Muhammad mengaku lebih tenang setelah membaca Injil ketimbang Al-Quran.
Ketika 22 pengungsi Nasrani bulan lalu berkumpul di lantai bawah tanah sebuah apartemen di Kota Istanbul Turki, itu bukan acara doa biasa. Beberapa dari mereka bernama islami. Ada Abdurrahman dan dua Muhammad. Mereka juga berseloroh soal tuan rumah, satu dari dua Muhammad itu, tadinya seorang irhabi. Dia dulunya teroris.
Basyir Muhammad memang pernah menjadi teroris. Tapi lelaki 25 tahun itu sekarang menggantung sali di ruang tamunya bercat ungu. Saban pekan dia mengundang orang-orang Islam masuk Kristen untuk membaca Injil barengan.
Padahal, kurang dari empat tahun lalu, dia bilang dia bertempur di Suriah untuk Jabhat an-Nusrah, sayap Al-Qaidah di negara Syam kini telah berganti nama menjadi Jabhat Fatih asy-Syam. Dia mengatakan seorang jihadis telah menjelma sebagai pemuja Yesus.
Perubahan itu mengagetkan semua orang, termasuk dirinya sendiri. "Empat tahun lalu, jujur saja, saya akan membantai siapa saja menyarankan saya murtad," kata Muhammad.
Bukan saja berganti Tuhan, perangai Muhammad juga bersalin rupa. Menurut istrinya, Hevin Rasyid, sang suami kini lebih enak untuk diajak tinggal bersama.
Perpindahan agama pengungsi muslim menjadi penganut Nasrani bukan fenomena baru, terutama di negara-negara berpenduduk mayoritas Kristen. Sebagian orang kadang menuding pemuja-pemuja baru Yesus tersebut hanya ingin mendapat peluang lebih besar untuk memperoleh suaka ketimbang mesti dipulangkan ke negara asal.
Namun pengalaman Muhammad berbeda. Dia memilih tinggal di negara mayoritas muslim ketimbang mencari suaka ke negara-negara Eropa, sebuah jalan diikuti sebagian kecil jihadis.
Kisahnya bermula dari masa belianya di Afrin, kota kecil berpenduduk sebagian besar orang Kurdi di utara Suriah. Dia berasal dari keluarga muslim.
Dia mulai bersentuhan dengan ekstremisme saat remaja. Ketika berumur 15 tahun, seorang sepupunya mengajak dia ke pengajian jihadis dan dia tertarik dengan beberapa dari interpretasi paling keras soal ajaran Islam. "Bahkan yang belum pernah saya dengar sekalipun," kata Muhammad.
Tapi waktu perang meletup di Suriah pada 2011, Muhammad memilih bergabung dengan pasukan Kurdi sekuler, berjuang untuk mendapatkan wilayah otonomi.
Menyaksikan langsung korban perang membikin dia trauma. Inilah mendorong dirinya tertarik pada versi garis keras dari Islam pernah dia ketahui semasa remaja.
"Ketika saya melihat mayat bergelimpangan, itu membuat saya meyakini semua yang mereka katakan dalam pengajian," ujar Muhammad. "Ini mendorong saya ingin berjuang demi kejayaan Islam."
Saat seorang temannya mengajak dia membelot ke Jabhat Nusrah pada musim panas 2012, Muhammad menyanggupi. Sebagai pejuang Jabhat Nusrah, dia kerap menyaksikan kekejian. Kolega-koleganya membunuh beberapa tawanan dengan cara dilindas buldoser. Seorang tawanan lainnya dipaksa minum beberapa liter air kencingnya sendiri.
"Mereka bisa mengatakan kepada kami, orang-rang ini (tawanan) adalah musuh Allah," tutur Muhammad. "Saya menyaksikan semua eksekusi itu secara positif."
Di tempat pengajian Injil di kediaman Muhammad itu, juga ada seorang dari etnis Yazidi baru masuk Kristen Januari lalu. Muhammad lah memimpin doa bagi para pemuja baru Yesus tersebut.
Dalam kehidupan sebelumnya, Muhammad sangat pemarah. Ketika pulang untuk perayaan tahun baru Kurdi pada Maret 2013, dia menganggap itu bertentangan dengan ajaran Islam. Dia pun balik lagi ke Jabhat Nusrah meski tunangannya dan keluarganya berupaya keras mencegah.
Dia akhirnya mulai meragukan perjuangan Jabhat Nusrah, setelah lewat teropong melihat pasukan Suriah melindas sekelompok tawanan perang menggunakan buldoser, persis pernah dilakoni rekan-rekannya.
Dia pun nekat pulang ke Afrin. "Saya bergabung dengan Nusrah untuk mencari Tuhan," ucapnya. "Tapi setelah menyaksikan muslim membunuh muslim, saya menyadari ada kesalahan."
Pada 2014, dia dan istrinya lari dari Suriah ke Istanbul, bergabung dengan sekitar 2,5 juta pengungsi Suriah di Turki.
Kala itu, dia masih muslim. Dia juga meminta istrinya bercadar.
Sakit parah istrinya di awal 2015 membuka jalan Muhammad menuju Yesus. Ketika kondisi istrinya kian memburuk, dia menelepon Ahmad, sepupunya pernah mengajak dia ke pengajian jihadis sewaktu remaja.
Ahmad, sekarang tinggal di Kanada, membuat Muhammad sangat terkejut karena dia telah memeluk agama Nasrani.
Ahmad kemudian meminta Muhammad mendekatkan teleponnya ke telinga istrinya, sehingga kelompok pengajiannya bisa bernyanyi sekaligus berdoa buat kesembuhan Hevin Rasyid, istrinya Muhammad.
Muhammad mulanya menolak, namun dia frustasi sehingga menyerah.
Beberapa hari kemudian, kondisi istrinya berangsur pulih. Dia merasa doa dari sepupunya dan kelompok pengajian Kristen berjasa.
Sampai akhirnya Muhammad meminta Ahmad merekomendasikan seorang pendeta di Istanbul buat mengajarkan dirinya mengenai agama Nasrani. Dia lalu dikenalkan kepada Eimad Brim, misionaris dari sebuah kelompok evangelis asal Yordania disebut Penggembala Baik, bersedia menemui Muhammad.
Muhammad dan istrinya kini mantap dengan agama barunya. Dia mengklaim lebih tenang setelah membaca Injil dibanding Al-Quran. Dia bilang setelah masuk Kristen dia merasa lebih diterima.
Dia bilang Tuhan kini dia sembah berbeda dengan Tuhan dia puja sebelumnya. "Kami dulu memuja dalam ketakutan. Sekarang semuanya telah berubah," ujar Muhammad.
Dia pun sadar bakal menjadi sasaran pembunuhan dari teman-temannya di Jabhat Nusrah. Tapi dia meyakini Tuhan barunya bisa melindungi. "Saya percaya kepada Dia."
(New-York-Times/Al-Balad/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
UNHCR Eminent Advocate Dato Tahir pada 3 April 2017 mengunjungi keluarga Abu Muhammad, pengungsi asal Suriah kini menetap di kamp Azraq, Yordania. (Faisal Assegaf, Albalad.co)
Ketika 22 pengungsi Nasrani bulan lalu berkumpul di lantai bawah tanah sebuah apartemen di Kota Istanbul Turki, itu bukan acara doa biasa. Beberapa dari mereka bernama islami. Ada Abdurrahman dan dua Muhammad. Mereka juga berseloroh soal tuan rumah, satu dari dua Muhammad itu, tadinya seorang irhabi. Dia dulunya teroris.
Basyir Muhammad memang pernah menjadi teroris. Tapi lelaki 25 tahun itu sekarang menggantung sali di ruang tamunya bercat ungu. Saban pekan dia mengundang orang-orang Islam masuk Kristen untuk membaca Injil barengan.
Padahal, kurang dari empat tahun lalu, dia bilang dia bertempur di Suriah untuk Jabhat an-Nusrah, sayap Al-Qaidah di negara Syam kini telah berganti nama menjadi Jabhat Fatih asy-Syam. Dia mengatakan seorang jihadis telah menjelma sebagai pemuja Yesus.
Perubahan itu mengagetkan semua orang, termasuk dirinya sendiri. "Empat tahun lalu, jujur saja, saya akan membantai siapa saja menyarankan saya murtad," kata Muhammad.
Bukan saja berganti Tuhan, perangai Muhammad juga bersalin rupa. Menurut istrinya, Hevin Rasyid, sang suami kini lebih enak untuk diajak tinggal bersama.
Perpindahan agama pengungsi muslim menjadi penganut Nasrani bukan fenomena baru, terutama di negara-negara berpenduduk mayoritas Kristen. Sebagian orang kadang menuding pemuja-pemuja baru Yesus tersebut hanya ingin mendapat peluang lebih besar untuk memperoleh suaka ketimbang mesti dipulangkan ke negara asal.
Namun pengalaman Muhammad berbeda. Dia memilih tinggal di negara mayoritas muslim ketimbang mencari suaka ke negara-negara Eropa, sebuah jalan diikuti sebagian kecil jihadis.
Kisahnya bermula dari masa belianya di Afrin, kota kecil berpenduduk sebagian besar orang Kurdi di utara Suriah. Dia berasal dari keluarga muslim.
Dia mulai bersentuhan dengan ekstremisme saat remaja. Ketika berumur 15 tahun, seorang sepupunya mengajak dia ke pengajian jihadis dan dia tertarik dengan beberapa dari interpretasi paling keras soal ajaran Islam. "Bahkan yang belum pernah saya dengar sekalipun," kata Muhammad.
Tapi waktu perang meletup di Suriah pada 2011, Muhammad memilih bergabung dengan pasukan Kurdi sekuler, berjuang untuk mendapatkan wilayah otonomi.
Menyaksikan langsung korban perang membikin dia trauma. Inilah mendorong dirinya tertarik pada versi garis keras dari Islam pernah dia ketahui semasa remaja.
"Ketika saya melihat mayat bergelimpangan, itu membuat saya meyakini semua yang mereka katakan dalam pengajian," ujar Muhammad. "Ini mendorong saya ingin berjuang demi kejayaan Islam."
Saat seorang temannya mengajak dia membelot ke Jabhat Nusrah pada musim panas 2012, Muhammad menyanggupi. Sebagai pejuang Jabhat Nusrah, dia kerap menyaksikan kekejian. Kolega-koleganya membunuh beberapa tawanan dengan cara dilindas buldoser. Seorang tawanan lainnya dipaksa minum beberapa liter air kencingnya sendiri.
"Mereka bisa mengatakan kepada kami, orang-rang ini (tawanan) adalah musuh Allah," tutur Muhammad. "Saya menyaksikan semua eksekusi itu secara positif."
Di tempat pengajian Injil di kediaman Muhammad itu, juga ada seorang dari etnis Yazidi baru masuk Kristen Januari lalu. Muhammad lah memimpin doa bagi para pemuja baru Yesus tersebut.
Dalam kehidupan sebelumnya, Muhammad sangat pemarah. Ketika pulang untuk perayaan tahun baru Kurdi pada Maret 2013, dia menganggap itu bertentangan dengan ajaran Islam. Dia pun balik lagi ke Jabhat Nusrah meski tunangannya dan keluarganya berupaya keras mencegah.
Dia akhirnya mulai meragukan perjuangan Jabhat Nusrah, setelah lewat teropong melihat pasukan Suriah melindas sekelompok tawanan perang menggunakan buldoser, persis pernah dilakoni rekan-rekannya.
Dia pun nekat pulang ke Afrin. "Saya bergabung dengan Nusrah untuk mencari Tuhan," ucapnya. "Tapi setelah menyaksikan muslim membunuh muslim, saya menyadari ada kesalahan."
Pada 2014, dia dan istrinya lari dari Suriah ke Istanbul, bergabung dengan sekitar 2,5 juta pengungsi Suriah di Turki.
Kala itu, dia masih muslim. Dia juga meminta istrinya bercadar.
Sakit parah istrinya di awal 2015 membuka jalan Muhammad menuju Yesus. Ketika kondisi istrinya kian memburuk, dia menelepon Ahmad, sepupunya pernah mengajak dia ke pengajian jihadis sewaktu remaja.
Ahmad, sekarang tinggal di Kanada, membuat Muhammad sangat terkejut karena dia telah memeluk agama Nasrani.
Ahmad kemudian meminta Muhammad mendekatkan teleponnya ke telinga istrinya, sehingga kelompok pengajiannya bisa bernyanyi sekaligus berdoa buat kesembuhan Hevin Rasyid, istrinya Muhammad.
Muhammad mulanya menolak, namun dia frustasi sehingga menyerah.
Beberapa hari kemudian, kondisi istrinya berangsur pulih. Dia merasa doa dari sepupunya dan kelompok pengajian Kristen berjasa.
Sampai akhirnya Muhammad meminta Ahmad merekomendasikan seorang pendeta di Istanbul buat mengajarkan dirinya mengenai agama Nasrani. Dia lalu dikenalkan kepada Eimad Brim, misionaris dari sebuah kelompok evangelis asal Yordania disebut Penggembala Baik, bersedia menemui Muhammad.
Muhammad dan istrinya kini mantap dengan agama barunya. Dia mengklaim lebih tenang setelah membaca Injil dibanding Al-Quran. Dia bilang setelah masuk Kristen dia merasa lebih diterima.
Dia bilang Tuhan kini dia sembah berbeda dengan Tuhan dia puja sebelumnya. "Kami dulu memuja dalam ketakutan. Sekarang semuanya telah berubah," ujar Muhammad.
Dia pun sadar bakal menjadi sasaran pembunuhan dari teman-temannya di Jabhat Nusrah. Tapi dia meyakini Tuhan barunya bisa melindungi. "Saya percaya kepada Dia."
(New-York-Times/Al-Balad/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email