Basuki Tjahaya Purnama alias Ahok bisa jadi fenomena paling ‘viral’ di Indonesia. Dia telah menjadi buah bibir di mana-mana; di kantor, masjid, kedai kopi, pangkalan ojek, pasar dan tempat lainnya. Dia dipuji, dicaci, disumpah-serapahi, dibully. Yang paling kentara adalah mereka yang membenci Ahok membabi buta.
Persoalannya sepele. Hanya karena dia berbeda agama dan keturunan minoritas. Padahal dia warga negara Indonesia. Upaya-upaya mempolitisir agama pun dilancarkan. Ayat demi ayat diperjual-belikan, dipermainkan dan dicatut sedemikian rupa hanya untuk menjerat Ahok yang non-Muslim dan Cina.
Apesnya Ahok punya karakter tegas, cenderung keras, itu pun kepada orang-orang tertentu saja. Siapa lagi kalau bukan mereka orang-orang yang jahat dan korup. Orang-orang yang tampilannya ramah tetapi sesungguhnya jahat dan jauh dari akhlakul karimah. Dia memarah-marahi oknum-oknum yang selama ini membuat Jakarta semakin semrawut.
Atas hal itu, saya mungkin salah satu dari sekian sedikit orang yang justru menyambut Ahok untuk memberantas para ‘penjahat berdasi.’ Saya menyadari komitmen saya ini bukan tanpa risiko. Saya ingat Gus Dur. Beliau adalah orang yang paling konsisten mencintai NKRI dan pluralitasnya. Bukan hanya membela dan mendukung Ahok, siapa pun yang terzalimi, Gus Dur akan pasang badan membelanya. Kebulatan tekad Gus Dur ini tak jarang bersebrangan dengan banyak kiai sepuh.
Jakarta itu luas, kompleks dan jantungnya Indonesia. Jakarta membutuhkan sosok pemberani dan petarung seperti Ahok. Pemerintah Provinsi mana yang transparan setransparan Pemerintah Jakarta di bawah kepemimpinan Ahok. Semua anggaran dapat diakses terbuka berbasis website. Hampir semua rapat penting pemerintah dapat ditonton di kanal Youtube.
Baca:
Subhanallah, GP Ansor Apresiasi Ahok Soal Nama Masjid Raya DKI KH Hasyim Asy’ari
Dekan Fakultas Syariah IAIN Lampung: Non Muslim Berhak Dipilih dan Boleh Menjadi Pemimpin
Rais Syuriah PBNU, KH Ishomuddin: Konteks Al-Maidah 51 Adalah Peperangan Bukan Pemilihan Gubernur
Ahok melakukan reformasi birokrasi besar-besaran. Para pejabat dinaikkan gajinya, diperberat komitmennya dan melakukan pemecatan kepada mereka yang korup. Ribuan titik banjir di seantero Jakarta, surut tersisa hanya puluhan titik. Berbagai pasukan berwarna dibentuk, dikerahkan dan dimuliakan. Pasukan oranye yang paling kelihatan. Ahok juga sudah membangun lebih dari 120 taman terpadu ramah anak. Sungai-sungai yang kotor dan bersampah menjadi bersih. Setiap pagi istikamah mendengarkan setiap keluhan warga dan langsung ditindak. Pesantren, madrasah, masjid dan para petugasnya banyak yang diumrahkan. Hanya Ahok seorang pemimpin yang berani mati asalkan untuk kebenaran. Berani dipenjara asalkan terbukti bersalah. The Wahid Institute bahkan menganugerahkan penghargaan kepada Ahok sebagai pemimpin bersih dan anti-korup. Ini prestasi luar biasa. Hanya hati nurani yang bersih yang bisa melihatnya.
Kalau dahulu Gus Dur yang dicintai oleh masyarakat dan tokoh lintas agama, sekarang Ahok yang dicintai masyarakat dan tokoh masyarakat lintas agama. Gus Dur, sejak lama pasang badan untuk Ahok. Sekarang Gus Nuril, Guntur Romli, Gus Mis dan masih banyak lagi yang sekarang justru mendukung Ahok. Apakah keliru para Muslim-Muslimah mendukung Ahok? Jelas tidak.
Tidak sedikit orang yang menyayangkan kenapa saya mengapresiasi Ahok. Dengan nada emosi, marah dan sinis sebagian dari teman menyarankan agar saya tidak ikut-ikutan membahas Ahok. Saya tetap pada pendirian. Siapa pun selain diri kita adalah saudara. Cinta dan mungkin benci silakan seperlunya. Saya justru menganggap bahwa Ahok adalah ‘hidayah.’ Hidayah kemanusiaan.
Terakhir, saya bukan warga Jakarta. Saya Muslim pesantren. Tetapi saya menganut nilai-nilai keislaman univerasal. Keislaman yang meyakini bahwa non-Muslim adalah teman bukan ancaman. Semua agama sama akan mengajarkan kebaikan. Dalam akidah saja kita berbeda dan itu pun bukan untuk diperdebatkan. Kita akan bertemu dalam komitmen kemanusiaan dan sosial. Jadi, saya bukan Ahokers, bukan timsesnya. Saya juga tidak membela dan mendukung pribadi Ahok, saya justru membela dan mendukung nilai-nilai kejujuran, keadilan sosial, moderatisme dan jiwa kemanusiaan yang tertanam dalam pribadi Ahok. Siapa pun yang punya komitmen ini akan saya dukung dan bela.
Walaahu a’lam.
Mamang M Haerudin (Aa)
Calon Bupati Cirebon
Indramayu, 19 Maret 2017, 10.33 WIB.
(Suara-Islam/Info-Teratas/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email