Pesan Rahbar

Home » » Salafiyah Wahhabiyah Pelanjut Misi Sesat Kaum Nawâshib! Ini Fakta Riwayatnya!

Salafiyah Wahhabiyah Pelanjut Misi Sesat Kaum Nawâshib! Ini Fakta Riwayatnya!

Written By Unknown on Tuesday, 21 February 2017 | 06:18:00


Tidak ada kebencian terhadap keluarga suci Nabi Muhammad saw. yang ditampakkan kelompok yang mengaku Muslim melebihi kebencian kaum Nawâshib, baik al Bakriyyah al Utsmaniyyah maupun kaum Khawârij. Sejarah mencatat bahwa tidak sedikit dari mereka yang menyelinap di tengah-tengah umat Islam dengan menyembunyikan identitas mereka sesungguhnya, namun demikian kebusukan akidah dan jiwa mereka sulit mereka sembunyikan, sebab sepandai-pandai seorang menyembunyikan bangkai di kantungnya toh pasti akan terciaum juga cepat atau lambat! Kebusukan mental dan jiwa mereka akan tercium melalui kata-kata yang terlontar atau sikap sinis yang tampak dari mereka


Kebencian kepada Imam Ali as. adalah bukti kuat kemunafikan

Dalam banyak hadis, Nabi menyabdakan:

Imam Muslim dan lainnya meriwayatkan dari Zirr ibn Hubaisy, ia berkata, “Aku mendengar Ali as. bersabda:

وَ الذِي فَلَقَ الْحَبَّةَ و بَرَأَ النَّسَمَةَ إنَّهُ لَعَهْدُ النَّبِيِّ الأُمِّيْ أَنَّهُ : لاَ يُحِبُّنِيْ إلاَّ مُؤْمِنٌ ولاَ يُبْغِضُنِيْ إلا مُنافِقُ.

“Demi Dzat Yang membelah biji-bijian dan menciptakan makhluk bernyawa, ini adalah ketetapan Nabi yang Ummi kepadaku bahwa tiada mencintaiku kecuali mukmin dan tiada membenciku kecuali munafik.” [1]

Allah SWT akan membongkar kedok kemunafikan mereka melalui apa yang terlontar dari mulut-mulut mereka yang mencerminkan kebusukan hati mereka. Allah berfirman:

أَمْ حَسِبَ الَّذينَ في‏ قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ أَنْ لَنْ يُخْرِجَ اللَّهُ أَضْغانَهُمْ * وَ لَوْ نَشاءُ لَأَرَيْناكَهُمْ فَلَعَرَفْتَهُمْ بِسيماهُمْ وَ لَتَعْرِفَنَّهُمْ في‏ لَحْنِ الْقَوْلِ وَ اللَّهُ يَعْلَمُ أَعْمالَكُمْ.

“Atau apakah orang-orang yang ada penyakit dalam hatinya mengira bahwa Allah tidak akan menampakkan kedengkian mereka.* Dan kalau Kami menghendaki, niscaya Kami tunjukkan mereka kepadamu sehingga kamu benar-benar dapat mengenal mereka dengan tanda-tandanya. Dan kamu benar-benar akan mengenal mereka dari kiasan-kiasan perkataan mereka dan Allah mengetahui perbuatan-perbuatan kamu.” (QS. Muhammad [47]:29-30).

Imam Jalaluddin as Suyuthi meriwayatkan dalam tafsir ad Durr al Mantsûr-nya [2] ketika menafsirkan ayat di atas beberapa hadis di antaranya:

Ibnu ‘Asâkir dan Ibnu Murdawaih meriwayatkan dari sahabat Abu Sa’id al Khudri ra. ia berkata tentang ayat:

وَ لَتَعْرِفَنَّهُمْ في‏ لَحْنِ الْقَوْلِ

“Dan kamu benar-benar akan mengenal mereka dari kiasan-kiasan perkataan mereka”

Ia berkata, “Dengan kebenciannya kepada Ali ibn Abi Thalib.”

Dan kaum munafik adalah penghuni tetap neraka Jahannam.

Allah berfirman:

إِنَّ الْمُنافِقينَ فِي الدَّرْكِ الْأَسْفَلِ مِنَ النَّارِ وَ لَنْ تَجِدَ لَهُمْ نَصيراً إِلاَّ الَّذينَ تابُوا وَ أَصْلَحُوا وَ اعْتَصَمُوا بِاللَّهِ وَ أَخْلَصُوا دينَهُمْ لِلَّهِ فَأُولئِكَ مَعَ الْمُؤْمِنينَ وَ سَوْفَ يُؤْتِ اللَّهُ الْمُؤْمِنينَ أَجْراً عَظيماً.

“Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. Dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolong pun bagi mereka.* Kecuali orang-orang yang tobat dan mengadakan perbaikan dan berpegang teguh pada (agama) Allah dan tulus ikhlas (mengerjakan) agama mereka karena Allah. Maka mereka itu adalah bersama-sama orang yang beriman dan kelak Allah akan memberikan kepada orang-orang yang beriman pahala yang besar.”(QS. An Nisâ’[4]:145-146).


Ulama Islam Telah Membongkar Kemunafikan Kaum Nawâshib!

Para ulama Islam, baik Sunni maupun Syi’ah telah membongkar kedok kemunafikan dan penyimpangan kaum Nawâshib. Mereka bukan Sunni apalagi Syi’ah! Ulama Sunni sendiri menolak jika mereka digolongkan sebagai Ahlusunnah! Lebih dari itu, mereka adalah kelompok terkecam!

Beberapa abad silam ajaran menyimpang dan kesesatan kaum Nawâshib mulai dihidupkan dan disebar-luaskan kembali oleh Ibnu Taimiyah dan murid-murid setiapnya seperti Ibnu Qayyim, adz Dzahabi dkk. Dan kini tonggak obor estafet itu direbut oleh kaum Salafiyah Wahabiyah.

Dengan semangat berkobar-kobar mereka bangkit menghidupkan kembali dan menyebar-luaskan kesesatan kaum Nawâshib dengan berkedok ajaran sesat mereka adalah ajaran Ahlusunnah wa al Jama’ah. Aktifitas mereka juga tertuju kepada pendha’ifan dan menvonis maudhû’/palsu hadis-hadis keutamaan Imam Ali dan Ahlulbait Nabi saw. dengan berbagai alasan yang mengada-ngada. Di samping yang tidak mereka lewatkan adalah membela mati-matian musuh-musuh Imam Ali dan Ahlulbait as., seperti Mu’awiyah. Yazid, Amr ibn al ‘Âsh dkk.

Seperti telah kami singgung bahwa di antara cara licik dan licin mereka adalah mempoles pandangan sesat kaum Nawâshib sebagai yang mewakili pandangan Sunni. Dalam rangka ini mereka tidak segan-segan memalsu atas nama tokoh-tokoh Salaf!

Blog Nawâshib: haulasyiah menurunkan artikel berjudul: ( ISYARAT RASULULLAH ABU BAKAR SEBAGAI KHALIFAH, bantahan syubuhat syi’ah ke 5 ) untuk menghidupkan kembali kesesatan pandangan kaum Nawâshib yang telah setangan terkubur itu. Di dalamnya oleh Ustadz Muh. Umar as Sewed berkata:

Para ulama telah berbeda pendapat tentang bagaimana pengangkatan Abu Bakar ash-Shidiq sebagai khalifah. Apakah pengangkatan tersebut ditentukan dengan nash secara langsung dari Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam atau dilakukan dengan musyawarah antara kaum muslimin. Sebagian ulama berpendapat bahwa pengangkatan beliau sebagai khalifah ada lah hasil dari musyawarah dari kaum muslimin ketika itu.

Sedangkan Hasan al-Bashri dan sebagian para ulama dari kalangan ahlul hadits berpendapat bahwa terpilihnya Abu Bakar sebagai khalifah adalah dengan nash yang samar dan isyarat dari rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam. (Lihat Syarh Aqidah ath-Thahawiyah, hal. 471).


Ibnu Jakfari berkata:

Apa yang ia katakan itu tidak berdasar dan hanya kaum Nawashib lah yang meyakini keyakinan seperti itu. Umat Islam selain Nawâshib hanya meyakini salah satu dari dua opsi dalam masalah kekhilifahan sepeninggal Nabi Muhammad saw.:
1. Nabi telah menunjuk Imam Ali as. sebagai Imam dan Khalifah sepeninggal beliau secara langsung dengan penunjukan terang dan tegas!
2. Nabi saw, tidak menunjuk siapa-siapa. Abu Bakar dipilih oleh kaum Muslim saat itu berdasarkan musyawarah/baiat. Tidak ada penunjukan atasnya sama sekali.

Yang meyakini adanya menunjukan hanya kaum Nawâshib. Mereka tidak segan-segan memalsu banyak hadis atas nama Nabi Muhammad saw. untuk menandingi hadis-hadis keutamaan dan penujukan Imam Ali as., yang kemudian hadis-hadis palsu itu mereka sebar-luaskan di tengah-tangah umat Islam!


Ahlusunnah Sepakat Tidak Ada Nash Penujukan Atas Abu Bakar!

Hal mendasar yang akan membubarkan angan-angan kaum Nawâshib, seperti pendiri sekte sempalan Wahhabiyah dan para mukallidnya dalam hal ini adalah: bahwa termasuk hal yang telah disepakati para pembesar ulama Ahlusunnah adalah bahwa Nabi saw. tidak pernah menujuk siapa Khalifah sepeninggal beliau saw.

Ada sebuah stitmen penting dan mendasar yang disampaikan Umar –selaku Khalifah kedua- ketika ia diminta para sahabat untuk menunjuk seorang Khalifah yang akan mengantikan posisinya setalah mati nanti, maka ia berkata, ”Jika aku tidak menunjuk seorang pengganti maka ketahuilah bahwa Rasulullah juga tidak menunjuk seorang pengganti dan jika aku menunjuk maka Abu Bakar telah menunjuk.” [3]

Dan di saat-saat terakhir menjelang kematiannya, ketika ada yang mengatakan kepadanya, “Jangan Anda biarkan umat Muhammad tanpa pengembala, tunjuklah seorang pemimpin!” Umar ibn al Khaththâb menjawab, “Jika aku membiarkan maka ketahuilah bahwa orang yang lebih baik dariku (Rasulullah saw. maksudnya) telah membiarkan dan jika aku menunjuk seorang pengganti maka sesungguhnya seorang yang juga lebih baik dariku (Abu Bakar maksudnya) telah menunjuk.” [4]

Selain bukti di atas, Anda dapat menemukan bagaimana Abu Bakar -selaku Khalifah pertama- juga berandai-andai jika ia dahulu bertanya kepada Rasulullah saw. siapa yang berhak atas jabatan kekhalifahan ini dan apakah kaum Anshar memiliki hak untuk menjabat atau tidak? Abu Bakar berkata, “Saya ingin andai dahulu aku bertanya kepada Rasulullah untuk siapa perkara (khilafah) ini sehingga ia tidak direbut oleh seorang pun yang bukan ahlinya? Aku ingin andai aku bertanya, apakah orang-orang Anshar mempunyai hak dalam perkara ini?” [5]

Al hasil, banyak sekali bukti akan hal itu, akan tetapi jika Anda hanya mau patuh dan mendengar ucapan ulama, maka kami akan sebutkan pernyataan tegas seorang tokoh tersohor Ahlusunnah di bawah ini.

Ketika berusaha menegakkan bukti keabsahan Khilafah Abu Bakar, Imam al Qusyji mewakili pandangan Ahlusunnah mengatakan demikian, “Al Maqshad Keempat tentang Imam (Khalifah) yang haq sepeninggal Rasulullah saw.. menurut kami (Ahlusunnah) adalah Abu Bakar, sedangkan menurut Syi’ah adalah Ali ra.

Dalil kami adalah dua:

Pertama: Cara penunjukan seorang Imam (Khalifah) bisa dengan nash (penunjuan langsung) bisa dengan ijmâ’. Adapun nash sama sekali tidak ada, seperti akan dijelaskan nanti, sedangankan ijmâ’ tidak terjadi untuk selain Abu Bakar secara aklamasi…. “[6]

Mungkin Ustadz as Sewed kurang mengenal dan tidak akrab dengan buku-buku teologi Ahlusunnah Asy’ariyyah yang ditulis para ulama dan tokoh mereka, sebab bisa jadi sang Ustadz mulia hanya akrab dengan kitab-kitab kaum Nawâshib dan musuh-musuh Ahlusunnah Asy’ariyah seperti Ibnu Taimiyah, Ibnu Qayyim, adz Dzahabi, Ibnu Abdil Wahhab, Abdul Aziz ibn Bâz dan Ibnu Utsaimin Cs. yang menggolongkan Asya’ariyah termasuk kelompok sesat!

Hanya Kaum Nawâshib Yang Meyakini Penunjukan Abu Bakar Sebagai Khalifah!

Jika demikian, lalu kelompok manakan yang meyakini keyakinan sesat seperti itu?

Keterangan ulama Ahlusunnah di bawah ini akan menjawabnya. Perhatikan!

Dalam kitab al Mawâqif dan Syarahnya ditegaskan:

الإمام الْحقُّ بعد النبي (ص) أبو بكر، ثبتَتْ إمامتُهُ بالإجماعِ وَ إنْ تَوقَّفَ بعضُهم … و لَم ينُصَّ رسول اللهِ (ص) علَى أحَدٍ خِلافًا لِلْبَكْرِيَّةِ، فَإنهم زَعَمُوا النصَّ على أبِي بكر…. إِمَّا نَصًّا جَلِيًّا و إما نَصًّا خَفِيًّا، و الْحقُّ عِنْدَ الْجُمهور نَفْيُهُما

“Imam (Khalifah) yang benar/haq sepeninggal Nabi saw. adalah Abu Bakar. Keimamahannya telah tetap dengan dasar ijmâ’, walaupun ada sebagian orang sahabat menahan diri tentangnya (tidak mengakuinya)[7]… Rasulullah saw. tidak menunjuk seorang pun, berbeda dengan kaum al Bakriyah, mereka mengaku adanya nash (penunjukan) atas Abu Bakar…. Baik nash terang maupun nash samar. Dan yang benar adalah pendapat Jumhur yaitu tidak adanya nash dari dua bentuk tersebut!“[8]

Pernyataaan serupa juga ditegaskan oleh al Munnâwi dalam Faidhul Qadîr-nya.[9]

Maka jelaslah sekarang bahwa kaum Nawâshib (al Bakriyah) lah di balik kesesatan pandangan yang ditegakkan di atas hadis-hadis palsu itu.

Jika demikian, dari hidangan siapakah as Sewed dan kaum Nawâshib modern menelan fitnah tersebut?

Bukti di bawh ini akan memperjelas bahwa tidak lain mereka menelan fitnah ini dari gembong kaun Nawâshib abad pertengahan yang kini selalu menjadi andalan dan rujukan utama mereka… Dia tidak lain adalah Ibnu Taimyah, hamba sesat lagi menyesatkan seperti ditegaskan para ulama Ahlusunnah!

Ketika Allamah al Hilli (semoga rahmat Allah meliputinya) dalam kitab Minhâj al Karâmah-nya mengatakan bahwa dalam pandangan Ahlusunnah diyakini bahwa Nabi saw. tidak menunjuk siapa-siapa, Ibnu Taimiyah bangkit membantah dengan mengatakan:

لِيْسَ هذَا قَولَ جِمِيعِهِم، بل قد ذهبَتْ طوائِفُ مِن أهلِ السُّنَّةِ إلَى أنَّ إمامةَ أبِي بكر ثَبَتَتْ بالنَّصِّ.

“Tidak benar pendapat itu sebagai pendapat seluruh Ahlusunnah. akan tetapi ada beberapa kelompok dari Ahlusunnah yang berpendapat bahwa imamah (khilafah) Abu Bakar telah tetap berdasarkan nash.” [10]

Apa yang dikatakan Ibnu Taimyah di atas jelaslah palsu! Ibnu Tamiyah jelas-jelas memalsu keterangan adanya kelompok-kelompok di dalam tubuh Ahlusunnah yang menyakini adanya nash penunjukan atas Abu Bakar! Sebab Ahlusunnah sepakat tidak adanya nash penunjukan atas Abu Bakar!

Dan dengan demikian terbongkarlah sudah kedok sok Sunni yang sedang dilakonkan kaum Nawâshib seperti as Sewed Sc… sebab terbukti sekarang bahwa sumber rujukan pemalsuan data tersebut adalah Ibnu Taimiyah; seorang yang telah dikecam bahkan divonis sesat dan munafik oleh banyak ulama Sunni.

Tentang Ibnu Tamiyah; Imam kaum Salafiyah Nawâshib yang satu ini, al Hâfidz Ibnu Hajar al Asqallâni berkata:

ومنهم من ينسبه الى الزندقة، لقوله ان النبي لا يستغاث به، وان في ذلك تنقيصا و منعا من تعظيم النبي، ومنهم من ينسبه الى النفاق لقوله في علي ما تقدم، ولقوله انه كان مخذولا حيثما توجه، وانه حاول الخلافة مرار فلم يحصلها، انما قتاله للرئاسة لا للديانة.

“Dan di antara ulama Islam ada yang menisbatkannya (Ibnu Taimiyah) kepada kakafiran karena ucapannya bahwa Nabi tidak layak diistighatsai. Ucapan itu adalah penghinaan dan larangan untuk mangagungkan Nabi. Dan di antara ulama ada yang menisbatkannya kepada kemunafikan karena ucapannya yang lalu dan ucapannya bahwa Ali selalu dihinakan Allah kemanapun ia menuju. Dan ia (Ali) terus-menerus merusaha merebut Khilafah tetapi tidak pernah berahasil. Ali berperang hanya untuk merebut kekuasaan bukan untuk menegakkkan agama.”

Dengan demikian, akan lebih jujur jika kaum Salafiyah Nawâshib tidak berbicara mengatas-namakan Ahlusunnah wa Al Jama’ah, sebab mereka bukan Ahlusunnah! Mereka adalah Nawâshib!

Jika Benar Demikian Berarti Hasan Bashri Bukan Sunni Dia Nâshibi!

Seperti telah disinggung bahwa kaum Nawâshib tak segan-segan memalsu atas nama tokoh-tokoh penting generasi pendahulu untuk menipu kaum awam bahwa kesesatan mereka sebenarnya berlebel “Salafi” yang diambil dari pandangan kaum Salaf Shaleh!

Dalam kasus ini nama Hasan al Bashri; seorang tokoh ternama generasi tabi’în mereka bawa-bawa!

Jika benar apa yang mereka sebutkan, pastilah Hasan al Bashri bukan seorang Sunni atau yang boleh dan laik ditokohkan oleh Ahlusunnah, sebab dengan pandangannya itu ia tergolong al Bakriyah! Apakah itu yang hendak disimpilkan oleh kaum Nawâshib?


Ibnu Taimiyah Pelestari Manhaj al Bakriyah an Nawâshib!

Klaim: Nabi Saw. Telah Menunjuk Abu Bakar Sebagai Khalifah Adalah Palsu!

Pendahuluan:

Seperti telah saya katakan dalam artikel pandangan umum kaum Muslimin tentang masalah ada atau tidaknya nash penunjukan Nabi saw. atas Khalifah pengganti beliau bahwa Ahlusunnah sepakat akan ketiadaan nash dan bahwa Nabi saw. tidak menunjuk siapapun untuk mengisi posisi sentral tersebut. Sementara Syi’ah meyakini adanya nash atas Imam Ali as. sebagai Khalifah dan Imam sepeninggal Nabi saw.

Sementara itu ada kelompok ketiga yang meyakini bahwa Nabi saw. telah menunjuk Abu Bakar sebagai Khalifah. Kelompok terakhir ini adalah kelompok al bakriyah atau Nawâshib (para pembenci Imam Ali dan keluarga Nabi saw.). kelompok ini terpecah dalam dua pandangan; sekelompok mengatakan adanya nash penunjukan terang dan sebagian lainnya mengatakan nash penunjukan atas Abu Bakar itu bersifat samar atau sekedar isyarat.

Ketika Allamah al Hilli (Rahmatullah alaih) menjelaskan pandangan umum Ahlusunnah tentang masalah ini dalam kitab Minhâj al Karâmah-nya bahwa ‘Ahlusunnah meyakini Nabi saw. tidak menunjuk siapapun menjadi Imam/Khalifah’ Ibnu Taimiyah membantahnya dengan mengatakan:
لَيْسَ هذا قَولَ جَمِيْعِهم، بل قَدْ ذهَبَتْ طَوائِفُ مِنْ أهْلِ السنَّةِ إلِى أنَّ إمامَةَ أبِيْ بكْرٍ ثَبَتَتْ بالنَّصِ.

“Ini bukan pendapat seluruh Ahlusunnah. Tetapi banyak kelompok dari Ahlusunnah telah meyakini bahwa imamah/kepemimpinan Abu Bakar berdasarkan nash/penunjukan.” [11]


Ibnu Jakfari berkata:

Demikianlah Ibnu Taimiyah membantah keterangan al Hilli. Akan tetapi apa yang dikatakannya adalah sebuah kepalsuan belaka dan hanya akan memperpanjangkan daftar kebohongan dan kepalsuannya! Sebab seluruh Ahlusunnah (selain kelompok al- Bakriyah/para pembenci Ali dan Ahlulbait as.-, itu pun jika ulama Ahlusunnah tidak keberatan memasukkan mereka dalam golongan Ahlusunnah wal Jamâ’ah) meyakini tidak adanya nash atas Abu Bakar. Dan tentunya mereka tidak patut diperhitungkan sebab mereka adalah kelompok yang disepakati akan kesesatan dan penyimpangannya dari garis-garis besar ajaran Islam![12] Mereka, karena sikap fanatik buta berani membuat-buat hadis-hadis palsu kemudian mereka sandarkan atas nama Nabi saw. tentang keutamaan dan pengangkatan Abu Bakar sebagai Khalifah sepeninggal beliau saw.![13]

Di sini Ibnu Taimiyah –seperti kebiasaannya yang tidak asing lagi- selalu berusaha membentuk oponi palsu bahwa di sana banyak kelompok yang meyakini bahwa Nabi saw. telah menunjukk Abu Bakar sebagai Khalifah! Ia tidak cukup mengatakan bahwa ada beberapa orang! Andai ia mengatakannya mungkin masih dapat dibenarkan. Itu pun dengan catatan bahwa beberapa orang itu bukan dari Ahlusunnah! Akan tetapi ia mengatakan: “Tetapi banyak kelompok dari Ahlusunnah telah meyakini bahwa imamah/kepemimpinan Abu Bakar berdasarkan nash/penunjukan.”!

Mengapakan ia tidak menyebutkan kelompok-kelompok itu jika memang benar ada –selain kelompok al Bakriyah/para pembenci Ali dan Ahlulbait as.-?! Yang demikian adalah kebiasaan buruk Ibnu Taimiyah dalam menipu para pembacanya! Ia mengatakan ini dan itu telah diyakini oleh kalangan Salaf! Oleh banyak kelompok dari Ahlusunah! Akan tetapi dalam kenyataannya hanya dia seorang atau dia bersama kaum Nawâshib/para pembenci Ahlulbait lainnya yang meyakininya atau berpendapat seperti itu! Para ulama tidak pernah tertipu oleh klaim-klaim palsu ijma’ dan kesepatakan Salaf atau Ulama yang sering ia lontarkan! Karena ijma’-ijma’ itu hanya klaim produk dadakan untuk menipu! Dan hanya kaum lemah lah yang tertipu dengannya!

Dalam kesempatan ini, saya ajak pembaca menyimak pandangan Ibnu Taimiyah dalam masalah ini, agar Anda melihat dengan jelas bahwa di antara gembong kaum al Bakriyah yang meyakini adanya nash atas Abu Bakar –yang oleh para ulama Ahlusunnah telah dikeluarkan dari golongan Ahlusunnah- adalah Ibnu Taimiyah! Dialah tokoh yang paling gigih meramu keterangan dan kemudian memasarkan dalil-dalil dan argumentasi kaum Nawâshib al Bakriyah! Dan setelahnya adalah jelas siapa sejatinya Ibnu Taimiyah! Ia adalah imam kaum Nawâshib!


Misi Utama Ibnu Taimiyah Dalam Kitab Minhâj as Sunnah

Sekedar informasi untuk para pembaca bahwa tidak diragukan lagi bahwa misi utama Ibnu Taimiyah dalam kitab Minhâj as Sunnah adalah membela Abu Bakar dan mengutamakannya di atas seluruh sahabat serta mempertahankan keabsahan kekhalifahannya sepeninggal Nabi saw. di hadapan argumerntasi kaum Syi’ah yang mengatakan bahwa Khalifah yang sah sepeninggal beliau adalah Imam Ali as. berdasarkan nash penunjukan langsung oleh Nabi saw… Akan tetapi Anda yang memperhatikan pembelaan Ibnu Taimiyah dalam sepanjang keterangannya dalam kitab tersebut dapat menyaksikan kekacauannya dalam mempertahankan apa yang menjadi misi utamanya yaitu bagaimana ia menegakkan keabsahan kekhalifahan Abu Bakar! Ia benar-benar telah gagal membuktikannya dengan kegagalan memalukan! Andai saya seorang Sunni pasti Ibnu Taimiyah saya tuntut karena telah membuat malu Mazhab di hadapan Syi’ah dengan kegagalannya membela dan mempertahankan pondasi paling vital dalam doktrin Mazhab Sunni!

Allamah al Hilli (Rahmatullah alaih) telah memulai pembahasannya tentang imamah dengan menjelaskan mazhab Sunni seperti telah saya sebutkan sebelumnya dan Ibnu Taimiyah pun menjawabnya dengan jawaban seperti di antara yang Anda caba di atas! seperti Anda saksikan bahwa Ibnu Taimiyah mmebenarkan ucapan Allamah al Hilli hanya saja ia mengelak jika itu adalah pendapat seluruh Ahlusunnah, sebab –kata Ibnu Taimiyah- di sana banyak kelompok Sunni yang meyakini bahwa khilafah Abu Bakar itu ditegakkan berdasarkan nash/penunjukan Nabi saw.!

Dalam kitab Minhâj as Sunnah-nya itu ia membeberkan panjang lebar dalam rangkan usaha ngototnya untuk melemahkan hujjah-hujjah kepemimpinan Imam Ali as. sebagai diyakini kaum Syi’ah Imamiyah Ja’fariyah Itsna ‘Asyariyah.

Ibnu Taimiyah membela diri dengan mengatakan bahwa banyak kelompok Sunni yang meyakini bahwa Nabi saw. telah menunjuk Abu Bakar. Akan tetapi, sayangnya Ibnu Taimiyah gagal membuktikannya… ia tidak mampu menyebutkan kelompok-kelompok itu! Bukannya ia menyebutkan kelompok-kelompok itu, ia ternyata hanya menyebutkan bahwa:

“Perselisihan dalam masalah ini sudah sangat terkenal di dalam tubuh mazhab Ahmad dan imam-imam mazhab lainnya. Qadhi Abu Ya’la menyebutkan dua versi riwayat/ penukilan (pendapat Ahmad). Salah satunya bahwa kekhalifahannya tetap berdasarkan pemilihan. Ia berkata, “Pendapat ini diyakini olehn sekelompok ahli hadis dan kelompok Mu’tazilah dan Asy’ariyah.” Dan ini adalah yang dipilih oleh Qadhi dan lainnya. Versi kedua: Kekhalifahan Abu Bakar tetap berdasarkan nash samara dan isyarat. Dan pendapat ini diyakini oleh Hasan al Bashri dan sekelompok ahli hadis, Bakar anak saudara Abdul Wâhid, kelompok Bahîsiyah dari sekte Khawârij.” [14]

Demikian Ibnu Taimiyah menukil dari keterangan Qadhi Abu Ya’la. Ada dua riwayat dari Imam Ahmad ibn Hanbal, pertama, berdasarkan ikhtiyâr/pemilihan. Kedua, berdasarkan adanya isyarat, lalu dimanakah pendapat yang meyakini adanya nash terang seperti yang ia katakan di awal bantahannya atas al Hilli itu?

Setelahnya ia hanya menukil beberapa riwayatyang disebutkan Abu Hâmid al Hanbali yang dalam anggapannya memuat adanya isyarat atas kekhalifahan Abu Bakar…. Riwayat-riwayat itu sangat bermasalah dari sisi sanadnya, di antaranya hadis perintah beriqtidâ’ dengan Abu Bakar dan Umar, seperti saya bahas panjang lebar dalam beberapa artikel kami sebelumnya!

Setelahnya ia berboros-boros dalam keterangan panjangnya yang menghimpun pandangan beberapa tokoh al Bakriyah lainya –di antaranya Ibnu Hazm al Andalusi adz Dzahiri– dan setelah menyebut beberapa hadis yang konon dalam keyakinan mereka merupakan nash tegas penunjukan Abu Bakar oleh Nabi saw.. Ia menukil Ibnu Hazm berkata,

“Abu Muhammad; Ibnu Hazm berkata: “Manusia berselisih pendapat dalam masalah imamah/kekhalifahan sepeninggal Rasulullah saw. sekelompok berpendapat bahwa Nabi tidak menunujuk seorang pengganti pun. Mereka juga berselisih, sebagian berkata, ‘Akan tetapi Nabi menganggkatnya menjadi imam shalat dan itu bukti bahwa Abu Bakar orang yang paling berhak memamngku tugas imamah dan kekhalifahan.’ Sebagian lagi mengatakan, ‘Tidak! Akan tetapi Abu Bakar lah orang yang paling tetap keutamaannya, maka para sahabat pun mengutamakannya untuk tugas itu.’ Sekelompok lainnya berkata, “Rasulullah saw. telah menunjukan Abu Bakar dengan nash terang.’ [15]


Ibnu Jakfari berkata:

Dari ketarangan di atas dapat disaksikan bahwa mayoritas mereka meyakini salah satu dari dua pendapat; tidak adanya nash dan khilafah Abu Bakar ditegakkan berdasarkan pemilihan, kedua ada isyarat… jadi dimanakah nash terang yang diakuinya telah diyakini oleh thawâif/beberapa kelompok itu? Baik Ibnu Taimiyah dan Ibnu Hazm –panutan kebanggannya- tak mampu menyebutkan nama-nama tokoh dari kelompok-kelompok itu!

Jika Anda bertanya, lalu apa pendapat yang diyakini Ibnu Hazm? Ibnu hazm sendiri telah menegaskan keyakinannya, ia berkata, ‘Dan pendapat ini (adanya nash terang) yang saya yakini, karena beberapa bukti… .” Akan tetapi apa bukti-bukti yang ia maksud?

Ia mengatakan di antaranya, “Kesepakatan umat menamakan Abu Bakar dengan Khalifah Rasulullah…” yang dalam hematnya bahwa kata Khalifah itu berartikan orang yang ditunjuk untuk menggantikan orang lain, bukan sekadar seorang yang menggantikan orang lain dalam posisinya walaupun tidak ia tunjuk! Setelah itu ia menyebutkan beberapa pernyataan dari Aisyah dan kelurga besar Abu Bakar sendiri. Kemudian ia melanjutkan, “dan orang-orang yang berpendapat tidak adanya nas penunjukan berdalil dengan hadis yang dinukil dari Abdullah ibn Umar dari Umar bahwa ia berkata, “Jika aku menunjuk penggantiku maka ketahuilah bahwa ada seorang yang lebih baik dariku telah melakukan penunjukan (Abu Bakar maksudnya). Dan jika aku tidak menunjuk maka ketahuilah bahwa juga ada seorang yang lebih dariku tidak menunjuk. Rasulullah saw. maksudnya. Dan juga dengan hadis riwayat Aisyah ketika ia ditanya, “Siapa kira-kira yang akan ditunjuk Rasulullah saw. jika beliau menunjuk penggantinya?’

Lalu Ibnu Hazm menjawabnya dengan mengatakan, “Adalah mustahil ijma’ para sahabat dan dua sabda Rasulullah saw. dibantah oleh dua hadis/ucapan Umar dan Aisyah yang tidak dapat tegak hujjah dengannya. Selain itu, telah banyak yang samara (tidak diketahui Umar dari urusan/ajaran Rasulullah saw., seperti masalah hukum meminta izin sebelum memasuki rumah orang lain dan lain sebagaianya. Demikian juga dengan ucapan Aisyah ra., ia juga bukan hujjah.

Di sini, seperti Anda saksikan sekali lagi Ibnu Hazm sendiri gagal membuktikan adanya nash! Ia terpaksa berputar balik membuktikan keabsahan khilafah Abu Bajar berdasar ijma’ (kesepatan) para sahabat! Ia mulai mengalah dari klaim awalnya bahwa ada nash penunjukan terang dari Nabi saw. untuk Abu Bakar!! Karenanya Ibnu Taimiyah pun dibuatnya kebingungan… ia seakan tidak tahu harus berkata apa. Dan akhirnya terpaksa lari dari arena ini dan mengatakan: “Dan pembicaraan tentang penetapan khilafah Abu Bakar dan lainnya telah dibeber di tempat lain!!”

Mengapa sekarang ia lari? Tentu Anda arif akan penyebabnya. Dan tetapi kendati demikian ia tidak mau kelihatan kebingungan dan menyerah… maka ia terburu-buru membuat kesimpulan yang dia ambil dari kehampaan. Ia berkata menyimpulkan:

فَتبين أنَّ كثيرًا مِنَ السَلَفِ و الخلَفِ قالوا فيها بالنَّصِّ الجَلِيِّ أو الخَفِيِّ، فَقَدْ بَطَلَ قَدْحُ الرافِضِيِّ.

“Maka jelaslah bahwa banyak dari kalangan Salaf dan Khalaf berpendapat adanya nash, baik jaliy/terang maupun khafiy/samar. Maka dengan demikian batillah pencacatan si Rafidhi (Al Hilli) itu” [16]

Tapi coba Anda perhatikan, di manakah dapat dibuktikan: Maka jelaslah… itu? Siapakah yang ia maksud dengan: banyak dari kalangan Salaf dan Khalaf itu? Semuanya itu hanya isapan jempol belaka… tidak satupun dari klaim-klaim itu yang mampu ia buktikan. Kerena kendati Ibnu Taimiyah ‘ngotot’ mengatakan bahwa Nabi saw. telah menunjuk Abu Bakar sebagai Khalifah dengan nash terang, seperti dalam banyak keterangan di bawah ini…. Namun pada akhirnya ia juga membongkar kembali keyakinannya itu –seperti akan saya buktikan nanti-… Mungkin karena ia sendiri dalam lubuk hati dan kedalaman pikirannya mengerti bahwa memang tidak ada nash terang… dan kenyataan itu telah ia katakan dengan tegas dalam kesempatan lain[17]! Akan tetapi demi agar tidak terlihat tampil lemah di hadapan serangan Allamah al Hilli maka ia harus ngotot… sebab yang terpenting adalah jangan sampai kelihatan kalah!!

Beberapa Contoh Lain Sikap Ngotot Ibnu Taimiyah

Karenanya, selain apa yang sudah saya sebutkan, ia juga menegaskan, dalam rangka membandingkan antara pendapat adanya nash atas Ali as. dan adanya nash atas Abu Bakar. Ia berkata:

بِخِلاَفِ النصِّ على أبي بكرٍ، فإنَّ القائلين بِهِ طائفَةٌ مِن أهلِ العلمِ.

“Berbeda dengan nash atas Abu Bakar, sesunggunhya yang meyakininya adalah sekelompok ahli ilmu/ulama.”[18]

Kemudian ia menjanjikan akan menyebutkan sekelompok ahli ilmu yang ia katakan. Namun hingga lembar terakhir kitabnya, ia belum sanggup menepati janjinya! Ia hanya mampu menyebut-nyebut beberapa nama orang yang dianggapnya mendukung klaimnya… Namun sayang apa yang ia lakukan tidak lebih baik dari pemungut kayu baker di malam hari yang gelap gulita!

Di antaranya adalah apa yang ia nukil dari Mu’awiyah ibn Qurrah sebagai mengatakan, “Sesungguhnya Rasulullah saw. telah menunjuk Abu Bakar sebagai Khalifah.” Atau riwayat palsu dari pertanyaan Khalifah Umar ibn Abdil Aziz kepada al Hasan… yang semuanya adalah cacat baik dari sanadnya atau dari sisi kandungannya… di mana ia bukan nash terang penunjukan atas Abu Bakar!

Dalam kesempatan lain ia juga menegaskan:

الْمقصود هنا أنَّ كثيرًا من أهلِ السُّنَّةِ يقولُوْن إنَّ خلافتَهُ ثَبَتَتْ بالنصِّ، و هم يُسْنِدون ذلك إلى الأحاديث معروفَةٍ صحيحةٍ.

“Yang kami maksud (dengan ulasan ini) adalah bahwa banyak dari Ahlusunnah berpendapat bahwa Kekhalifahan Abu Bakar telah tetap berdasarkan nash. Dan mereka menyandarkannya kepada hadis-hadis yang telah dikenal dan shahih.” [19]


Hadis-Hadis Penunjukan Atas Abu Bakar!

Seperti telah saya buktikan dalam beberapa artikel yang telah lalu bahwa hadis-hadis penunjukan itu adalah tidak shahih… dan hanya kepalsuan yang diproduksi kaum al Bakriyah… Di sini saya akan memperkenalkan kepada Anda satu saja di antara hadis yang dibanggakan Ibnu Taimiyah dan bagaimana kemudian Ibnu Taimiyah –sebagai juru bicara kaum Nawâshib- menyimpulkan kesimpulan spektakuler yang tidak pernah akan diakui oleh Mazhab Resmi Ahlusunnah wal Jamâ’ah.

Ibnu Taimiyah berkata setelah menyebutkan beberapa hadis dalam masalah ini,

“Dan dalam Sunan Abu Daud dan selainnya dari hadis Asy’ats dari Hasan dari Abu Bakrah, bahwa Nabi saw. pada suatu hari bersabda, ‘Siapakah yang tadi malam bermimpi?’ Lalu ada seorang berkata, ‘Aku wahai Rasulullah bermimpi seakan ada timbangan diturunkan dari langit. Lalu engkau ditimbang dengan Abu Bakar dan engkau unggul. Kemudian Abu Bakar ditimbang dengan Umar maka Abu Bakar unggul. Kemudian Umar ditimbang dengan Utsman maka Umar unggul. Lalu setelahnya timabangan itu diangkat kembali.’ Maka aku saksikan ketidak suakaan di wajah Nabi saw.’” [20]

Hadis itu juga diriwayatkan dari jalur lain dari Hammâd ibn Salamah dari Ali ibn Zaid ibn Jadz’ân dari Abdurrahman ibn Abi Bakrah dari ayahnya, tanpa menyebutkan kata-kata: Maka aku saksikan ketidaksukaan di wajah Nabi saw. (tapi dengan lanjutan): “Maka Nabi dibuat susah olehnya lalu beliau bersabda, “Khilafah kenabian kemudian setelahnya Allah memberikan kerajaan/al mulk kepada orang yang Dia kehendaki.”

Dan setelahnya Ibnu Taimyah menyimpulkan:

فَبَيَّنَ (ص) أنَّ ولايَةِ هؤلاء خِلافَةُ نُبُوَّةٍ، ثُمَّ بعدَ ذلك مُلْكٌ. و ليس فيه ذِكْرُ علِيٍّ لأنَّه لا يَجْتَمِعُ الناسُ فِي زَمانِهِ، بلْ كانوا مُخْتَلِفِيْنَ لَمْ ينتَظِم فيه خِلافَةُ النُّبُوَّةِ ولا المُلْكُ.

“Maka Nabi saw. menerangkan bahwa kekuasaan mereka bertiga (Abu Bakar, Umar dan Utsman) adalah kekhalifahan kenabian kemudian setelahnya adalah kerajaan. Dan dalam hadis itu tidak menyebutkan Ali, sebab di masanya, kekuasaannya tidak disepakati oleh umat manusia. Mereka berselisih dan tidaklah teratur/stsbil baik kekhalifahan kenabian tidak juga kerajaan!” [21]


Ibnu Jakfari berkata:

Inilah nash yang dibanggakan dan membuat dingin hati Ibnu Taimiyah dan kaum Nawâshib… Nash yang tegas-tagas mengeluarkan Imam Ali as. dari kekhalifahan kenabian. Bahkan dari kerajaan pun juga mereka keberatan dengan alasan karena kekuasaan Ali as. tidak disepakati oleh sekelompok dari para ambisiaus yang bekerja siang malam untuk mengguncang kestabilan kekhalifahan beliau as. dengan menyesatkan umat melalui tipu muslihat dan fitnah murahan terkait dengan terbunuhnya Utsman dll!

Tetapi itulah yang paling menggirangkan hati Ibnu Taimiyah, karenanya tanpa jedah ia langsung mengomentari dengan komentar di atas: khilafah kenabian jelas bukan status kekhalifahan Ali! Kerajaan yang dijanjikan juga bukan! Jadi Ali bukan apa-apa!

Riwayat-riwayat palsu satu persatu diutarakan Ibnu Taimiyah -juru bicara kaum al Bakriyah an Nawâshib- yang katanya menegaskan penunjukan atas Abu Bakar… Akan tetapi anehnya penunjukan itu samar, bahkan atas Abu Bakar sendiri. Juga atas Umar, Aisyah, Hafshah dan seluruh sahabat Muhajrin dan Anshar! Adakah seorang berakal mempercayai omongan Ibnu Taimiyah? Jika demikian, nash itu samar atas Abu Bakar, Umar dan para sahabat, lalu bagaimana Ibnu Taimiyah Cs. mampu mengetahuinya?


Ahlusunnah Sepakat Tidak Ada Nash Penunjukan Atas Abu Bakar!

Untuk sekedar mengingatkan kepalsuan adanya penunjukan itu dan hanya kaum al Bakriyah-lah yang meyakininya, saya akan kutipkan kembali ketarangan para ulama Ahlusunnah dalam masalah ini.

Dalam kitab al Mawâqif dan Syarahnya ditegaskan:

الإمام الْحقُّ بعد النبي (ص) أبو بكر، ثبتَتْ إمامتُهُ بالإجماعِ وَ إنْ تَوقَّفَ بعضُهم … و لَم ينُصَّ رسول اللهِ (ص) علَى أحَدٍ خِلافًا لِلْبَكْرِيَّةِ، فَإنهم زَعَمُوا النصَّ على أبِي بكر…. إِمَّا نَصًّا جَلِيًّا و إما نَصًّا خَفِيًّا، و الْحقُّ عِنْدَ الْجُمهور نَفْيُهُما

“Imam (Khalifah) yang benar/haq sepeninggal Nabi saw. adalah Abu Bakar. Keimamahannya telah tetap dengan dasar ijmâ’, walaupun ada sebagian orang sahabat menahan diri tentangnya (tidak mengakuinya)[22]… Rasulullah saw. tidak menunjuk seorang pun, berbeda dengan kaum al Bakriyah, mereka mengaku adanya nash (penunjukan) atas Abu Bakar…. Baik nash terang maupun nash samar. Dan yang benar adalah pendapat Jumhur yaitu tidak adanya nash dari dua bentuk tersebut!“[23]

Jadi jelaslah, siapa kelompok/thawâif yang dimaksud oleh Ibnu Taimiyah dan sekaligus Anda kenal siapa sebenarnya Ibnu Taimiyah itu!

Tetapi konyolnya, beberapa baris setelahnya Ibnu Taimiyah membongkar kembali bangunan rapuhnya dengan mengatakan sebanarnya Nabi saw. hanya mengarahkan dan membimbing umat untuk mengangkat Abu Bakar melalui tindakan dan pernyataan beliau.


Ibnu Taymiah berkata:

“Tahqiq/penelitian seksama menyimpulkan bahwa Nabi saw. telah menunjukkan dan membimbing kaum Muslimin akan penggangkatan Abu Bakar dengan beberapa perkara dari sabda dan tindakan beliau. Nabi memberitakan akan kepemimpinan/kekhalifahannya dengan pemberiaan seorang yang rela terhadapnya, memujinya dan bertekad untuk menuliskan pesan tentangnya, kemudian beliau mengetahui bahwa kaum Muslimin pasti akan bersepakat atasnya maka beliau membatalkan niatannya itu karena mengganggap cukup.

Kemudian beliau bertekad lagi untuk menuliskan pesan itu di saat beliau sakit pada hari kamis, lalu ketika terjadi keraguan dari sebagian hadirin apakah ucapan itu akibat sakit parah atau sabda yang harus dita’ati, beliau meninggalkan menulis pesan itu karena menganggap cukup bahwa Allah dan kaum Mukminin pasti akan memilih Abu Bakar ra. sebagai Khalifah.

Andai penetapan Abu Bakar itu samar atas umat pastilah Nabi saw. menjelaskannya dengan penjelasan yang memutus uzur. Akan tetapi ketika Nabi menunjukkan kepada mereka dengan bermacam petunjuk bahwa Abu Bakar-lah yang ditentukan dan mereka pun memahami maka tujuannya sudah tercapai……..


Dan tidak ada seorang-pun yang mengingkarinya. Dan tidak ada seorang sahabat pun yang mengatakan bahwa selain Abu Bakar dari kalangan Muhajirin lebih berhak atas kekhalifahan darinya. Dan tidak seorang pun menentang kekhalifahannya[24] kecuali sebagian Anshar kerena rakus agar ada seorang dari mereka menjadi Amir (pimpinan) dan dari Muhajirin seorang Amir…..

kemudian seluruh suku Anshar membaiat Abu Bakar kecuali Sa’ad ibn Ubadah [25] karena dialah yang berambisi menjadi Khalifah….

Tidak seorang pun dari sahabat bahwa Nabi telah menunjukan dengan nash atas selain Abu Bakar, tidak Ali tidak pula Abbas atau selainnya… “[26]

(Minhaj As Sunnah, Cetakan Saudi, Edisi 9 Jilid, Tahqiq Dr. Muhammad Rasyad Salim. Jilid 1, hal 156-156) – lihat scan kitab dibawah:

Minhaj Assunnah Juz 1

Ibnu Taymiah l No.516-1

Ibnu Taymiah l No.517-2

Ibnu Taymiah l No.518-3

Ibnu Taymiah l No.519-4

Ibnu Jakfari berkata:

Coba Anda perhatikan dengan seksama bagaimana kekacauan pendapatnya yang ia utarakan dengan penuh ketidak pastian… ia sedang menegaskan kayakinan adanya nash penunjukan semantara ia berpanjang-panjang membeberkan isyarat atau bimbingan! Ini yang pertama.

Kedua, jika benar –seperti yang ia katakan bahwa Nabi saw. telah menunjukkan dan membimbing para sahabat kepada kekhalifahan Abu Bakar, bagaimana semua itu samar dan tidak dipahami oleh mereka? Jika beliau telah memberitakan akan kekhalifahan Abu Bakar dengan pemberitaan seorang yang relah dan memuji lalu mengapakah mereka enggan menerimanya? Mengapakah mereka bersengketa dengannya dalam masalah ini? Mengapa Sa’ad ibn Ubadah menentangnya? Mengapa az Zahra’ as. hingga wafat beliau tidak sudi mengakui kekhalifahan Abu Bakar? Mengapa Imam Ali as., keluarga besar Bani Hasyim dan sekelompok kaum Muhajirin menentangnya, dan tidak sudi membaiatnya hingga enam bulan?

Ketiga, Jika benar kata Ibnu Taimiyah bahwa Nabi saw. hendak menuliskan pasan kepemimpinan untuk Abu Bakar, lalu apa yang mencegah beliau untuk menuliskannya? Mengapa beliau saw. membatalkannya padahal masalah Khilafah adalah sangat urgen semantara beliau pasti mengetahui bahwa akan terjadi persengketaan atasnya bahkan saling menghunuskan pedang demi merebutnya?!

Keempat, Jika seperti kata Ibnu Taimiyah, bahwa dibatalkannya tekad untuk menulis pasan itu dikarenakan umat akan bersepakat… maka kita mengetahui bahwa kesepakatan itu hanya angan-angan belaka! Ia tidak lebih dari khayalan dan harapan yang tak terpenuhi. Sebab benar-benar telah terjadi persengketaan tajam di antara umat!

Kelima, Jika benar seperti kata Ibnu Taimyah bahwa Nabi saw. membatalakan tekad itu disebabkan umat pasti akan beresepakat menerima dan mengakui Abu Bakar sebagai Khalifah, lalu mengapakah beliau bertekad menuliskannya kembali di hari kamis di sa’at sakit menjelang wafat?

Keenam, Dari mana Ibnu Taimiyah tahu bahwa pasan yang hendak ditulis Nabi saw. yang kemudian sekali lagi dibatalkan karena adanya keraguan dari sebagain pembesuk itu adalah menunjukan Abu Bakar sebagai Khalifah? Jika demikian mengapa mereka berselisih dan meragukannya? Jika demikian, mengapa Umar –arsitek pengangkatan Abu Bakar di Saqifah- dan kawan-kawan sekonyong-konyong menentangnya dan menghalang-halangi penulisan wasiat itu dengan menuduh Nabi saw. melantur/yahjur? Baik penentangan panulisan wasiat itu dikarenakan anggapan sakit parah telah menguasai pikiran dan kesadaran Nabi saw. atau karena alasan lainnya!!

Ketujuh, bukti-bukti sejarah otentik yang tegas-tegas menunjukkan penentangan sebagian sahabat Nabi saw. dari kalangan Muhajirin dan Anshar, seperti Sa’ad ibn Ubadah, Siti Fatimah as., Imam Ali as. dan Bani Hasyim dan lainnya adalah bukti nyata bahwa keterangan Nabi sawa. dalam menetapkan Abu Bakar sebagai khalifah itu masih samar atas mereka, karenanya sudah semestinya Nabi saw. menjelaskannya dengan sejelas-jelasnya. Jadi apa yang dikatakan Ibnu Taimiyah bahwa penentuan Abu Bakar itu tidak samar lagi bagi para sahabat… karena: Andai penetapan Abu Bakar itu samar atas umat pastilah Nabi saw. menjelaskannya dengan penjelasan yang memutus uzur adalah omong kosong! Semua itu membuktikan bahwa Nabi saw. belum menerangkan!!

Kedelapan, Kendati ia menyederhakan penentangan sebagian kaum Anshar atas khilafah Abu Bakar yang diwakili oleh Sa’ad ibn Ubadah –pimpinan mereka-, akan tetapi Ibnu Taimiyah tidak berani menyebut-nyebut keengganan dan penentangan Bani Hasyim dan para pendunkung mereka… sama sekali Ibnu Taimiyah tidak berani menyebutkannya di sini!

Kesembilan, keterangan Ibnu Taimiyah dalam masalah ini sangat kacau. Di satu sisi ia menegaskan bahwa penetapan/ta’yîn Nabi saw. atas Abu Bakar itu tidak samar bagi para sahabat, sehingga tidak perlu lagi dipertagas dengan pesan tertulis! Semantara pada waktu yang sama ia mengakui bahwa Sa’ad ibn Ubadah menentangnya dan ia berambisi menjabat sebagai khalifah… dan sebagain sahabat Anshar meminta agar selain Abu Bakar yang dipilih sebagai khailfah!

Di hadapan kenyataan ini –yang tidak mungkin ia pungkiri– ia harus menghujat habis kaum Anshar dan menuduh mereka sebagai berperangai jahiliyah dan fatanik kesukuan terkecam! [27]


Penutup

Untuk sementara kami cukupkan tanggapan kami atas ustadz as Sewed, semoga dalam kesempatan lain kami kembali membuktikan penyimpangan dan kesalahan kaum Nawâshib; musuh-musuh Ahlulbait as. dan Syi’ah setia mereka. Amâin.

Dari ketarangan panjang di atas dapat disimpulkan bahwa:
Hanya kaum al Bakriyah-lah yang meyakini adanya nash penunjukan atas Abu Bakar. Dan Ibnu Taimiyah adalah bagian dari mereka, bahkan ia adalah juru bicara yang aktif menyuarakan suara sumbang kaum al Bakriyah an Nawâshib yang tak henti-hentinya menjatuhkan Imam Ali as, dengan beragam cara dan upaya!
Ahlusunnah telah sepakat tidak ada penunjukan atas Abu Bakar!!
Pada akhirnya, Ibnu Hhazm,Taimiyah dkk terpaksa mengakui bahwa memang tidak ada nash terang… karenanya mereka dengan terpaksa berusaha membutikan keabsahan Khilafah Abu Bakar berdasarkan ijma’/kesepakatan para sahabat yang bersuara bulat menunjuk dan mengakui Abu Bakar sebagai Khalifah! Adapun nash… sudah tidak lagi dapat diandalkan!

Dan sebagaimana akan dibuktikan nanti, ijma’ yang diklaim ini juga tidak terbukti! Ia hanya sekedar upaya penyelamatan diri oleh seorang yang sedang tenggelam!

Dan akhirnya, jelaslah bagi kita bahwa klaim keyakinan adanya nash atas Abu Bakar adalah sebuah kepalsuan. 
 
Wal hamdulillah wa Shallallahu ‘Ala Muhammadin wa Âli Muhammad.Wa Shallallahu ‘Alâ Sayyidina Muhammad Wa Âlihi ath Thâhirîn.
*****


Referensi:

[1] Hadis telah diriwayatkan oleh:

1) Imam Muslim dalam Shahihnya

2) An Nasa’i dalam Sunannya dengan dua jalur dan dalam Khashâishnya dengan tiga jalur: hadis 95,96 dan 97, yang semuanya sahih berdasarkan komentar Abu Ishaq al Hawaini (korektor kitab Khashâish), terbitan Saudi Arabia.

3) At Turmudzi dalam Sunannya, Manâqibu Ali, bab 95 (Tuhfatu al Ahwadzi,10/239-230) dan ia berkata: “Hadis ini hasan sahih.”

4) Ibnu Mâjah dalam Shahihnya, bab Fadhlu Ali ibn Abi Thalib ra.,1/42, hadis114. Ia hadis pertama dalam bab itu.

5) Ibnu Abi ‘Âshim dalam kitab Sunnahnya,2/598.

6) Abu Nu’aim dalam Hilyatu al Awliyâ’, 4/185 dari tiga jalur dari Adiy ibn Tsâbit dari Zirr, kemudian ia berkata, “Hadis ini muttafaqun ‘alaih (disepakati kesahihannya)”. Setelahnya ia menyebutkan banyak ulama yang meriwayatkan dari Adiy.

7) Al Muttaqi al Hindi dalam Kanz al ‘Umâlnya, 6/394 dan ia berkata, “Hadis ini telah dikeluarkan oleh Al Humaidi, Ibnu Abi Syaibah, Ahmad ibn Hanbal, Al Adani, At Turmudzi, An Nasa’i, Ibnu Mâjah, Ibnu Hibbân, Abu Nu’aim dan Ibnu Abi ‘Âshim.

[2] Ad Durr al Mantsûr,6/54.

[3] Baca Shahih Bukhari,9/100, pada Kitabu al Ahkâm, Bab al Istikhlâf dan Shahih Muslim, 3/1454 bab al Istikhlâf wa tarkihi, Hilyah al Auliyâ’,1\44, as Sunan al Kubrâ, 8\149 dll.

[4] Murûj adz Dzahab; as Mas’udi,:2\253. Dâr al Fikr.

[5] Tarikh ath Thabari:4\53dan al Iqd al Farîd,2\254.

[6] Al Mawâqif Fi Ilmi al Kalâm; Qadhi ‘Adhududdîn Abdurahman ibn Ahmad al Îji:400. cet. ‘Alamul Kotob, Bairut.

[7] Seperti Sa’ad ibn Ubadah –seorang tokoh sentral kaun Anshar dan putra-putranya yang hingga wafat secara mesterius ia tetap menolak mengakui kekhalifahan Abu Bakar. Demikian juga dengan Siti Fatimah –putri kesayangan Nabi saw. dn istri Imam Ali as. hingga beliau wafat tetap menolak mengakui keabsahan kekhalifahan Abu Bakar! Sebagian kaum Nâwashib tidak segan-segan menyerang dan menghujat serta menuduh Sa’ad sebagai rajulun sû’ (seorang yang busuk) lagi munafik. Sedang tentang Siti Faitmah as. saya tidak mengetahui hingga saat ini bagaimana sikap kaum Salafiyah Nawâshib terhadap beliau as.? Apakah mereka juga menvonisnya mati jahiliah sebab tidak mengakui kekhalifahan Abu Bakar? Atau mereka akan mengada-ngada kepalsuan dengan mengatakan bahwa Fatimah adalah orang wanita pertama yang membaiat dan mengakui serta merestui kekhalifahan Abu Bakar!!

[8] Syarah al Mawâqif,8/354.

[9] Faidhul Qadîr,2/56, ketika menerangkan hadis nomer:1318-1310. terbitan Dâr al Ma’rifah. Bairut-Lebanon.

[10] Minhâj as Sunnah; mIbnu Taimyah,1/487.

[11] Minhâj as Sunnah,1/486. cet. Dâr al Kotob al Ilmiah. Bairut.

[12] Bagaimana mereka tidak dipastikan sesat, sementara pondasi keyakinan mereka ditegakkan di atas pondasi kebencian kepada Imam Ali dan keluarga suci Nabi saw….

[13] Sebagian hadis-hadis palsu buatan mereka telah kami telaah dalam artikel Lima Belas Bukti Palsu Khilafah Abu Bakar: 1-9.

[14] Minhâj as Sunnah,1/134.

[15] Ibid.135.

[16] Ibid.136.

[17] Ibnu Taimiyah berkata: “… Tidak seorang pun dari sahabat mengatakan bahwa kekhalifahan para Khalifah itu tetap berdasarkan nash!.” (Minhâj as Sunnah,6/338)

[18] Ibid. 137.

[19] Ibid.139.

[20] Ibid.138.

[21] Ibid. Dan stitmen-stitmen seperti ini sering dilontarkan Ibnu Taimiyah dalam usahanya menabur benih keraguan atas keabsahan kekhalifahan Imam Ali as. setiap ada kesempatan Ibnu Taimiyah melakukannya! Dan sikap seperti itu yang menjadikan para ulama Ahlusunnah sendiri menggolongkannya sebagai gembong kaum munafik!!

[22] Seperti Sa’ad ibn Ubadah –seorang tokoh sentral kaun Anshar dan putra-putranya yang hingga wafat secara mesterius ia tetap menolak mengakui kekhalifahan Abu Bakar. Demikian juga dengan Siti Fatimah –putri kesayangan Nabi saw. dn istri Imam Ali as. hingga beliau wafat tetap menolak mengakui keabsahan kekhalifahan Abu Bakar! Sebagian kaum Nâwashib tidak segan-segan menyerang dan menghujat serta menuduh Sa’ad sebagai rajulun sû’ (seorang yang busuk) lagi munafik. Sedang tentang Siti Faitmah as. saya tidak mengetahui hingga saat ini bagaimana sikap kaum Salafiyah Nawâshib terhadap beliau as.? Apakah mereka juga menvonisnya mati jahiliah sebab tidak mengakui kekhalifahan Abu Bakar? Atau mereka akan mengada-ngada kepalsuan dengan mengatakan bahwa Fatimah adalah orang wanita pertama yang membaiat dan mengakui serta merestui kekhalifahan Abu Bakar!!

[23] Syarah al Mawâqif,8/354.

[24] Di sini Ibnu Taimiyah sengaja tidak menyebut-nyebut keengganan Imam Ali dan anggota keluarga besar Bani Hasyim serta pengikut mereka dalam mengakui kekhalifan Abu Bakar… Kendati akhirnya ia mengakui bahwa Imam Ali as. dan para pembelanya dan juga Bani Hasyim menentangnya, namun setelah berusaha mengesankan opini lain… Ia menggolongkan berita tentang penentangan Imam Ali as. atas Abu Bakar itu sebagai qîla (ada yang mengatakan), padahal berita penentangan itu telah diriwayatkan Bukhari dalam kitab Shahihnya… yang mana Ibnu Taimiyah tak henti-hentinya membanggakannya, lalu mengapan sekarang mendadak Ibnu Taimiyah mengabaikan menyebutkan riwayat Bukhari itu dan hanya mencukupkan dengan mengatakan Qîla dan setelahnya ia susul dengan riwayat palsu yang mengatakan Ali membaiat Abu Bakar di hari kedua… Jadi tidak ada keterlambatan apalagi penentangan! Ini semua adalah langkah-langkah licik dan picik Ibnu Taimiyah dalam mencuri-curi kelalain pembaca kitabnya! Waspadalah!

[25] Di sini ia memastikan tidak ada seorang pun dari kalangan Anshar –selain Sa’ad ibn Ubadah- yang mennetang kekahlifahan Abu Bakar! Sementara dalam beberapa kesempatan lain ia menegaskan bahwa ada selain Sa’ad juga menentang Abu Bakar dan bertahan tidak membaiatnya! (Baca Minhâj as Sunnah,4/325. dengan tahqiq Doktor. Muhammad Rasyâd Salim).

[26] Ibid. 139.

[27] Ibid. 139.

(Jakfari/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: