Jenderal Gatot Nurmantyo - Panglima TNI.
"Hancurkan ekonomi nasional, buat pertentangan elit politik, suburkan konflik horisontal. Kemudian pecah militer dan polisi, buat sel-sel perlawanan, buat serbuan paradigmatis, invasi militer setelah ada legalitas intervensi kemudian mendatangkan pasukan perdamaian PBB," kata Gatot.
Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo memaparkan sejumlah ancaman yang sedang dihadapi oleh bangsa Indonesia dalam kompetisi global. Hal ini ia sampaikan saat menghadiri Gala Dinner Hari Pers Nasional (HPN) 2017 di Ambon, Maluku.
"Turunnya Produksi Minyak Bumi merubah drastis gaya hidup dan model bisnis mulai dari sekarang dan menjadikan krisis ekonomi. Krisis ekonomi ini menjadikan depresi ekonomi. Setelah itu akan meningkatnya kejahatan konflik dan hancurnya tatanan masyarakat serta kompetisi global," ujar Gatot di Islamic Center Ambon, Maluku, Rabu (8/2).
Ia mengingatkan bahwa kekayaan yang dimiliki oleh Indonesia bisa membuat negara-negara lain iri. Sebab pada saat ini kompetisi global sedang memperebutkan pangan dan energi.
"Kaya akan sumber daya alam justru dapat menjadi petaka buat kita. Kita harus waspada," ucap Gatot seraya mengutip pernyatan Presiden Joko Widodo.
Selain itu, Gatot pun memaparkan sejumlah skenario yang biasa dibuat untuk menghancurkan sebuah negara. Skenario ini meliputi dari penghancuran ekonomi nasional sampai ke tingkat adu domba atau mempertentangkan para elit pemimpin negeri.
"Hancurkan ekonomi nasional, buat pertentangan elit politik, suburkan konflik horisontal. Kemudian Pecah militer dan polisi, buat sel-sel perlawanan, buat serbuan paradigmatis, invasi militer setelah ada legalitas intervensi kemudian mendatangkan pasukan perdamaian PBB," kata Gatot.
Namun dalam menghadapi itu semua, Indonesia mempunyai modal berharga. Modal itu adalah modal demografi dan modal geografi.
"Modal Geografi yaitu negara agraris negara maritim dan modal demografi itu kearifan lokal dan Pancasila," terangnya.
Oleh karena itu, pers harus turut serta dalam mewaspadai kompetisi global. Pers diharapkan dapat menguatkan patriotisme dan nasionalisme.
"Pers harus memberitakan kejadian yang sebenarnya dengan bahasa santun dan menyejukkan, bukan mengeksploitasi atau memperuncing pertentangan, perbedaan atau permusuhan dan menawarkan solusi terhadap semua permasalahan yang terjadi," ucap Gatot.
Dalam kegiatan ini, HPN dan Dewan Pers mengapresiasi penerima penghargaan kepeloporan dalam bidang media. Mereka yang meraih penghargaan itu adalah Kompas, Tempo, Femina dam Radio Surabaya.
Selain media, ada beberapa insan media yang turut juga menerima penghargaan ini. Di antaranya adalah Peter F Gontha, Ilham Bintang, Karni Ilyas, Budiono Darsono dan Andy F Noya.
Selain Panglima TNI Gatot Nurmantyo, hadir juga Menteri Komunikasi dan Informasi (Menkominfo) Rudiantara dan sejumlah duta besar dari negara sahabat. Turut hadir pula sejumlah pimpinan dari media massa, ketua Dewan Pers dan ketua PWI.
Kegiatan ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan HPN 2017. Rencananya acara puncak akan digelar besok (9/2) yang akan dibadiri langsung oleh Presiden Joko Widodo.
(Islam-Times/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email