Arab Saudi telah meramalkan defisit
anggaran untuk tahun depan diperkirakan sekitar $ 53 milyar meskipun
telah dilakukan langkah-langkah penghematan ekonomi oleh pemerintah
untuk menanggapi harga minyak yang rendah.
Menurut pernyataan kabinet, defisit anggaran 2017 itu diumumkan negara pada hari Kamis (22/12/16).
Tahun depan, pengeluaran Saudi akan mencapai $ 237 milyar sementara pendapatan $ 184 milyar kata pernyataan itu.
Lebih lanjut dilaporkan bahwa defisit 2016 mencapai $ 79 miliar, turun 8,9 persen dari perkiraan sebelumnya.
“Anggaran ini dibuat pada saat situasi ekonomi yang mudah berubah … yang menyebabkan perlambatan pertumbuhan ekonomi dunia dan penurunan harga minyak yang berdampak kepada negara kita,” Raja Saudi Salman bin Abdulaziz Al Saud mengatakan di televisi resmi pada rapat kabinet.
Awal bulan ini, Raja Salman mengakui bahwa beberapa langkah-langkah ekonomi yang telah diambil oleh pemerintah “menyakitkan”, tetapi langkah ini dibutuhkan untuk mencegah krisis keuangan yang lebih rumit.
Arab Saudi, merupakan produsen minyak mentah terbesar kedua di dunia setelah Rusia dan eksportir minyak terbesar. Mereka terkena penurunan harga minyak yang tajam dari $ 100 per barel pada 2014, turun di bawah $ 40 dua tahun lalu. Namun harga minyak mulai pulih menjelang akhir 2016 dan diperdagangkan di bawah $ 55 pada hari Kamis.
Terjunnya harga minyak dunia mendorong Riyadh untuk mengekang pengeluaran publik dalam upaya untuk menghemat keuangan. Langkah-langkah ekonomi kerajaan yang dipimpin oleh putra Salman, Wakil Mahkota Mohammad bin Salman Al Saud.
Awal tahun ini, rezim Riyadh membatalkan tunjangan keuangan untuk karyawan sektor publik dan memangkas gaji menteri dan anggota Majelis Permusyawaratan Arab Saudi, yang dikenal sebagai Dewan Syura.
Lebih lanjut membekukan proyek pembangunan bangunan utama dan melakukan pemotongan yang pernah terjadi sebelumnya untuk subsidi bahan bakar dan barang lainnya.
Pemotongan telah memicu kekhawatiran di kalangan pengusaha dan masyarakat.
Perkembangan ini terjadi di tengah meningkatnya pengeluaran militer negara itu,dimana sejumlah besar dikeluarkan untuk kampanye militer terhadap negara tetangganya Yaman. Arab Saudi tak henti-hentinya menggempur Yaman sejak Maret tahun 2015 dengan tujuan mendudukan kembali mantan presiden Yaman, sekutu dekat Riyadh.
(AFP/Reuters/Mahdi-News/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Menurut pernyataan kabinet, defisit anggaran 2017 itu diumumkan negara pada hari Kamis (22/12/16).
Tahun depan, pengeluaran Saudi akan mencapai $ 237 milyar sementara pendapatan $ 184 milyar kata pernyataan itu.
Lebih lanjut dilaporkan bahwa defisit 2016 mencapai $ 79 miliar, turun 8,9 persen dari perkiraan sebelumnya.
“Anggaran ini dibuat pada saat situasi ekonomi yang mudah berubah … yang menyebabkan perlambatan pertumbuhan ekonomi dunia dan penurunan harga minyak yang berdampak kepada negara kita,” Raja Saudi Salman bin Abdulaziz Al Saud mengatakan di televisi resmi pada rapat kabinet.
Awal bulan ini, Raja Salman mengakui bahwa beberapa langkah-langkah ekonomi yang telah diambil oleh pemerintah “menyakitkan”, tetapi langkah ini dibutuhkan untuk mencegah krisis keuangan yang lebih rumit.
Raja Salman bin Abdulaziz Al Saud menghadiri pertemuan Majelis Permusyawaratan Arab Saudi, juga dikenal sebagai Dewan Syura, di Riyadh, Arab Saudi, 14 Desember, 2016. (Foto: Reuters)
Arab Saudi, merupakan produsen minyak mentah terbesar kedua di dunia setelah Rusia dan eksportir minyak terbesar. Mereka terkena penurunan harga minyak yang tajam dari $ 100 per barel pada 2014, turun di bawah $ 40 dua tahun lalu. Namun harga minyak mulai pulih menjelang akhir 2016 dan diperdagangkan di bawah $ 55 pada hari Kamis.
Terjunnya harga minyak dunia mendorong Riyadh untuk mengekang pengeluaran publik dalam upaya untuk menghemat keuangan. Langkah-langkah ekonomi kerajaan yang dipimpin oleh putra Salman, Wakil Mahkota Mohammad bin Salman Al Saud.
Awal tahun ini, rezim Riyadh membatalkan tunjangan keuangan untuk karyawan sektor publik dan memangkas gaji menteri dan anggota Majelis Permusyawaratan Arab Saudi, yang dikenal sebagai Dewan Syura.
Lebih lanjut membekukan proyek pembangunan bangunan utama dan melakukan pemotongan yang pernah terjadi sebelumnya untuk subsidi bahan bakar dan barang lainnya.
Pemotongan telah memicu kekhawatiran di kalangan pengusaha dan masyarakat.
Perkembangan ini terjadi di tengah meningkatnya pengeluaran militer negara itu,dimana sejumlah besar dikeluarkan untuk kampanye militer terhadap negara tetangganya Yaman. Arab Saudi tak henti-hentinya menggempur Yaman sejak Maret tahun 2015 dengan tujuan mendudukan kembali mantan presiden Yaman, sekutu dekat Riyadh.
(AFP/Reuters/Mahdi-News/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email