Tsamara Amany, seorang mahasiswi Universitas Paramadina curhat.
Ia mengaku menyesal pernah menganggumi Anies Baswedan.
Seperti diketahui publik, Anies Baswedan pernah menjabat sebagai Rektor di Universitas Paramadina, dan mahasiswi nya ini termasuk seorang penganggum berat Anies.
Lalu kenapa sekarang ia mengaku menyesal pernah kagum dengan Anies?
Pengakuan dan curhat mengejutkan itu ditulis melalui blog di http://www.jakartaasoy.com
Curhat ini membalas tulisan seseorang yang diposting melalui https://husnil.id/2017/01/814/
Berikut isi curhat Tsamara Amany :
Saudara memberikan pembenaran atas apa yang disampaikan Anies pada kuliah umum tersebut. Menurut saya, memang itu lebih banyak gagasan. Apa yang saudara jelaskan itu sudah saya dengar semua.
Saudara Husnil, pernahkah saudara melihat kuliah umum Presiden Jokowi semasa jadi gubernur DKI? Maka saudara akan tahu betapa teknisnya kuliah umum beliau. Menarik sekali. Saudara anggap kuliah umum Anies lebih menarik? Boleh. Tapi saya suka kuliah umum model Pak Jokowi karena menceritakan apa yang selama ini beliau kerjakan sembari memberi pesan sesuai dengan tema, bukan hanya bercerita gagasan.
Soal hari Film Nasional. Saya mengatakan di artikel saya: “Mungkin rasa kecewa ini timbul karena saya sudah magang di Balaikota dan terbiasa melihat Ahok yang tidak pernah melakukan hal-hal seremonial.”
Sebelum Anies pidato, Ahok berpidato. Di pidatonya, ia menceritakan tentang bagaimana ia membasmi calo tanah agar ke depannya rumah-rumah produksi tidak kesulitan dalam mendirikan bangunannya. Itu salah satu contoh kinerja.
Ketika Anies berpidato, saya tak bilang itu tak bagus. Tapi saya tak melihat ia menceritakan apa yang ia lakukan sebagai Mendikbud agar film Indonesia bisa maju. Menteri kan bukan penyemangat, menteri itu eksekutor.
Saudara anggap pidato Anies lebih relevan? Boleh. Tapi saudara tak bisa memaksakan saya untuk berpikir seperti saudara, bukan? Sama seperti saya tidak akan memaksakan pikiran saya kepada saudara.
Saudara Husnil, saya memang pengagum Ahok. Itu saya tuliskan pula pada artikel saya di jakartaasoy. Tapi ketika saya megagumi Ahok, saya juga mengagumi banyak tokoh lain seperti Presiden Jokowi, Menteri Susi, Menteri Sri Mulyani, Walikota Tri Rismaharini, dan banyak lagi. Dulu salah satunya adalah cagubmu, Anies Baswedan.
Ini foto saya dengan beliau di Balaikota ketika sudah magang dengan Ahok.
Mungkin Anies tidak pernah menyatakan bahwa Prabowo tak mampu memimpin. Anies hanya menyatakan bahwa Prabowo tidak memiliki pengalaman memimpin negara (https://www.merdeka.com/politik/anies-baswedan-prabowo-tidak-punya-pengalaman-memimpin-negara.html).
Anies juga mengkritisi Prabowo yang tak paham DAU & DAK. Padahal menurut Anies itu adalah hal standar dan semua orang yang berhubungan dengan pemerintah harus tau (http://nasional.kompas.com/read/2014/06/16/0940179/Anies.Baswedan.Prabowo.Nggak.Nyambung.)
Lalu Anies juga mengajak rakyat Indonesia memilih Presiden yang mengerti masalah. Ini atas tanggapan terhadap Prabowo yang mengatakan ada kebocoran 1.000 T dalam APBN (https://www.merdeka.com/politik/anies-baswedan-heran-prabowo-telan-begitu-saja-bocor-rp-7200-t.html)
Mungkin Anies tak secara langsung mengatakan Prabowo tidak mampu. Tapi Anies tetap saja mengatakan bahwa Prabowo tidak memiliki pengalaman memimpin negara dan tidak paham masalah. Saya meminta maaf kalau Anies tak pernah menyatakan begitu. Walaupun dari statement-statement tersebut, intinya tetap Anies sendiri tak yakin Prabowo mampu memimpin Indonesia. Ini juga masih sebagian statement. Satu artikel tak mungkin cukup membahas pendapat Anies tentang Prabowo pada tahun 2014.
Saudara Husnil membahas soal calon independen. Saudara tau kenapa gerakan ini muncul? Karena tidak ada partai politik yang ingin mencalonkan Ahok. Tak lama sebelum itu ribut-ribut soal APBD 2015 sedang panas-panasnya. Gerakan pengumpulan KTP ini yang membuat partai politik mau mendukung Ahok. Saya tak menyesal. Sejak awal, keinginannya bukan calon independen, tapi maju lagi sebagai calon gubernur.
Dan saya belum meragukan idealisme Ahok. Saya ingat ketika dia rela keluar dari Gerindra karena bertentangan dengan idealismenya, bertentangan dengan kehendak rakyat. Gerindra saat itu ingin Pilkada kembali ke DPRD.
Saat ini pun meski diusung partai politik, Ahok sangat transparan terkait dana kampanyenya. Setiap orang bisa menyumbang dari Rp 10.000 hingga Rp 75.000.000.
Sekarang yang terakhir, soal kedatangan ke Petamburan. Mohon maaf, saudara Husnil, saya ingin tertawa ketika saudara menyamakan kedatangan Presiden Jokowi dan Kapolri Tito Karnavian dengan kedatangan Anies Baswedan.
Kapasitas Jokowi adalah Presiden dan Tito adalah Kapolri. Ada tuntutan kepada keduanya: menangkap Ahok. Aksi-aksi digelar. Banyak masyarakat resah. Tugas Jokowi sebagai Presiden dan Tito sebagai Kapolri adalah mendinginkan suasana.
Pertemuan Tito dan petinggi GNPF-MUI adalah untuk menjamin bahwa aksi akan berlangsung damai, tidak akan ada kerusuhan. Itu tugas Tito sebagai Kapolri.
Sementara kehadiran Presiden Jokowi pada 212 adalah untuk mendinginkan suasana. Sebab banyak yang menganggap Presiden tidak menghargai massa yang hadir pada 411 karena tidak menemui mereka. Kedatangan Presiden adalah untuk mengapresiasi damainya aksi dan meminta mereka pulang dengan tertib.
Sekarang saya tanya, dalam kapasitas apa Anies datang ke Petamburan? Calon gubernur. Di sana Anies bukan mengajak persatuan. Di sana Anies berkampanye. Ia sedang membantah dirinya bukan liberal, Syiah, Wahabi.
Dia bahkan sedang memuja dirinya sendiri dengan mengatakan Paramadina adalah api dan ia selama menjadi rektor pemadamnnya. Saudara Husnil, mohon tunjukkan kepada saya, di mana letak persatuan yang Anies bawa?
Yang ia lakukan adalah berkampanye untuk meraup suara kelompok ekstrim kanan tersebut. Lebih sedih lagi ia melakukan itu dengan merendahkan Paramadina, kampus yang pernah membesarkan namanya! Ia sebut Paramadina api!
Paramadina adalah hasil pemikiran Cak Nur. Dan jika Paramadina itu api, percayalah Anies tak akan mampu memadamkannya. Dan katakanlah pada Anies, saudara Husnil, bahwa Paramadina lebih besar dari dirinya!
Saudara Husnil, dalam akhir tulisan saya ini, izinkanlah saya untuk tetap berpandangan sama bahwa saya menyesal pernah mengagumi Anies.
Sampaikanlah kepada cagubmu Anies Baswedan, ia bebas melakukan apapun saat ini. Toh pandangan negarawan dan intelektual pada dirinya telah sirna.
Hanya saja, ingatkanlah kepada Pak Anies, bahwa kekuasaan itu diberikan oleh Allah SWT. Jangan demi mengejar kekuasaan sampai tega menyebut kampus yang membesarkan namanya sebagai api dan kontroversi.
Mohon maaf jika ada salah kata. Salam.
Berbagai komentar netizen dilontarkan usai membaca tulisan ini.
Herry Susanto - Gila tulisannya runtut dan logis, dan tanpa harus nyebut satu ayatpun.
Dyah - Sdr. Husnil menyanggah dengan kemarahan, ttp sdri. Tsamara menulis dng kepala dingin. Spt seorang ibu yg dengan gamblang menjelaskan kepada anaknya kenapa dia tidak suka Anies. Seharusnya sdr. Husnil menulis pendapatnya kenapa suka Anies. Tanpa harus menunjukkan bahwa sdri. Tsamara salah krn tdk suka Anies. Tulisan ini enak dibaca, dan perlu.
Mery Kurniawan - Sangat runut Tsamara....saya juga salah satu barisan yang pernah kagum dg Anies dari era di Jogja.....semua sirna saat ikut konvensi Demokrat dengan alasan apapun termasuk jargon Turun Tangan....dari moment itu saya langsung merubah mindset kalo sekarang doi menjelma menjadi Politikus yang berprinsip satu pikiran kepentingan yang abadi...
Oya apakah Husnil kenal secara pribadi dengan Anies? Kalo nggak tidak lebih dari seorang fans...sangat sayang membuat tulisan sanggahan yang bagus begini...
Semoga anak perempuan saya kelak mempunyai semangat, smart seperti anda....
Salam
pedeaku - mudah kagum....lalu menyesal.....lagu kagum kepada yang lain.....entar malah makin menyesal..
Hadi wiratmo - Tulisan sangat keren dan sportif seorang Tsamara kepada mantan rektornya
fuad - Dari tulisan anda, anda termasuk orang yang gampang jatuh cinta
Dimulai dari anies, karena kharisma dan kata katanya
Lalu ahok yang jadi bos anda saat magang di balai kota
Saran saya sebelum terjun politik, jangan mudah jatuh cinta pada sosok, tapi jatuh cintalah pada ideologi, karena sosok bisa berubah kapanpun, bahkan suami pun, hehehe
Dan karena semua cowo sama saja.
(Jakarta-Asoy/Info-Teratas/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email