Pesan Rahbar

Home » » Pusat Komunitas Muslim Moskow: Dulu dan Kini

Pusat Komunitas Muslim Moskow: Dulu dan Kini

Written By Unknown on Sunday, 5 February 2017 | 04:11:00

"Siapa yang pernah berkunjung ke Moskow maka sesungguhnya ia mengenal Rusia," ucap sejarawan terkenal Rusia Nikolay Karamzin. Memang, sejarah komunitas Muslim di Moskow mencerminkan sejarah Islam Rusia secara keseluruhan, yang tak jarang menyimpan kenangan masa-masa sulit dan terkadang nasib tragis.


1. Masjid Historis

Masjid Historis, Moskow, 2015. (Foto: Sergey Mikheev, RG)

Berbagai sejarawan memperkirakan masjid pertama di Moskow muncul pada abad ke-16, ke-17 (pada 1782), dan bahkan pada abad ke-19. Namun, banyak pula yang percaya—dengan didukung berbagai alasan—bahwa rumah ibadah umat Islam di Moskow telah muncul jauh lebih awal.

Fakta yang berhubungan dengan penaklukkan Rusia oleh Gerombolan Emas (bahasa Inggris: Golden Horde) — sebuah dinasti Mongol-Turki pada abad pertengahan yang wilayahnya membentang dari Eropa Timur hingga Siberia Barat — pada abad XIII–XV di Moskow membuat munculnya sejumlah pemukiman muslim. Tentu saja, di mana terdapat komunitas muslim, di situ pula terdapat rumah-rumah ibadah untuk menyembah Allah.

Dokumentasi penemuan pertama sebuah masjid di Moskow mencatat pada tahun 1712. Masjid tertua muncul di wilayah Tatar, yaitu di wilayah pedesaan Tatar Zamoskvorechye. Banyak penerjemah bangsa Khan, pedagang, dan buruh yang menetap di desa tersebut.


Masjid pertama di Moskow terbuat dari kayu dan berada di halaman rumah seorang penerjemah urusan luar negeri Pangeran Sulmamit Murza Simenei.

Pada sekitar tahun 1770-an, di Mosow muncul wabah penyakit pes yang mengakibatkan sebagian penghuni masjid dan pangeran itu sendiri meninggal. Ahli warisnya sang pangeran kemudian menjual rumah tersebut kepada pedagang Schukin. Sementara, masjid itu sendiri sudah sangat tua dan dihancurkan. Selanjutnya, di masa itu ibadah dilakukan di rumah-rumah pedagang lokal.


Masjid Historis, Moskow, 1883 Setelah bertahun-tahun melewati proses birokrasi, izin pembangunan masjid akhirnya didapat pada tahun 1823. Sebuah rumah ibadah dibangun di halaman rumah seorang pedagang Nazarbai Hamalov, tetapi dalam arsitektur rumah ibadah ini sama sekali tidak menunjukkan identitas agama. Bangunannya bahkan tidak mencolok di antara rumah-rumah lainnya. Namun demikian, masjid ini memenuhi syarat utama dari otoritas Moskow saat itu, yaitu rumah tak berpenampilan seperti masjid dan tidak disebut sebagai masjid. Dari tampilan bangunannya, rumah ibadah ini terlihat seperti rumah biasa berlantai satu dengan satu menara di atas pintu masuknya. Bangunan semacam ini termasuk bentuk umum tempat ibadah umat muslim pada tahun 1880.

Pada perkembangannya, pada abad ke-19 masjid ini mendapat status katedral (dan mulai abad ke-20 disebut sebagai Masjid Katedral di Gang Vypolzov yang dibangun pada tahun 1904). Sekarang masjid ini dikenal dengan nama "Masjid Historis".

Alamat: ulitsa Bolshaya Tatarskaya, No. 28


«Baik di Marseille maupun Paris, Anda tidak akan menemukan koloni Arab (Aljazair). Di London tidak ada blok orang India. Di Den Haag, Anda tidak akan menemukan seorang Jawa atau Melayu Muslim. Namun, Moskow dan Sankt Petersburg merupakan rumah bagi ribuan muslim, dengan nama jalan, masjid-masjid, dan lain sebagainya». (Ismail Gasprinskiy; politikus dan penulis "Perjanjian Rusia Timur", tahun 1896)

Masjid Historis, Moskow, 2015. (Foto: Sergey Mikheev, RG)


2. Rumah Asadullaev

Rumah Asadullaev, Moskow, 2015. (Foto: Sergey Mikheev, RG)

Pada tahun 1913 dengan bantuan dana dari pengusaha minyak asal Baku, Aga Shamsi Asadullaev, dibangunlah sebuah rumah besar yang berada di wilayah Zamoskvorechye — tak jauh dari lokasi Masjid Historis. Awalnya, bangunan ini ditujukan sebagai sekolah muslim, tapi kemudian berubah menjadi pusat kebudayaan Muslim di Moskow. Bangunan ini dirancang oleh arsitek Vladimir Krause.

Sebelum revolusi tahun 1917, Rumah Asadullaev dikenal sebagai sekolah. Tempat itu adalah rumah pribadi yang dibangun dari kekayaan para pedagang. Pengajar di madrasah hanya mengajarkan ilmu pengetahuan umum (ilmu alam dan sosial), tetapi para siswa tetap taat pada hukum syariah. Misalnya, anak laki-laki dan perempuan diajarkan dalam kelas yang terpisah dan berada di lantai yang berbeda. Di samping itu, di gedung ini juga kerap diadakan malam pemuda muslim. Di dalam Rumah Asadullaev juga terdapat sebuah tipografi dari surat kabar yang dicetak dalam bahasa Tatar, yaitu "Kata" (Suz) dan "Negara" (Il).


Pada tahun 1917, Kongres Muslim Rusia diadakan di Rumah Asadullaev. Setelah revolusi hingga 1941 di Tatar Domprose (rumah pendidikan) didirikan taman kanak-kanak, sekolah, perkumpulan remaja, panti asuhan, teater, serta berbagai sanggar, seperti tipografi, termasuk kelompok sastra penyair Musa Jalil. Pada suatu waktu seorang lulusan Sorbonne Sarah Shakulova bekerja sebagai direktur sekolah ini. Beberapa orang mengatakan bahwa ia adalah keturunan dari keluarga Nabi Muhammad. Selama perang, Rumah Asadullaev berfungsi sebagai rumah sakit dan menerima banyak pasien sebelum akhirnya (para pasien) dipindahkan ke komisariat luar negeri.

Sejak pertengahan abad ke-20, masyarakat Tatar Moskow secara aktif berjuang untuk mengembalikan Rumah Asadullaev. Pada 2003, bangunan yang menyimpan dekorasi muslim dan interior oriental kembali dibuka sebagai pusat budaya Tatar. Sekarang tempat ini menarik perhatian semua pecinta kebudayaan ketimuran atau oriental. Sementara, bagi mereka yang ingin mempelajari bahasa Arab dan Tatar, kelas-kelas dibuka secara gratis.

Alamat: Tatarsky pereulok, No. 8


Shamsi Asadullaev (lahir pada 1840) mendirikan perusahaan minyak pada 1874 di Baku (kini ibu kota Azerbaijan). Pada 1893 usahanya semakin berkembang dan ia pun resmi membangun sebuah perusahaan penghasil minyak dan beberapa produksi lainnya. Setelah bercerai dengan istrinya pada 1903, ia pindah dari Baku ke Moskow dan menikah lagi. Ia kemudian bangkit dari seorang petani sederhana menjadi seorang pengusaha muda sukses. Aga Shamsi Asadullaev menjadi jutawan sekaligus pengusaha minyak terkenal. Ia pun menjadi pelindung ilmu pengetahuan bangsa Tatar dan budaya muslim, serta menjadi seorang dermawan. Shamsi Asadullaev meninggal pada tahun 1913. Pembangunan pusat budaya Tatar diselesaikan lebih dari satu tahun setelah kematiannya.


3. Masjid Moskow

Masjid Moskow, 2015. (Foto: Reuters)

Pada awal abad ke-20, sekitar sepuluh ribu muslim bermukim di Moskow. Hal ini menginisiasi pembangunan masjid kedua yang terletak tak jauh dari Gereja Ortodoks St. Philip yang terkenal. Pusat permukiman baru ini dihuni oleh warga Tatar di Bulevar Tsevetnoi yang berdekatan dengan jalan Sretenka. Belajar dari pengalaman pahit saat pembangunan masjid pertama umat Islam di ibu kota, saat itu mereka menemukan solusi baru dengan bantuan rekan-rekan sesama muslim yang berkecukupan.

Pada 1902, dengan bantuan dana dari seorang warga Moskow bernama Bakirov dan seorang pedagang bernama Akbulatov, mereka membeli lahan seluas 0,77 hektar di gang Vypolzovo. Proyek masjid tersebut dirancang oleh seorang arsitek bernama N. A. Zhukov. Masjid tersebut dibangun dengan gaya Bizantium dengan kapisitas yang mampu menampung lebih dari 2.000 jemaah. Dengan dukungan finansial dari padagang Salih Erzin, pembangunan masjid yang dimulai pada musim panas 1904 itu selesai dalam waktu singkat pada pada bulan November.


Setelah penutupan Masjid Historis oleh Pemerintah Soviet pada tahun 1936, masjid kedua di gang Vypolzov menjadi masjid utama di ibu kota dan menerima status katedral.

Pada awal tahun 1990-an, dari masjid bersejarah tersebut didirikanlah Islamic Center (1991), dan pada tahun 2005, rekonstruksi masjid secara besar-besaran dimulai. Hal ini dilakukan dalam menanggapi kebutuhan umat Islam di ibu kota yang tumbuh dengan pesat.

Alamat: Vypolzov pereulok, No. 7


Pembangunan Masjid-masjid Baru

Foto: RIA Novosti

Periode Uni Soviet membuat komunitas muslim dan asosiasi keagamaan lainnya di Moskow berada di bawah tekanan dan penindasan. Selama periode ini, Masjid Historis dan Rumah Asadullaeva ditutup. Pemerintah hanya "tidak menyentuh" masjid katedral. Namun, Pemerintah Soviet sadar bahwa negaranya perlu membina kerja sama dengan negara-negara muslim. Ada beberapa masjid pada masa Uni Soviet yang dikunjungi pemimpin-pemimpin dunia, seperti Presiden Mesir Gamal Abdul Nasser, Presiden RI Soekarno, pemimpin revolusi Libya Muammar Gaddafi, dan sebagainya.

Setelah runtuhnya Uni Soviet, ketidakadilan ini mulai diperbaiki. Pembentukan sistem kenegaraan yang baru dan penerapan konstitusi baru Federasi Rusia (1993) bertepatan dengan penciptaan Dewan Mufti Moskow, dan hal ini ditandai dengan dimulainya pembangunan masjid baru, khususnya di ibu kota.

Pada Mei 1993, di Jalan Bolshoi Tatar dibuka kembali peninggalan yang paling penting dari umat Islam di Moskow, yaitu Masjid Historis.

Masjid di daerah Otradnoe, Moskow, 2015. (Foto: RIA Novosti)

Di daerah Otradnoye, di bagian timur laut ibu kota, pembangunan masjid baru—yang mengawali pembangunan kompleks pendidikan spiritual tradisional Rusia, yang terkadang disebut sebagai "Yerusalem Baru"—tengah dimulai. Pada tahun 1997 sebuah masjid dengan dua menara telah dibangun di Otradnoye. Masjid ini menjadi rumah ibadah pertama bagi umat Islam di ibu kota yang didirikan dalam 90 tahun belakangan ini. Masjid ini mampu menampung sebanyak 1.200 jemaah.


Arsitektur masjid mirip dengan gaya bangunan di Asia Tengah dan Iran. Lokasi Masjid Yardem sangat menarik karena lokasinya berdekatan dengan dengan kapel Ortodoks. Pada wilayah yang sama terdapat sebuah masjid untuk para kaum muslim Syiah, Inam. Masjid yang dibangun pada 1999 ini diprakarsai presiden pertama Azerbaijan Ayaza Niyazi bin Mutalib.

Alamat: ulitsa Khachaturiana, No. 8

Masjid Memorial, Moskow, 2015. (Foto: Lori Media)

Pada tahun yang sama, dibuka pula masjid baru di tempat pemujaan masyarakat Rusia, yaitu di perbukitan Poklonnaya. Dari sini, para tamu penting dari berbagai negara berdatangan dalam pembukaannya yang bertepatan dengan perayaan ulang tahun ke-850 kota Moskow.


Masjid memorial di perbukitan Poklonnaya didirikan atas inisiatif Pemerintah Moskow dan administrasi spiritual muslim Eropa dan Rusia (DUMER) untuk menghormati dan mengenang tentara muslim yang mengorbankan nyawa mereka dalam Perang Dunia II. Arsitek terkenal asal Moskow Ilyas Tazhiev menjadi kepala proyek pendirian masjid ini. Desain eksterior masjid mengombinasikan model arsitektur dari berbagai gedung sekolah dari muslim Timur, seperti Tatar, Uzbek, dan Kaukasia.

Masjid pun kemudian menjadi salah satu ornamen arsitektur paling unik di kota. Di dalamnya terdapat pusat komunitas muslim dan juga madrasah. Pada bulan suci Ramadan, tak jauh dari masjid dibuka "tenda amal" yang terbukan untuk berbuka puasa.

Alamat: ulitsa Minskaya, No. 2

(RBTH-Indonesia/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS) 
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: