Arab Saudi sedang menghadapi kondisi dan situasi yang sangat sulit. Kerajaan yang berkuasa di Dunia Arab dari sejak dekade 70-an ini sedang berusaha keras untuk mengembalikan kewibawaan dan pengaruhnya.
Untuk itu, para penguasa Riyadh masih tetap melanjutkan kegilaan mereka di Yaman, atau di utara Suriah, bersembunyi di balik sekutu Turki mereka lantaran tidak mampu berhadapan langsung.
Mereka sekarang sedang menanti periode kekuasan presiden baru Amerika guna melihat kebijakan barunya. Terutama setelah Riyadh menuduh Obama telah meninggalkan Arab Saudi sendirian.
Di samping kondisi politik yang mengenaskan tersebut, kondisi ekonomi Arab Saudi juga sedang kembang kempis.
Beberapa hari lalu, Riyadh telah mengumumkan anggaran tahun 2017 dengan defisit lebih dari 52 milyar dolar. Sudah empat tahun berturut-turut defisit Arab Saudi tercatat lantaran penurunan harga minyak dunia. Pada saat yang sama di tahun lalu, defisit anggaran Arab Saudi tercatat sebesar 87 milyar dolar. Alasan utama masalah ini bukanlah siasat-siasat praktis yang telah diambil oleh Raja Salman. Tetapi lebih bertitik pada realita bahwa Riyadh belum melunasi hutang dalam dan luar negeri.
Memang belum ada bukti-bukti kongkrit bahwa Arab Saudi akan mendekati sebuah krisis besar. Akan tetapi, suatu hal yang pasti, Raja Salman dan anaknya belum mau memahami bahwa Arab Saudi sudah tidak lagi berenang di kolam minyak dan kekayaan yang melimpah.
(Al-Akhbar-Lebanon/Shabestan/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email