Pesan Rahbar

Home » » Ayatullah Uzma Jawadi Amuli: Setiap Hari Rakyat Yaman Dibantai Tapi Yang Kalian Pikirkan Sakit Demam

Ayatullah Uzma Jawadi Amuli: Setiap Hari Rakyat Yaman Dibantai Tapi Yang Kalian Pikirkan Sakit Demam

Written By Unknown on Monday 24 April 2017 | 23:37:00

Ayatullah Uzma Abdullah Jawadi Amuli.

Marjik Taklid terkemuka Ayatullah Uzma Abdullah Jawadi Amuli dalam pertemuannya dengan Prof. Bruno Latour; filosof, antropolog, dan sosiolog dari Prancis, Kamis (20/4) di Lembaga Internasional Ilmu-Ilmu Wahyuni ISRA menegaskan bahwa sekarang ini, setiap hari rakyat Yaman dibantai tapi yang kalian pikirkan sakit demam.

Problem lingkungan hidup apabila dibandingkan dengan problem-problem ini (pembantaian seperti penyakit demam dibandingkan dengan penyakit kanker! Kita sedang menjauh dari agama! Mereka yang mengaku berperadaban setiap hari melancarkan peperangan, mereka menggerakkan ISIS dan Salafi.

Dalam pertemuan yang dirilis Esra itu, Allamah Jawadi Amuli mengatakan, “Semoga perjalanan Anda ke Iran menjadi perjalanan malakuti. Di samping hal-hal yang biasa dilakukan oleh para wisatawan, mudah-mudahan Anda juga punya safari malakuti di sini.”

Beliau melanjutkan, “Bekal Anda yang paling baik adalah Tauhid. Karena pemimpin-pemimpin Ilahi kita telah mewasiatkan bahwa kemana pun engkau pergi dan kembali, kembalilah dengan tangan penuh. Dan penuhnya bekal perjalanan itu dengan Tauhid.

Guru Besar Hauzah Ilmiah ini menambahkan, “Manusia sebagaimana yang dia temukan pada dirinya dan seperti yang telah difirmankan oleh Penciptanya adalah makhluk abadi. Dan makhluk abadi apabila menyiapkan barang dan bekal yang berpotensi membusuk pasti merugi. Sekiranya dia mengerahkan seluruh daya dan upayanya untuk mengenal bumi, maka nilainnya sebesar bumi dan akan sirna dengan rusaknya bumi. Dan seandainya dia berusaha untuk mengenal langit, maka nilainya juga sebesar matahari dan bulan.

Ulama besar Islam ini mengatakan, “Yang menciptakan semua ini telah mengirimkan dua pesan: pertama bahwa semua itu sirna, dan kedua bahwa semua itu diciptakan dari asap. “Kemudian Dia beristiwa ke langit dan (langit) itu asap” (QS. Fussilat [41]: 11). Kami ciptakan matahari dan bulan dari asap. Sementara mengenai manusia, Allah Swt berfirman, “Dan Ku-tiupkan di dalamnya dari ruh-Ku.” (QS. Al-Hijr [15]: 29). Artinya, Aku sendiri yang menciptakannya, dan aku letakkan sebagian dari manivestasi dan karunia-Ku di dalam dirinya. Karena manivestasi Tuhan tidak mungkin menyimpang dan tidak mungkin pula menutup jalan orang. Sebagaimana manivestasi Tuhan abadi dan tidak akan sirna. Kita yang manusia ini harusnya demikian.”

Beliau menandaskan, “Pengenalan insan kita dan filsafat ilmu kita serta pemikiran-pemikiran lain kita yang berharga mesti diringkas dalam unsur ini: yang pertama bahwa kita adalah abadi dan tidak akan hilang, yang kedua adala kita hidup tidak menyimpang jalan dan tidak pula menutup jalan orang lain.”

Menjawab pertanyaan Prof. Bruno mengenai posisi lingkungan hidup dalam perspektif filsafat Islam, Ayatullah Jawadi Amuli menerangkan, “Penyakit adalah peringatan agar manusia sadar bahwa betapa lemahnya dia ketika sebagian paling kecil dari tubuhnya disfungsi. Karena itu, ketika sehat dia harus hati-hati dalam bertindak.

Persoalannya bukan sekedar bumi, udara dan angkasa. Sekarang, manusia berpikir untuk menaklukkan langit, dan itu bukan hal yang jauh dari kemungkinan. Allah Swt berfirman, “Dan Dia-lah Tuhan di langit dan Tuhan di bumi.” (QS. Az-Zukhruf [43]: 84). Tapi, apa pun planet yang ditaklukkan manusia hukumnya tetap sama (Dia-lah Tuhan)! Jangan berpikir bahwa bumi dan udara kita terbatas. Polusi lingkungan hidup seperti penyakit itu tadi; yang menunjukkan adanya kendala dalam sebagian kecil dari tubuh manusia.”

Marjik Taklid terkemuka Syiah ini menambahkan, “Yang patut diutarakan dalam hal ini adalah kita punya tubuh yang jangkauannya adalah sistem galaksi ini, selama kita berpikir membumi dan melangit maka kita masih menjadi bagian dari makhluk tabiat. Tapi ketika kita berpikir abadi, baru kita manusia. Inilah kata-kata Nabi Isa Almasih. Kata-kata Nabi Musa Alkalim.

Bahkan pesan semua Nabi Ilahi. Apa yang merupakan penyempurna, pengoreksi dan pelengkap pesan semua nabi, yaitu Al-Qur’an juga membenarkan hal ini. Ekspektasinya adalah pembahasannya lebih luas dari sekedar bumi dan langit. Kita perlu memikirkan keabadian.”

Beliau menyinggung pertemuannya dengan pemimpin Katolik dunia pada tahun 1368 Hs seraya mengatakan, “Dalam pertemuan singkat dengan Paulus pada tahun 1368 Hs, pesan kita yang paling berharga adalah hadiah Surat Wasiat Ilahi Politik Imam Khumaini kepada dia. Imam di dalam surat wasiatnya, dari atas sampai bawah, dari bawah sampai atas bicara tentang keabadian. Intisari surat wasiat itu adalah umat manusia diatur oleh dua unsur. Di dalam Al-Qur’an dan sabda para insan suci as, dua unsur ini sangat ditekankan. Pertama Ohan (baca: besi) yang mengatur dunia manusia. Dan kedua Oh (baca: “oh” atau “aduh”) yang mengatur dunia dan akhirat manusia. Pesan Al-Qur’an tentang Ohan (besi) adalah, “Dan Kami turunkan (ciptakan) besi yang mempunyai kekuatan hebat dan banyak manfaat bagi manusia.” (QS. Al-Hadid [57]: 25). Itu artinya, semua gedung pencakar langit, pesawat, kapal dan lain sebagainya terbuat dari besi. Adapun pesan mengenai Oh (oh dan aduh), terdapat di dalam doa bercahaya Imam Ali bin Abi Thalib as di malam-malam Jumat yang dikenal dengan nama Doa Kumail.

Yaitu, “Senjatanya adalah tangisan”. Itu artinya, perang melawan musuh eksternal diatur oleh Ohan (besi), tapi perang melawan hawa nafsu, keangkuhan dan kesombongan dijamin oleh Oh (oh dan aduh).”

Beliau melanjutkan, “Dampak Perang Dunia I dan II minimal 70 juta korban nyawa. Tapi sama sekali tidak membawa kemajuan! Pada zaman sekarang, perang-perang proxy muncul dari lengan kezaliman Barat, dan itu juga tidak membawa kemajuan apa-apa! Yang langka di dunia sekarang Oh itu tadi. Semakin Ohan (besi) diperbanyak, semakin berkuranglah Oh. Pesan Nabi Isa Almasih yang sampai kepada kita melalui para pemimpin Ilahi adalah “Orang yang melihat korban luka tapi tidak bergegas untuk menyembuhkannya adalah sekutu dalam kejahatan orang yang melukainya.” Itu artinya, bukan hanya jangan pernah memaksakan perang terhadap orang lain, bahkan ketika ada orang yang memaksakan perang terhadap sebuah bangsa yang tertindas maka engkau harus membalut luka mereka dan membantu menyembuhkannya. Inilah resep yang manjur dan juga obat bagi umat manusia zaman sekarang.”

Setelah itu, Ayatullah Uzma Jawadi Amuli meluruskan kesalahan berpikir Prof. Bruno yang mengira bahwa terlupakannya lingkungan hidup adalah akibat perhatian terhadap akhirat dan keabadian manusia. Beliau menjelaskan, “Manusia kadang tidak melihat karena terlalu dekat. Kalau Anda menempelkan satu benda kecil di mata Anda maka Anda tidak melihatnya! Tapi bukan berarti benda itu tidak ada, melainkan karena benda itu terlalu dekat dengan Anda. Ide keabadian sudah terpatri di dalam diri kita yang paling dalam. Kecenderungan kepada Tuhan telah disemayamkan di dalam diri kita. Manusia yang malang Anda lihat merintih karena dia punya modal di dalam dirinya. Sebagaimana tadi telah disinggung, semua kendala bumi dan langit kita adalah kita sedang salah jalan atau sedang menutup jalan orang lain. Obat manjur kebanyakan penyakit manusia zaman sekarang adalah Oh dan ingat Tuhan! Sekiranya orang sadar bahwa dirinya abadi dan bertanggungjawab atas seluruh pikiran serta idenya, begitu pula akan dimintai pertanggungjawaban atas seluruh niat dan keputusannya, pasti dia tidak akan berbuat buruk bukan hanya terhadap tubuhnya, tidak akan berbuat jahat bukan hanya terhadap bumi, terhadap udara dan angkasa juga tidak akan berbuat buruk dan jahat. Bahkan dia tidak akan berpikiran buruk terhadap apa pun yang punya saham keberadaan. Islam mengajarkan apabila seseorang menyiramkan satu ember air ke sebuah tunas, maka dia seperti halnya menyelamatkan orang yang haus dari kematian. Inilah ajaran Islam.

Sementara itu, di hadapan pemikiran Islam ini, pembuatan bom yang marak di Barat dan yang seperti Barat adalah satu macam kebrutalan dan keliaran.”

Marjik Taklid kontemporer Syiah ini menekankan, “Kalian, yang terhormat, perlu sadar bahwa manusia kadang sakit demam, dan kadang sakit kanker jantung. Kanker itu yang harus dan darurat untuk segera disembuhkan, bukan demam. Lingkungan hidup hanya bagian dari penyakit kita, lingkungan hidup bukan faktor pencetus Perang Dunia I dan II, bukan faktor pencetus perang-perang proxy. Sekarang ini, setiap hari rakyat Yaman dibantai tapi yang kalian pikirkan sakit demam. Problem lingkungan hidup apabila dibandingkan dengan problem-problem ini seperti penyakit demam dibandingkan dengan penyakit kanker! Kita sedang menjauh dari agama! Mereka yang mengaku berperadaban setiap hari melancarkan peperangan, mereka gerakkan ISIS dan Salafi. Mudah-mudahan suatu hari manusia berakal dan sadar apa yang sedang ia lakukan.”

(Wali-Faqih/Islam-Times/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: