"Percayalah, tentang Sunni dan Syiah adalah propaganda Barat," kata Valullah Muhammadi.
Duta Besar Iran untuk Indonesia Valiullah Muhammadi mengaskan sokongan negaranya terhadap rezim Presiden Basyar al-Assad bukan karena Assad penganut Syiah.
"Republik Islam Iran tidak pernah membedakan Syiah atau Sunni," kata Muhammadi menjawab pertanyaan Albalad.co usai mnejadi pembicara dalam diskusi soal Perang Suriah, berlangsung di kantor Pengurus Pusat Muhammadiyah di Jakarta, hari ini. "Kami selalu mendukung perang terhadap terorisme."
Dia mencontohkan Iran, merupakan rezim Syiah, pun mendukung perjuangan Hamas, berpaham Sunni, dalam menghadapi penjajah Israel.
Muhammadi menekankan dukungan Iran terhadap Assad dalam memerangi kelompok-kelompok teroris dan separatis di Suriah, seperti ISIS (Negara Islam Irak dan Suriah) dan Al-Qaidah, untuk memelihara kestabilan dan perdamaian di Suriah sebagai negara demokratis.
"Bukan karena Suriah negara Syiah atau negara Sunni," ujar Muhammadi. "Percayalah, tentang Sunni dan Syiah adalah propaganda Barat."
Selain menerjunkan Brigade Al-Quds, pasukan elite dalam Garda Revolusi, Iran juga menyokong milisi Syiah seperti Fatimiyun dan Hizbulla, bertempur bareng pasukan pemerintah Suriah dalam menghadapi kaum pemberontak.
Meski Iran mayoritas penduduknya muslim Syiah, menurut Muhammadi, juga terdapat lebih dari sepuluh juta warga Sunni tinggal di negara Mullah itu tanpa ada masalah. "Mereka hidup berdampingan dengan kaum Syiah. Mereka bersaudara," tuturnya.
Perang meletup di Suriah sejak 2011 telah menewaskan hampir setengah juta orang. Sekitar tujuh juta warga Suriah menjadi pengungsi, termasuk lima juta orang lari ke negara-negara tetangga, seperti Libanon, Turki, dan Yordania.
(Al-Balad/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Duta Besar Iran untuk Indonesia Valiullah Muhamnadi dan Duta Besar Rusia buat Indonesia Mikhail Galuzin dalam diskusi soal Perang Suriah di kantor PP Muhammadiyah, Jakarta, 26 April 2017. (Faisal Assegaf/Albalad.co)
Duta Besar Iran untuk Indonesia Valiullah Muhammadi mengaskan sokongan negaranya terhadap rezim Presiden Basyar al-Assad bukan karena Assad penganut Syiah.
"Republik Islam Iran tidak pernah membedakan Syiah atau Sunni," kata Muhammadi menjawab pertanyaan Albalad.co usai mnejadi pembicara dalam diskusi soal Perang Suriah, berlangsung di kantor Pengurus Pusat Muhammadiyah di Jakarta, hari ini. "Kami selalu mendukung perang terhadap terorisme."
Dia mencontohkan Iran, merupakan rezim Syiah, pun mendukung perjuangan Hamas, berpaham Sunni, dalam menghadapi penjajah Israel.
Muhammadi menekankan dukungan Iran terhadap Assad dalam memerangi kelompok-kelompok teroris dan separatis di Suriah, seperti ISIS (Negara Islam Irak dan Suriah) dan Al-Qaidah, untuk memelihara kestabilan dan perdamaian di Suriah sebagai negara demokratis.
"Bukan karena Suriah negara Syiah atau negara Sunni," ujar Muhammadi. "Percayalah, tentang Sunni dan Syiah adalah propaganda Barat."
Selain menerjunkan Brigade Al-Quds, pasukan elite dalam Garda Revolusi, Iran juga menyokong milisi Syiah seperti Fatimiyun dan Hizbulla, bertempur bareng pasukan pemerintah Suriah dalam menghadapi kaum pemberontak.
Meski Iran mayoritas penduduknya muslim Syiah, menurut Muhammadi, juga terdapat lebih dari sepuluh juta warga Sunni tinggal di negara Mullah itu tanpa ada masalah. "Mereka hidup berdampingan dengan kaum Syiah. Mereka bersaudara," tuturnya.
Perang meletup di Suriah sejak 2011 telah menewaskan hampir setengah juta orang. Sekitar tujuh juta warga Suriah menjadi pengungsi, termasuk lima juta orang lari ke negara-negara tetangga, seperti Libanon, Turki, dan Yordania.
(Al-Balad/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email