Dikenal dekat dengan Khamenei dan badan intelijen, Raisi selalu dipandang sebagai calon pengganti Khamenei, kini berusia 77 tahun, ketimbang sebagai presiden.
Tiga tokoh sudah mendaftar untuk bertarung dalam pemilihan presiden Iran, dijadwalkan berlangsung pada 19 Mei tahun ini. Sekali lagi pesta demokrasi di negara Mullah itu bakal menjadi persaingan antara kelompok reformis dan kaum elite konservatif.
Ketiga orang sudah mendaftar itu adalah Presiden Hasan Rouhani, mantan Presiden Mahmud Ahmadinejad, dan ulama garis keras Ibrahim Raisi.
Tahun lalu, Ahmadinejad, salah satu figur paling tersohor di negeri Persia itu, mengisyaratkan, dia mengincar kursi presiden untuk periode ketiga setelah dua kali menjabat pada 2005-2013.
Meski didorong untuk tidak mencalonkan diri oleh pemimpin tertinggi Iran Ayatullah Ali Khamenei pada September 2016, Ahmadinejad tetap mendaftar. Keputusannya ini terkesan sebagai tantangan langsung terhadap pemimpin agama sekaligus politik tertinggi di Iran itu.
Sebagian ahli menilai calon kuat penantang Rouhani adalah Ibrahim Raisi, mantan jaksa agung sekaligus ulama garis keras berusia 56 tahun.
Raisi adalah kuncen makam Imam Ali Rida di Masyhad, kota terbesar kedua di Iran setelah Ibu Kota Teheran. Dia juga memimpin Astan-e Qods Razavi, yayasan agama beraset lebih dari US$ 1 miliar.
Raisi merupakan sekutu Khamenei, menujuk dia sebagai kelapa Yayasan Astan tahun lalu. Banyak orang Iran mengira Raisi adalah pilihan Khamenei buat menantang Rouhani dalam pemilihan presiden Mei mendatang, meski Khamenei belum menyatakan calon mana bakal dia sokong.
Perannya sebagai penjaga kubur Imam Ali Rida, diziarahi sekitar 30 juta orang saban tahun, bisa mengangkat namanya tadinya kurang dikenal.
Kelompok elite konservatif juga belum menyatakan sikap walau dipastikan bakal menolak Rouhani. Banyak pihak menganggap Raisi adalah penantang serius bagi Rouhani. Sebelum Ahmadinejad mendaftar, dia paling dijagokan di antara lima kandidat dari kubu konservatif.
Dikenal dekat dengan Khamenei dan badan intelijen, Raisi selalu dipandang sebagai calon pengganti Khamenei, kini berusia 77 tahun, ketimbang sebagai presiden. Sebab itu, banyak yang kaget ketika dia memutuskan mendaftar untuk menjadi calon presiden.
Namun kemenangannya dalam pemilihan presiden nantinya bisa memuluskan jalan menuju kursi pemimpin tertinggi Iran.
Raisi akan memusatkan kampanyenya pada isu ekonomi dan korupsi. Karena itu dia tidak akan menggunakan kekayaan yayasan dia pimpin untuk mengongkosi kampanyenya.
Namun sebagai mencemaskan kalau Raisi menang. "Akan lebih sulit untuk menjalin hubungan diplomatik di bawah kepemimpinan Raisi dibanding Rouhani," kata Sir Richard Dalton, mantan Duta besar Inggris untuk Iran. "Manajemen krisis akan lebih rumit saat Raisi berkuasa."
Bagi warga Iran berpikiran liberal, kemenangan Raisi bisa menjadi mimpi buruk. "Anda tentu saja akan mengucapkan selama tinggal pada segala kelonggaran," ujar Dalton.
(News-Week/Al-Balad/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Ibrahim Raisi, diyakini sebagai calon terkuat buat menggantikan Ali Khamenei sebagai pemimpin tertinggi Iran. (Foto: raisi.org)
Tiga tokoh sudah mendaftar untuk bertarung dalam pemilihan presiden Iran, dijadwalkan berlangsung pada 19 Mei tahun ini. Sekali lagi pesta demokrasi di negara Mullah itu bakal menjadi persaingan antara kelompok reformis dan kaum elite konservatif.
Ketiga orang sudah mendaftar itu adalah Presiden Hasan Rouhani, mantan Presiden Mahmud Ahmadinejad, dan ulama garis keras Ibrahim Raisi.
Tahun lalu, Ahmadinejad, salah satu figur paling tersohor di negeri Persia itu, mengisyaratkan, dia mengincar kursi presiden untuk periode ketiga setelah dua kali menjabat pada 2005-2013.
Meski didorong untuk tidak mencalonkan diri oleh pemimpin tertinggi Iran Ayatullah Ali Khamenei pada September 2016, Ahmadinejad tetap mendaftar. Keputusannya ini terkesan sebagai tantangan langsung terhadap pemimpin agama sekaligus politik tertinggi di Iran itu.
Sebagian ahli menilai calon kuat penantang Rouhani adalah Ibrahim Raisi, mantan jaksa agung sekaligus ulama garis keras berusia 56 tahun.
Raisi adalah kuncen makam Imam Ali Rida di Masyhad, kota terbesar kedua di Iran setelah Ibu Kota Teheran. Dia juga memimpin Astan-e Qods Razavi, yayasan agama beraset lebih dari US$ 1 miliar.
Raisi merupakan sekutu Khamenei, menujuk dia sebagai kelapa Yayasan Astan tahun lalu. Banyak orang Iran mengira Raisi adalah pilihan Khamenei buat menantang Rouhani dalam pemilihan presiden Mei mendatang, meski Khamenei belum menyatakan calon mana bakal dia sokong.
Perannya sebagai penjaga kubur Imam Ali Rida, diziarahi sekitar 30 juta orang saban tahun, bisa mengangkat namanya tadinya kurang dikenal.
Kelompok elite konservatif juga belum menyatakan sikap walau dipastikan bakal menolak Rouhani. Banyak pihak menganggap Raisi adalah penantang serius bagi Rouhani. Sebelum Ahmadinejad mendaftar, dia paling dijagokan di antara lima kandidat dari kubu konservatif.
Dikenal dekat dengan Khamenei dan badan intelijen, Raisi selalu dipandang sebagai calon pengganti Khamenei, kini berusia 77 tahun, ketimbang sebagai presiden. Sebab itu, banyak yang kaget ketika dia memutuskan mendaftar untuk menjadi calon presiden.
Namun kemenangannya dalam pemilihan presiden nantinya bisa memuluskan jalan menuju kursi pemimpin tertinggi Iran.
Raisi akan memusatkan kampanyenya pada isu ekonomi dan korupsi. Karena itu dia tidak akan menggunakan kekayaan yayasan dia pimpin untuk mengongkosi kampanyenya.
Namun sebagai mencemaskan kalau Raisi menang. "Akan lebih sulit untuk menjalin hubungan diplomatik di bawah kepemimpinan Raisi dibanding Rouhani," kata Sir Richard Dalton, mantan Duta besar Inggris untuk Iran. "Manajemen krisis akan lebih rumit saat Raisi berkuasa."
Bagi warga Iran berpikiran liberal, kemenangan Raisi bisa menjadi mimpi buruk. "Anda tentu saja akan mengucapkan selama tinggal pada segala kelonggaran," ujar Dalton.
(News-Week/Al-Balad/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email