Beberapa mukadimah di perlukan; Untuk memperjelas permasalahan tentang penciptaan dan tujuan dari penciptaan ini - tanpa hendak memasuki pembahasan detail falsafah-dapatlah dikatakan:
1. Pelaku (baca pesalik: orang yang melakukan suluk) dalam perbuatannya, kalau tanpa hadaf atau tujuan, maka perbuatan tadi akan menjadi tak berguna/sia-sia , definisi ini berlaku dalam semua perbuatan, dan sangat tidak mungkin dalam perbuatannya yang terbesar ini merupakan permainan dan tanpa tujuan, yang pada natijah (hasilnya) menunjukkan perbuatan ini adalah hak.
2. Pelaku dalam melakukan perbuatannya, mendapatkan untung atau faedah, pelaku yang bertujuan memerlukan terjadinya perbuatannya, bertujuan tidak sempurna tapi dalam perbuatannya ia mengejar kesempurnaan.
Dengan memperhatikan kedua poin ini, akan ditemukan dua hal yang bertentangan, dari poin perbuatan tidak bertujuan (yang akan sia-sia) yang mana pasti mempunyai hadaf dan tujuan, dan dari poin perbuatan yang bermanfaat (yang menguntungkan) yang mana Allah Swt adalah Sempurnaan Mutlak dan tidak memerlukan apapun dan tidak memerlukan kepada perbuatanNya sendiri. Ahli Ma'rifat dalam bertentangannya hal ini mengatakan: Hak Ta'ala adalah semua kesempurnaan sebab dari penciptaanNya adalah tidak lain dari zat cinta itu sendiri, Ciptaan yang berpondasi cinta Haq ta'ala . Dan sekarang kita harus melihat apa hubungan antara manusia dan alam syuhud, untuk menjelaskan permasalahan ini kita perlu memperhatikan beberapa poin.
Sekarang kita harus lihat apa hubungan antara manusia dengan alam syuhud, untuk lebih jelasnya kita harus meyebutkan beberapa poin penting berikut ini :
Alam syuhud tersusun dr beberapa bagian yang mempunyai wahdat haqiqi dan manusia salah bagian darinya.
Alam syuhud
Bagian- bagian alam wujud saling memiliki hubungan mantiqi (rasional) dan kerangka dengan yang lain. Sepeti badan yang memilki ruh yang satu dan setiap anggota badan memiliki hubungan dengan anggota badan yang lain.diantara benda benda padat, tumbuh-tumbuhan, hewan dan manusia memliki hubungan mantiqi yang didasari oleh sebuah aturan aturan yang kuat. Pembahasan kita sekarang adalah apa hubungan antara badan badan ini degan badan yang bernama manusia ?. Apa hubungan antara bagian bagian alam syuhud dengan manusia dan apa hubungan atau ikatan manusia dengan alam syuhud.
Jawabannya adalah hubungan manusia dengan sekumpulan ciptaan, dari sisi hubungan mukadiamah dengan pemilik mukaddimah. Semua ciptaan adalah mukadimah untuk keberadaan manusia. Tujuan dari penanaman pohon adalah munculnya buah manusia, yaitu hubungan manusia dengan alam syuhud adalah hubungan hakim dengan mahkum.
Dari pendahuluan pendahuluan ini kita bisa mengambil sebuah kesimpulan bahwa manusia adalah tujuan inti penciptaan. Al-quran juga dalam beberapa ayat menjelaskan dan menekankan demikian.
“Dan Allah menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu”. (Al-baqarah 29),”Dan Dia (menunjukkan pula) apa yang Dia ciptakan untuk kamu dibumi ini dengan berlainan macamnya. Sesunguhnya pada yang demikian itu benar benar terdapat tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang mengambil pelajaran”. (An-nahl 13).
Dalam Quran terdapat banyak ayat yang menunjukkan hubungan manusia dengan makhluk lainnya. Pada ayat ayat ini menunjukkan tentang hubungan “mukadimah dan pemilik mukadimah”, sebagaimana ditunjukkan pada ayat berikut tentang kekuasaan (hakimiyah) manusia terhadap makhluk lain.
“Allahlah yang telah menciptakanlangit dan bumi dan menurunkan air hujan dari langit, kemudian Dia mengeluarkan dengan air hujan itu berbagai buah buahan menjadi rizki untuk mu; dan Dia telah menunjukkan bahtera bagimu supaya bahtera itu berlayar dilautan dengan kehendakNya, dan Dia telah menunjukkan (pula) sungai sungai. Dan Dia telah menunjukkan (pula) bagimu matahari dan bulan yang terus menerus beredar (dalam orbitnya)dan telah menunjukkan bagimu malam dan siang”.(Ibrahim32-34),”Apakah kamu tidak melihat bahwasanya Allah menunjukkankepadamu apa yang ada dibumi…(Haj 65),”Dan Dia menunjukkan untukmu apa yang ada dilangit dan apa yang ada dibumi semuanya”.(Jatsiah13). Disebutkan juga dalam hadits yang menekankan hal ini, sebagaimana ditulis dalam hadits qudsi:”Saya ciptakan semua untuk mu”.(Ahqaq Haq jld 1 hal 240).
Disini ada sebuah pertanyaan, yaitu jika segala suatu diciptakan untuk manusia, maka apa tujuan dari pencitaan manusia itu sendiri? Dengan ibarat filsafat,apa tujuan dari gerak manusia?
Dari sisi dzahir semua manusia akan mangalami kematian dan akan menjadi benda padat; yaitu sebagaimana benda padat pada perjalanan kesempurnaannya melewati tingkatan tingkatan nabati dan heiwani sehingga sampai pada tingkatan manusia. Manusia juga dalam penjalanan kesempurnaannya pada akhirnya akan sampai pada benda padat,oleh karena itu, apakah perjalanan semua keberadaan tidak berakhir pada sirklus perputaran (daur)? Jika demikian,tujuan manusia tidak berarti dan hampa.maka semua gerak keberadaan baik itu yang bernyawa ataupun yang tidak bernyawa akan menjadi daur.
Ada satu point penting yang harus diperhatikan bahwa dimensi kepribadian dan nilai manusia ada pada beberapa titik pusat yang mana satu dengan yang lain berurutan logika (mantiqi). Titik pusat tersebut diantaranya adalah ilmu pengetahuan manusia, kepercayaan yang muncul setelah pengetahuan, perbuatan yang dilakukan yang sesuai dengan kepercayaannya, efek atau dampak dari amal perbuatan terhadap ruh manusia. Sebagian meyakini bahwa sesuatu yang merubah keperibadian manusia adalah tujuan dari kehidupannya, contohnya, seseorang yang menganggap tujuan asli kehidupannya adalah membantu sesama, tujuan inilah yang membentuk keperibadiannya.
Dari semua yang kita jelaskan sampai pada sebuah kesimpulan bahwa tujuan perbuatan manusia berpengaruh dalam membentuk sebuah keperibadian. Pembahasan berikutnya adalah apakah pengetahuan dan kepercayaan manusia bisa terpisah dari tujuan tujuannya, dan dia mempunyai peran dalam menentukan tujuannya ataukah tidak?.
Jawabannya sangatlah jelas bahwa antara pengetahuan dan keyakinannya (kepercayaannya) dan tujuannya mempunyai keterkaitan langsung karena perbuatan manusia muncul dari pengetahuan dan kepercayaannya.
Yang akan melepaskan manusia dari daur adalah pemahaman mereka dari setiap aktivitas yang akan berlangsung menuju kesempurnaan setelah kematian. Dengan pandangan bahwa manusia akan terus bergerak menuju kesempurnaannya setelah dirinya mengalami kematian duniawi dan kemudian melanjutkan kepada dunia yang lebih luas di alam ukhrawi merupakan rumah kembali abadi, dengan kata lain; setelah kematian maka dimulailah gerak takamul yang tidak dapat disempurnakandi dunia ini.
Sangat jelas bahwa alam syuhud meruapakan alam yang terbatas, sehingga semua kaifitas dilakukan di alam yang terbatas dan ada akhirnya, seperti alam materi yang mana tidak mungkin keberadaaanya tampa adanya keberadaan yang lain dan tidak ada batasnya, sehingga tidak dapat lain dimana penafsiran takamul tampa ada batas yang benar adalah adalah gerak dialam dibelakang (beyond) alam materi yaitu alam yang lebih luas, inilah yang dapat diterima. Border/tapal batas gerakan ini adalah alam dibelakang natural (ma wara’ tabiaat), gerakan manusia dialam ini tidak akan ada batasnya.
Manusia akan mampu melalui setiap tingkatan keberadaan dan menduduki tempat tajali Zat Haq Yang merupakan Mabda’ keberadaan. Pada manusia terdapat potensi ini, sebagaimana diisyaratkan Allah dalam ayat suciNya: “Dan Allah menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu”. (Al-Baqarah 29)”.
Maka Allah menjadikan tujuan semua keberadaan makhluq untuk manusia., tapi mustahil makhluq memiliki suatu tujuan kecuali Allah. Dapat disimpulakan bahwa semua keberadaan dengan berhubungan dengan manusia , berakhir pada Allah. Dalam hadits qudsi dinyatakan bahwa:”Wahai anak Adam, Saya ciptakan segala sesuatu untuk mu dan saya ciptakan kamu untuk Ku”. Dengan kata lain bahwa tujuan semua makhluk adalah manusia dan tujuan manusia adalah Allah.
(Alhassanain/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email