Atas pernyataan Taufik Ismail yang menyebut lagu Bagimu Negeri adalah musyrik dan sesat ditanggapi Pengasuh Pondok Pesantren Lirboyo Kiai Abdul Muid. Ia mengatakan tudingan sesat terhadap lirik lagu Bagimu Negeri berlebihan.
“Saya kira tuduhan sesat itu terlalu berlebihan,” kata Abdul Muid.
Lirik yang berbunyi “bagimu negeri, jiwa raga kami” menurut dia adalah ungkapan kecintaan terhadap Tanah Air. Sebagai pengagum Taufik Ismail yang kerap menghasilkan karya-karya cadas, Gus Muid–panggilan Kyai Abdul Muid–mengaku kecewa atas pernyataan tersebut.
Pengetahuan Taufik Ismail yang tinggi tentang karya seni tidak seharusnya memaknai sebuah lirik lagu secara harfiah. Dia mencontohkan, beberapa kata bisa menjadi musyrik jika dimaknai secara harfiah.
Misalnya kalimat “aku kenyang karena makan”. Jika dimaknai secara harfiah maka yang membuat kenyang seseorang adalah makan. Padahal, ada Dzat yang Maha Kuasa yang menciptakan rasa kenyang, yakni Allah SWT.
Lebih jauh Gus Muid mengajak masyarakat melihat konteks penciptaan lagu Bagimu Negeri. Lagu yang diciptakan oleh Kusbini pada tahun 1942 itu menjadi lagu wajib perjuangan dan ditetapkan sebagai lagu nasional pada 1960.
Artinya, proses penciptaan lirik lagu itu memang dimaksudkan membangkitkan kecintaan warga negara terhadap bangsa Indonesia untuk lepas dari penjajahan. Bahkan nyawa pun akan dipertaruhkan demi bangsa sesuai ajaran Islam, Hubbul Wathon Minal Iman.
“Dan cinta pada Tanah Air adalah sebagian dari iman dan diperintahkan agama,” tegas Gus Muid.
Sebelumnya, dalam sambutannya di deklarasi Alumni Universitas Indonesia Bangkit untuk Keadilan di Perpustakaan UI, 27/1, Taufik Ismail mengatakan lirik terakhir yang terdengar patriotik itu, yaitu bagimu negeri jiwa-raga kami, justru membuat musyrik.
“Lho, apa bangganya negeri menerima jiwa-raga kami? Jiwa-raga manusia ini diberi karunianya oleh Allah Yang Maha Pencipta, dan jiwa ini kembali kepada raga yang memberinya dulu. Tidak pada yang lain,” ujar Taufik disambut tepuk tangan massa yang mendengarnya.
Ia berpendapat lirik “bagimu negeri jiwa-raga kami” kedengarannya patriotik, tapi sesat. “Salah sekali,” ujarnya lagi.
Taufik tidak mempermasalahkan lirik awal lagu Padamu Negeri, “padamu negeri kami berjanji” sampai “padamu negeri kami mengabdi”. Namun, begitu sampai lirik terakhir, menurut dia, lagu Kusbini itu ada yang menambahkan lirik akhirnya, menjadi “Bagimu negeri jiwa-raga kami”.
Ia menganggap lirik terakhir lagu itu bertentangan dengan kaidah Islam. Dan tidak perlu diperdengarkan lagi. “Istilah Islamnya ini musyrik. Bukan pemilik nyawa dan siapa-siapa. Hanya Allah.”[]
(Tempo/Islam-Indonesia/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email