Seorang mantan pegawai negeri sipil kementerian keuangan Indonesia beserta keluarganya dideportasi kembali ke Indonesia dari Turki setelah berupaya menyelinap masuk Suriah untuk bergabung bersama Deash atau yang lebih dikenal dengan ISIS. Demikian laporan Channel News Asia mengutip pejabat tinggi bidang keamanan di Indonesia.
Deportasi keluarga ini terjadi empat hari setelah 17 WNI dipulangkan kembali ke Jakarta dalam rangkaian operasi pembersihan oleh pihak berwenang Turki.
Keluarga yang terdiri dari pasangan suami istri dan tiga anak berusia antara 3 sampai 12 tahun itu tiba di Bali menggunakan maskapai Emirates dari Istanbul pada Selasa 24 Januari lalu. Setiba di Ngurah Rai, polisi langsung menahan mereka.
“Orang ini memiliki posisi bagus di kementerian keuangan. Dia belajar di salah satu sekolah terbaik Indonesia dan meraih gelar s2 dari Flinders University di Adelaide, Australia,” kata pejabat keamanan kepada Channel News Asia.
“Dia orang yang memiliki kehidupan baik di Indonesia … pekerjaan yang baik dan ekonomi yang mapan. Dia tidak memiliki kesulitan apa-apa,” kata sumber tersebut.
Dia menjual rumahnya untuk membiayai keberangkatannya ke Suriah karena dia ingin hidup di bawah kekhalifahan, menurut sumber itu.
Keluarga ini meninggalkan Indonesia pada 15 Agustus 2016 menuju Thailand, untuk mengecoh pihak-pihak berwenang, sebelum terbang ke Istanbul tiga hari kemudian, kata Channel News Asia.
Di Istanbul, mereka lalu bertemu dengan seorang WNI lain berinisial “I” yang membawa mereka ke tempat persembunyian. Mereka lalu berpindah-pindah sewaktu di Istanbul.
“Mereka ditahan tentara Turki dalam suatu penyergapan 16 Januari lalu dan mendekam selama satu pekan di kantor polisi police setempat sebelum dipulangkan kembali ke Indonesia,” kata pejabat keamanan di Bali.
Pihak BNPT memperkirakan ada 700 sampai 1,000 WNI di Suriah yang sebagiannya mulai ingin kembali ke Tanah Air.
(Channel-News-Asia/Islam-Indonesia/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email