Pesan Rahbar

Home » » Heboh Investasi Arab Saudi

Heboh Investasi Arab Saudi

Written By Unknown on Thursday, 2 March 2017 | 16:35:00

Raja Salman bin Abdulaziz

Lawatan Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz al-Saud ke Indonesia disambut gegap-gempita. Sang raja disebut-sebut bakal menanam investasi senilai US$ 25 miliar atau sekitar Rp 334 triliun. Dana itu akan dikucurkan ke berbagai bidang, termasuk sektor minyak dan gas.

Sambutan yang luar biasa itu wajar. Setelah 47 tahun, baru kali ini Raja Arab Saudi berkunjung ke negara kita. Lawatan ini bisa membuka babak baru kerja sama kedua negara dan mempererat hubungan diplomatik. Tapi terlalu optimistis ihwal kucuran investasi dari Arab Saudi bukanlah sikap yang bijak.

Pengalaman menunjukkan realisasi investasi Arab Saudi tidak selalu berjalan lancar. Sejumlah nota kesepahaman proyek investasi, seperti pembangunan kilang Balongan di Indramayu, Jawa Barat; dan kilang Dumai di Riau, terkatung-katung. Perusahaan minyak Arab Saudi, Aramco, tak kunjung mengucurkan dana. Proyek tersebut akhirnya dikelola sepenuhnya oleh Pertamina tanpa investor asing.

Angka investasi Arab Saudi selama ini juga kecil. Selama 2011-2016, investasi Arab Saudi hanya US$ 34,3 juta atau 0,02 persen dari total investasi asing di Indonesia. Nilai investasi negara itu di Indonesia hanya berada di urutan ke-57. Sepanjang 2016 realisasi investasi Arab Saudi hanya US$ 900 ribu untuk 44 proyek. Angka itu jauh di bawah realisasi investasi negara Timur Tengah lainnya, seperti Kuwait, yang mencapai US$ 3,6 juta.

Adapun lima investor terbesar adalah Singapura (sebesar US$ 2,9 miliar), Jepang (US$ 1,6 miliar), Hong Kong (US$ 500 juta), Cina (US$ 500 juta), dan Belanda (US$ 300 juta).

Bantuan kemanusiaan pemerintah Arab Saudi selama ini juga tak berjalan mulus. Korban musibah crane di Masjidil Haram pada 2015 hingga kini belum mendapat santunan. Dalam insiden itu, 12 anggota jemaah Indonesia meninggal dan 42 orang cedera. Pemerintah Arab Saudi sempat menjanjikan santunan sebesar 1 juta riyal atau Rp 3,8 miliar bagi semua keluarga korban meninggal serta 500 ribu riyal atau Rp 1,9 miliar untuk korban luka.

Itu sebabnya, rencana investasi besar-besaran Arab Saudi mesti ditanggapi secara kritis. Apalagi negara ini tengah mengalami kesulitan ekonomi. Anjloknya harga minyak dunia sejak 2014 memukul perekonomian Arab Saudi. Negeri minyak itu mengalami defisit US$ 89 miliar tahun lalu. Padahal 80 persen pendapatan mereka berasal dari ekspor minyak. Rencana investasi Arab Saudi ke sejumlah negara Asia, termasuk Indonesia, harus dilihat sebagai upaya negara itu mendapatkan sumber pendapatan baru di luar minyak.

Pemerintah Indonesia harus tetap memanfaatkan peluang itu. Kalau Arab Saudi serius menjalin kerja sama ekonomi dan mengucurkan banyak dana, pemerintah perlu menyiapkan diri. Tapi masyarakat perlu menyadari pula bahwa rencana investasi yang disebutkan dalam lawatan resmi belum tentu semuanya bisa direalisasi.

(Tempo/Mahdi-News/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: