kebendaan dan bertikaian serta satu sama lain mengikuti keserakahan nafsu.

Memang menjadi kewajiban untuk mendidik dan membina diri sehingga apabila menduduki jabatan ketua atas segolongan manusia, maka saudara akan dapat membersihkan ruhani mereka serta bersungguh-sungguh membina dan meluruskan kepribadian mereka. Tujuannya tidak lain adalah untuk membaktikandiri kepada Islam dan umat-Nya semata.

Apabila menghabiskan tenaga karena Allah dan bersusah payah pada jalan-Nya, niscaya Allah Yang Maha Suci, Yang Maha Membalikkan hati, akan menjadikan manusia kasih kepada saudara. Allah berfirman:

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh kelak Allah Yang Maha Pemurah akan menanamkan ke dalam hati mereka rasa kasih sarang”. (QS. Maryam. 19: 96)

Hendaklah berjihad di jalan Allah, berkorban dan menumpahkan tenaga. Sesungguhnya Allah tidak akan meninggalkan saudara tanpa mengaruniai ganjaran dan pahala. Sekiranya tidak mendapat ganjaran itu di dunia, niscaya akan memperolehnya di akhirat kelak. Adalah lebih baik apabila Allah tidak mengaruniakan pahalanya di dunia, karena dunia ini adalah sesuatu yang tak berharga dan akan musnah. Semuanya yang ada di hadapan saudara hari ini akan berlalu, oleh karenanya hendaklah menunggu barang beberapa waktu menuju akhirat. Apa yang terlihat di dunia ini hanyalah impian dan imbauan semata-mata, akan tetapi ganjaran akhirat lebih kekal, tidak ada kesudahan bagi akhir dan batasnya.


Peringkat Ilmu Pengetahuan dan Iman

Sekali lagi kita melihat manusia yang mengetahui tentang hakikat ini, tetapi malangnya dia tidak beriman dengannya. Sesungguhnya orang yang memandikan jenazah tidak akan takut terhadap mayat itu karena dia yakin bahwa mayat itu tidak berdaya sekalipun dia disiksa atau dicela. Karena mayat itu sebelum ia mati, ketika nyawa ada dalam badannya juga merasa lemah bila ada orang yang mencelanya. Oleh karena itu, bagaimana mungkin setelah ia mati, menjadi mayat yang terbujur kaku dan tidak dapat bergerak. Apa yang dapat ia lakukan?

Sesungguhnya orang-orang yang takut menghadapi kematian adalah golongan yang memang percaya terhadap wujud yang hakiki ini, akan tetapi mereka tidak beriman kepadanya.

Apabila saudara melihat dalam aspek keimanan, hanya saudara dapati satu bagian saja yang beriman kepadanya. Mereka mengetahui Allah dan dari perhitungan (hisab), tetapi mereka tidak meyakininya dan tidak beriman kepadanya. Hati mereka sebenarnya tidak beriman melainkan sekedar yang dicapai oleh akal. Mereka mengetahui tentang dalil yang membawa mereka beriman kepada Allah, janji hari kiamat, tetapi bukti-bukti ini bersifat akliah. Tidak ada seorang pun yang dapat mengubah keadaan seperti ini melainkan Allah Swt, dan Allah itu menjadi Wali (penolong) bagi orang-orang yang beriman, yang mengeluarkan mereka dari kegelapan kepada cahaya (petunjuk). Orang-orang yang menjadikan Allah sebagai walinya dan mengeluarkannya dari kegelapan, tidak melakukan dosa besar, tidak mengumpat, tidak mencerca, tidak hasut dan dengki terhadap saudara yang beriman; dia akan merasakan cahaya petunjuk itu memenuhi hatinya dan dia tidak tunduk dengan kepentingan dunia.

Apa yang diriwayatkan dari Amirul Mukminin ‘Ali kw. bahwa seseorang tidak bersedia untuk melakukan dosa besar yang mendekati kezaliman, sekiranya dia tidak menerima dunia ini dan apa yang ada di dalamnya, Sayyidina ‘Ali (kw.) berkata: “Demi Allah! Sekiranya dikaruniakan kepadaku tujuh daerah sekalipun dan apa yang ada di dalamnya, tidak akan aku durhakakan Allah dalam denyut nadi hidupku.”

Sesungguhnya sebagian saudara yang memperoleh segala sesuatu, telah mencerca ulama Islam, sementara yang lain sedang mencerca pemuka Islam yang lain. Mereka yang mencerca dan memfitnah para ulama Islam dan melontarkan berbagai tuduhan dan pengkhianatan kepada mereka adalah disebabkan keimanan yang semakin luput dari jiwa. Mereka tidak beriman, mereka akan dibalas oleh Allah sehingga lebih jauh dari keimanan, maka jauh pula mencapai kesempurnaan.

Tidak ada artinya pemeliharaan terhadap para Nabi as. dan para Imam as. sekiranya jibril as. membimbing tangan mereka dan menunjukkan kepada apa yang harus ditinggalkan. Tetapi dimaksud di sini adalah pemeliharaan kelahiran iman. Apabila seseorang beriman kepada Allah dengan pandangan mata hatinya sebagaimana dia melihat matahari dengan penglihatannya, dia tidak akan melakukan dosa atau maksiat.

Apakah saudara melihat, bahwa sepanjang yang saudara dengar dari seorang muslim bahwa berupaya untuk menghindarkan diri dari kejahatan. Sesungguhnya seseorang yang berpegang dan yakin bahwa Allah senantiasa mendengar dan memperhatikan dirinya setiap saat, niscaya ia akan merasa takut untuk melakukan apa yang tidak diridhai Allah. Orang-orang yang ma’shum, sesudah melakukan amalan yang suci, berjihad dan berusaha mencapai akhlak yang mulia.

Mereka merasakan rasa hadir di hadapan Allah Swt. Yang Maha Mengetahui segala sesuatu dan Pengetahuan-Nya meliputi segala yang ada. Merekalah orang-orang yang benar-benar beriman terhadap pengertian LA ILAHA ILLALLAH. Demikianlah pemahaman yang membawa keyakinan bahwa segala sesuatu dan setiap pribadi tidak akan dapat terlepas dari pengembalian mereka kepada Allah. Firman Allah Swt:

“Tiap-tiap sesuatu pasti binasa, kecuali Allah”. (QS. al-Qashsah, 28: 88)

Apabila seseorang merasa yakin bahwa setiap yang zahir dan batin adalah di bawah pengawasan Allah dan Dia berada di semua tempat serta Maha Melihat, maka adalah mustahil baginya akan terhindar dari melakukan dosa dan setitik maksiat. Seseorang akan terhindar dari melakukan dosa-dosa besar seandainya terdapat garis pemisah yang membedakan ini. Dengan keadaan seperti ini, niscaya seseorang tidak akan membuka auratnya di hadapan Allah. Bagaimana orang dapat melihat aurat yang terbuka tanpa merasa malu dan aib di hadapan Allah Swt.

Yang demikian ini adalah karena keimanannya kepada Allah. Oleh karena itu, seseorang akan terhindar dari melakukan dosa di hadapan Allah. Tanpa keimanan akan wujud dan kehadiran Allah (atau tanpa ilmu tentang-Nya), maka akan membawanya kepada maksiat dan dosa. Apabila seseorang beriman kepada eksistensi Allah, niscaya ia menjauhi perbuatan dosa dan merasa malu untuk melakukan perkara yang diharamkan oleh Allah. Sesungguhnya banyaknya maksiat dan hitamnya hati adalah akibat dari tiadanya keimanan kepada kehadiran pengetahuan Allah terhadap amal-amal perbuatan.

Kesemuanya ini terjadi karena ketiadaan iman kepada Allah. Sekiranya seseorang tidak mempunyai pemahaman dan keyakinan terhadap apa yang dibawa oleh AI-Quran yang mulia dan tidak memperhatikan amalannya, niscaya ia melakukan sesuatu tanpa malu dan segan lagi.

Sekiranya saudara mendapati bahwa di pertengahan jalan yang saudara lalui oleh binatang buas yang mungkin akan menerkam atau menghambat perjalanan saudara, apakah saudara akan menjauhi jalan itu?

Bagaimanakah pendirian dan keputusan saudara dalam hal seperti ini?

Apakah logis jika saudara berfikir bahwa setelah jalan tersebut terhalang, saudara mengatakan tidak berbahaya?

Apakah pantas bagi saudara yang mengetahui adanya balasan neraka jahanam dan kekal di dalamnya sebagaimana yang diceritakan oleh AI-Quran al-Karim, sementara saudara terus-menerus melakukan amalan yang tidak diridhai oleh Allah?

Wajarkah bila seseorang yang mempunyai i’tikad bahwa Allah hadir memperhatikan dan mengawasi segala sesuatu di bawah perhatian-Nya masih terikat terus berbuat maksiat?

Pastilah Allah akan membalas dan memperhitungkan segala amal baik apa yang diucapkan atau setiap langkah yang dilakukan, atau setiap amalan yang dilaksanakan kesemuanya dicatat dan direkam oleh Allah Swt.

Allah berfirman:

“Tiada satu ucapan pun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir”. (QS. Qaaf, 50: 18)

Sesunguhnya Allah memperhatikan dan memastikan setiap amal dan perkatannya, maka pantaskah seseorang yang mempunyai i’tikad seperti ini tetapi tidak malu melakukan maksiat? Sesungguhnya merupakan suatu aib yang besar apabila seseorang yang yakin namun ia masih saja berkelakuan demik!an. Tiada sedikit pun manfaat dalam seluruh perjalanan hidupnya tanpa beriman dengan hakikat kekuasaan Allah.

Demikian juga kalau dia tidak mempercayai adanya alam yang lain selain dari alam kebendaan yang dilihat dengan panca inderanya, menjadikan dirinya meraba-raba dan senantiasa beramal dengan tindakan yang tercela.


Ancaman Keruntuhan dan Kelumpuhan Pusat Pendidikan

Semoga tidak terdapat di kalangan kita tangan-tangan yang keji, yang tidak menitikberatkan terhadap pentingnya program pendidikan dan tarbiyah akhlak. Sebagaimana mereka mengaku bahwa berbicara di mimbar di depan khalayak ramai dengan tujuan memberi nasehat dan pengajaran itu tidak menepati kedudukan ilmu pengetahuan. Pengakuan yang kuno itu telah menyebabkan tokoh-tokoh ulama besar enggan untuk menghadapi masyarakat awam di mimbar pidato. Dengan demikian rencana jahat mereka untuk mengasingkan ulama yang berpengaruh serta menjauhkan mereka dari memberi kesadaran kepada siswa (santri) serta mendidik mereka dengan akhlak terpuji telah tercapai.

Dengan demikian, kegiatan penyampaian pengajaran dan nasehat di mimbar, terutama di pusat pengkajian kita, tidak berjalan dengan baik. Mereka sebenarnya lupa bahwa pemimpin agung kita Rasulullah Saww., merupakan orang yang memainkan peranan besar di depan mimbar pidato dan senantiasa menyampikan nasehat-nasehat kepada umat Islam. Demikian juga yang dilakukan oleh para sahabat beliau.

Mudah-mudahan sebagian dari unsur yang merusak ini tidak menyebar dan berkembang di kalangan pemikir di pusat-pusat pengkajian Islam kita, karena bila pusat-pusat pengkajian Islam tersebut tidak lagi mengambil inisiatif terhadap usaha untuk meningkatkan pencapaian akhlak dan pembersihan jiwa.

Sekiranya keadaan ini terjadi, niscaya akan berkembanglah sifat munafik dan pura-pura di kalangan orang-orang yangberada di pusat-pusat pengkajian, dikuasai oleh perasaan ego dan keangkuhan, semakin semaraknya perpecahan dan perselisihan pendapat sehingga mereka tenggelam dalam suasana dalam pertikaian sesama mereka sendiri.

Kondisi seperti ini akan melahirkan suatu keadaan yang terkotak-kotak (bergolong-golongan) dan bersekutu di antara mereka, dengan masing-masing pihak yang saling tuduh menuduh serta mendustakan satu sama lain. Apa yang menyedihkan akhirnya ialah, hilangnya pengaruh pusat-pusat pengkajian Islam yang kokoh selama ini, yang menjadi pusat kepercayaan dan keyakinan umat Islam hingga mereka mempertahankan dan membantu perkembangannya. Dengan keadaan yang kacau balau ini, musuh-musuh Islam telah mengambil kesempatan dengan menggunakan segala yangtimbul di pusat-pusat pengkajian Islam tersebut dan terus menghancurkan nilai-nilai serta martabat pusat pengkajian Islam.

Sesungguhnya musuh-musuh Islam amat menyadari bahwa dengan dukungan umat Islam terhadap perkembangan pusat pengkajian Islam, telah menyebabkan mereka sulit untuk meruntuhkan dan melumpuhkannya. Yakni selagi dukungan umat ini masih kuat. Sebaliknya, ketika mereka mendapati bahwa proses pembenahan akhlak dan perjalanan Islam semakin hilang dari madrasah Islam, kita dan anggota-anggotanya sibuk dengan pertikaian antar sesama, menyebabkan musuh mengambil kesempatan ini untuk melaksanakan rencana jahat mereka.

Apabila dekadensi moral menimpa mereka yang berada di pusat peng- kajian Islam dan terjadi perpecahan di antara mereka yang menyebabkan umat Islam mulai beranggapan buruk terhadap pusat pengkajian agama, maka mereka tidak lagi mau memberi dukungan kepadanya. Keadaan yang seperti ini telah membuka jalan yang seluas-luasnya kepada para musuh Islam untuk memukul habis-habisan kubu kekuatan umat Islam itu.

Hendaklah diketahui bahwa musuh-musuh Islam dan kekuatan besar dunia tidak begitu khawatir terhadap para ulama, dan ulama yang menjadi rujukan umat. Tetapi apa yang lebih mereka takuti dan khawatirkan, pada hakikatnya adalah terhadap umat Islam. Mereka sangat menyadari bahwa kekuatan umat Islam terletak pada dukungan umat dan kepercayaan mereka kepada ulama Islam itu.

Oleh karena itu, negara-negara dan kekuatan kafir mengetahui bahwa kejatuhan seorang ulama Islam saja akan membuat kesan buruk terhadap kejatuhan Islam. Lebih jauh lagi, apabila terjadi perpecahan dan perselisihan di kalangan umat Islam, akan menyebabkan mereka memandang buruk kepada golongan yang lain dan mereka tidak lagi mengikuti akhlak Islam. Dalam keadaan demikian ini, telah menyebabkan hilangnya amanah dan kepercayaan umat Islam terhadap mereka.

Amirul Mukminin Sayyidina ‘Ali kw. berkata: “Sekiranya ilmu pengetahuan itu dibawa oleh pembawanya dengan kebenaran, niscaya Allah akan mencintai mereka dan mereka disukai oleh para malaikat dan orang-orang yang taat di kalangan hamba Allah. Tetapi sekiranya pembawa ilmu pengetahuan itu menuntut kepentingan dunia, niscaya mereka akan menghadapi kemurkaan Allah dan mendapat kehinaan di kalangan umat manusia.”

Sesungguhnya umat Islam akan menerima saudara-saudara, wahai para ulama yang memakai sorban dan jubah, bila saudara memiliki akhlak Islam sejati dan benar-benar menjadi Hizbullah (golongan Allah). Selanjutnya tidak rakus terhadap kepentingan dunia dan perbendaharaannya, serta tidak bakhil untuk mengorbankan tenaga dan apa yang ada pada diri sendiri untuk meninggikan kalimat Allah “LA ILAHA ILLALLAH” serta melakukannya untuk mencapai keridhaan Allah serta karena-Nya semata.

Saudara melakukan pengorbanan itu tanpa mengharapkan langsung dari kepentingan dengan manusia atau akhlak. Apabila umat melihat saudara mencari kepentingan diri dan tidak untuk menegakkan Islam. Lebih jauh dari itu, jika saudara didapati begitu cenderung kepada dunia dan kepentingan pribadi sebagaimana yang dilakukan oleh orang lain. Apabila mereka melihat saudara bercakaran karena mengejar dunia dan permusuhan mengikuti hawa nafsu serta terpesona oleh kelezatan dunia yang dekat ini menjadikan agama sebagai sebuah pasar untuk perdagangan, niscaya umat akan menyeleweng. Malahan mereka mempunyai prasangka buruk terhadap saudara. Karena yang demikian itulah saudara bertanggung jawab sepenuhnya dengan keadaan yang sedemikian rupa.

Apabila sebagian ulama yang memakai sorban melakukan kekhilafan di pusat pengkajian agama dan menghadapi masalah krisis kepribadian dan mementingkan dunia, hal ini akan membawa kesan yang buruk kepada umat.

Apabila kalau ulama memfitnah antara satu dengan yang lain, melakukan kerusakan dan berakhlak kehewanan, niscaya mereka telah melakukan pengkhianatan amanah Allah yang wajib mereka pikul dan mereka pelihara. Sesungguhnya Islam yang suci itu merupakan amanah Ilahi yang dipikulkan di atas bahu kita.

AI-Quran yang mulia merupakan amanah Allah yang agung, dan para ulama merupakan pemegang amanah tersebut yang wajib mereka pelihara. dan tidak mengkhianatinya. Apapun perkara dan peristiwa yang membawa kepada perpecahan, pergeseran dan tindakan akhlak yang hina, merupakan pengkhianatan terhadap Islam, Nabi yang agung Saww. dan keluarganya.


Reformasi Pendidikan

Saudara akan ditimpa kebinasaan dan menjadi debu-debu yang beterbangan. Tidak ada kelapangan dari Allah selagi saudara tidak menyediakan landasan jalan yang kuat dan tidak merencanakan bobot pengkajian serta tidak membuat rencana-rencana yang teratur. Berpikirlah sebelum peluang ini lenyap dan musuh-musuh campur tangan di dalam urusan keagamaan juga pengkajian (pesantren) saudara.

Pikirkanlah!. Ingat dan berhati-hatilah dalam masalah ini. Pertama yang perlu dititikberatkan adalah membersihkan, mendidik diri serta memperbaiki hubungan di antara saudara. Ambillah peluang ketika waktu terbuka dengan menyusun urusan atau rencana saudara.

Hendaklah saudara mengatur sistem pengaturan yang benar dalam segenap aspek pengkajian ilmu pengetahuan di lembaga saudara. janganlah mengambil orang-orang asing untuk penyusunan pusat-pusat pengkajian itu, dan janganlah pula berlapang dada dengan musuh-musuh Islam juga jangan tunduk dengan hujjah mereka bahwa para ulama tidak mempunyai keahlian dalam hal-hat tertentu dan tidak mampu membuat sesuatu pun.

Sebenarnya mereka para pengacau yang hanya bisa menepuk dada. Tidak ada niat lain di dalam hati mereka kecuali ingin merusak pusat-pusat pengkajian ini dengan hujjah, yang konon katanya untuk perbaikan dan penyusunan.

Sebenarnya mereka ingin menguasai saudara dan mendidik diri serta meletakkan segala-galanya dengan tepat. Maka janganlah saudara bersikap loba dan tamak kepada perkara yang lain. Jangan langsung memberi pelung kepada musuh-musuh untuk melaksnkan sesuatu di pusta pengajian ilmiah suadara. Setelah saudara mendidik diri dan mempersiapkan rencana yang tersusun rapi, tidak ada lagi kerusakan yang dapat menyelinap masuk, jadikanlah pusat pengkajian agama berkemampuan untuk memecahkan masalah-masalah yang memerlukan penyelesaian.

Sungguh, hari-hari durjana sedang dan akan saudara hadapi, karena para khadam (pelayan) penjajah bernafsu untuk menghantam dan memukul setiap keberadaan Islam dalam segala bidang. Maka, menjadi tangung jawab saudara untuk menghadapi mereka dengan penuh keberanian. Dan ingatlah bahwa saudara tidak akan berdaya menghadapi mereka selagi saudara dikuasai oleh kecintaan kepada dunia dan masih berambisi untuk berkuasa, takabur dan lalai. Sesungguhnya alam kejahatan akan terbuka apabila saudara menitikberatkan kepada urusan dunia. Alam yang demikian suram tidak mampu untuk berjihad menentang musuh-musuh Islam.

Oleh sebab itu, hendaklah saudara menyusun langkah yang tundukkepada arahan Allah dengan mengeluarkan dan mengikis dari hati saudara semua kecintaa kepada dunia, hanya dengan ini saja saudara mampu berjihad. Mulai hari ini saudara menyemai benih ke dalam hati dan menyuburkannya, maka lafadzkanlah dengan ucapan “saya ingin menjadi tentara Allah yang saleh dan tunduk kepada-Nya dan saya ingin membawa fajar yang bersinar bagi Islam.” Wajib atas saudara beramal untuk Islam sampai mencapai syahadah (syahid). Jangan jadikan sedikit pun keraguan di dalam diri saudara dan katakanlah: “Sebenarnya apa yang ada hari ini adalah tidak ada, wajiblah bagi kita berjuang dan berjihad dengan sungguh-sungguh sehingga masa depan berguna untuk Islam” sehingga jadilah saudara sebagai insan sejati.

Sesungguhnya agen-agen penjajah amat takut kepada “insan”. Para penjajah ingin menghancurkan nilai yang ada pada diri saudara. Janganlah berlapang dada dan janganlah berkompromi dengan mereka. Sehingga akan lahirlah “insan” di dalam universitas dan madrasah-madrasah kita, “insan” yang takut kepada Allah. Apabila terdapat INSAN MUSLIM SEJATI di negeri kita atau pun negeri Islam lainnya, maka mereka akan menjadi ancaman yang berbahaya terhadap musuh-musuh Islam. Segala strategi dan rencana jahat mereka akan menemui kebuntuan.

Menjadi kewajiban saudara untuk membina diri, agar dapat menjadi “insan” yang sejati dan sempurna pada saat saudara sedang menghadapi rencana jahat dan tekanan penjajah, musuh-musuh Islam yang terkutuk. Sekiranya saudara tidak lagi mendidik diri dan menyusun rencana yang rapi, niscaya akan dihantam dan dipukul habis-habisan setiap hari. Saudara akan bertaburan seperti debu dan buih. Demikianlah hukum Islam dan peraturannya atas saudara. Oleh karenanya, saudara bertanggung jawab sepenuhnya.

Saudara-saudara,

Wahai para ulama,

Para pelajar,

Parasantri,

Wahai kaum muslimin!

Kalian semua bertanggungjawab dalam hal ini. Tanggung jawab ulama dan para santri menduduki peringkat yang pertama, kemudian umat Islam secara keseluruhan bertanggungjawab semuanya.

Sabda Nabi yang mulia Saww,

“Setiap kamu adalah pengembala (pemimpin) dan setiap kamu mempunyai tanggungjawab terhadap yang dipimpinnya peliharaannya).”

Saudara pembela Islam, harus memperkokoh keinginan dan azam (cita-cita) sehingga sanggup menghadapi setiap kezaliman dan penindasan. Tidak ada jalan lain lagi, karena kemuliaan kalian adalah kemuliaan Islam. Kesemuanya terletak di atas usaha dan pengorbanan.

Kita berdo’a kepada Allah agar memelihara Islam dan umat Islam serta bangsa orang-orang Islam dari kejahatan musuh-musuh. Memelihara pusat-pusat pengkajian Islam dari para penjajah dan para pengkhianat.

Semoga Allah memberi kekuatan kepada para ulama Islam dan ulama marja’i yang agung dalam mempertahankan hukum-hukum syariah Islam yang suci serta menyebarkan ajaran Islam dan AI-Quran. Semoga Allah memberi hidayah kepada para ulama dan penuntut ilmu-ilmu agama Islam untuk senantiasa memberi peringatan tentang bahaya-bahaya kepada diri dan senantiasa waspada terhadap tanggung jawab mereka. Sebagaimana juga kita memohon kepada Allah agar memberi kekuatan dan kemampuan kepada para pemuda-pemudi Islam, para pelajar (para santri) khususnya dan kaum muslimin pada umumnya untuk membina, mendidik dan memberikan diri mereka.

Semoga Allah memberi hidayah kepada mereka yang sadar dan menjauhkan diri dari sikap beku dan pemalas. Sehingga mereka bersungguh-sungguh dalam pengkajian Islam dan menjadi satu shaf atau barisan yang satu untuk memotong tangan-tangan para penjajah dan musuh-musuh Islam, untuk tercapai kemuliaan mereka, mencapai kemerdekaan dan kebebasan terhadap negeri-negeri mereka.

Ya Tuhan kami, limpahkanlah kesabaran kepada kami, perkokohlah langkah-langkah kami serta berilah kemenangan kepada kami dalam menghadapi golongan orang-orang kafir.

Ya Tuhan kami, terimalah do’a kami ini.


Referensi:

4. Kedudukan tertinggi para wali.

(Sadeqin/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: