Demo anti Trump (Foto: Reuters).
Kehadiran jutaan wanita AS dalam sebuah demo menolak Trump sehari setelah pelantikan presiden merupakan pertanda dalamnya perbedaan politik yang dihadapi negara itu, media melaporkan.
Jutaan wanita menggelar demo, membawa spanduk-spanduk mengecam pandangan Donald Trump sekaitan sejumlah masalah yang dihadapi negara itu sehari setelah Trump mengucap sumpah jabatan.
Seorang warga bernama Mary Foster, 42 tahun, mengatakan dirinya merasa rakyat Amerika semakin terpisah jauh dan tak punya jalan tengah lagi.
"Dulu ada banyak hal yang menyatukan kami dan sekarang saya merasa kami lebih terbelah dari sebelumnya," katanya.
Pusat Penelitian Pew Kamis melaporkan sekitar 86% warga Amerika negara kini lebih terbelah secara politik dibanding tahun-tahun sebelumnya.
Angka itu 46% lebih besar dibanding kala Obama dilantik delapan tahun lalu.
Dalam pemilu, Trump mendapat suara terbanyak di negara-negara bagian yang lapangan industrinya menelan kegagalan besar dan warganya merasa tertinggal dalam proses pemulihan ekonomi.
Seorang profesor politik di Universitas Brown, Wendy Schiller mengatakan Trump memperburuk perpecahan yang sebelumnya sudah ada di AS terkait isu-isu penting seperti keamanan nasional, HAM dan bahkan perubahan iklim.
Dia menambahkan, "Membelah negara adalah resep meraih kemenangan dalam pemilu tapi itu bukan resep untuk sebuah pemerintahan yang sukses."
Sementara itu para pendukung Trump mempertanyakan alasan rasional menggelar demo sebelum Trump melakukan satu tugas pun.
"Mereka tak memberinya waktu. Mereka menganggap dia [Trump] akan melakukan pekerjaan buruk," kata Kimberley Morgan dari Alabama.
(Reuters/Islam-Times/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email