Warga lokal Bosnia-Herzegovina marah karena mereka tidak boleh masuk ke kota atau kompleks perumahan Arab di sana. Real estat supermewah itu terletak di kota Tarcin, tak jauh dari Sarajevo, ibu kota Bosnia. (Foto: CEN/Daily Express)
“Kota di jantung Eropa di mana hanya bahasa Arab yang dipakai dan orang Arab boleh menghuni,” tulis Daily Express, Kamis (27/10/2016).
Harian Inggris itu melaporkan tentang sebuah kota baru, kompleks besar perumahan supermewah, tak jauh dari Tarcin, salah satu kota di Bosnia-Herzegovina.
Warga lokal mulai memprotes keberadaan perumahan superekslusif itu karena hanya mereka yang berbahasa Arab dan orang Arab saja yang boleh masuk ke sana.
Resor merah yang eksklusif untuk orang Arab ini terletak lima mil dari Sarajevo, ibu kota Bosnia-Herzegovina. (Foto: CEN/Daily Express).
Sebagian besar dari 160 rumah mewah itu dihuni oleh istri ketiga dan keempat para sheikh atau syekh kaya dari negara-negara Arab.
Warga lokal berang karena mereka yang diizinkan masuk ke kompleks perumahan superkaya di jantung negara di Eropa selatan bagian timur itu hanya pembantu atau petugas kebersihan.
Kompleks perumahan elite itu dikitari keamanan tingkat tinggi, pintu gerbang, dan temboknya tinggi.
Warga lokal berpikir, adalah melanggar hukum jika warga asing membangun “kerajaan” di negeri mereka dan kemudian melarang mereka untuk masuk.
Para istri ketiga atau keempat ditempatkan di perumahan mewah itu bersama anak-anak mereka.
Para suami mengunjungi mereka sesewaktu saja.
Kalangan investor dari Timur Tengah membangun 160 rumah di real estat mewah dekat Tarcin, tak jauh dari Sarajevo, ibu kota Bosnia-Herzegovina.
Rumah-rumah di real estat mewah itu sedang dipasarkan di Kuwait dengan harga jual 133.000 poundsterling atau setara Rp 2,12 miliar.
Iklan yang dipasang untuk pemasaran rumah-rumah itu menyebut Bosnia sebuah negara Islam yang “dianugerahi alam yang indah oleh Allah”.
Sebuah agen real estat itu mengatakan kepada media setempat, "Pemilik tidak ingin mengisi perumahan itu dengan penduduk lokal”.
"Mereka memiliki tradisi mereka sendiri ketika memakai pakaian, berperilaku dan berdoa, dan tidak ingin orang lain menatap mereka."
Salah satu apoteker lokal mengatakan, "Kami adalah Muslim, tapi kami sembahyang di rumah dan di masjid-masjid, dan kami adalah sebuah negara sekuler. Mereka berbeda dari kami."
Berita tentang kampung Arab mencuat setelah muncul laporan tahun lalu bahwa militan Negara Islam di Irak dan Suriah (ISIS) telah mendirikan benteng pertahanan di sebuah desa yang indah di daratan Eropa.
Bahwa semua mereka "siap untuk menjawab seruan untuk jihad”.
Dataran di Osve, Bosnia-Herzegovina, telah dibeli oleh para militan atau pejuang ISIS, demikian berita yang tersiar.
Pasukan keamanan juga menduga bahwa daerah itu digunakan untuk melatih para teroris.
Ada laporan di media Jerman bahwa lebih dari 300 warga Bosnia-Herzegovina telah bergabung dengan kelompok teror paling berbahaya, yakni ISIS, di Irak dan Suriah.
(Daily-Express/Tribun-News/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email