Pesan Rahbar

Home » » Begini Cara Bung Karno Memaknai Ulang Tahunnya

Begini Cara Bung Karno Memaknai Ulang Tahunnya

Written By Unknown on Wednesday 7 June 2017 | 11:19:00


Hari ini, 6 Juni, bertepatan dengan hari lahir salah seorang Proklamator Kemerdekaan sekaligus Presiden Pertama Indonesia, Ir. Soekarno.

Pada 1964, pria yang lebih dikenal dengan panggilan Bung Karno ini, dalam pidatonya menyampaikan beberapa poin penting berkenaan dengan Pancasila, sambil menyelipkan pesan tentang bagaimana pandangannya terkait makna ulang tahun baginya. Berikut petikan pidato Bung Karno pada tahun 1964, 5 hari menjelang peringatan ulang tahunnya.

***

“Saudara-saudara, what is the matter with me? Kok sekarang ini saya diagung-agungkan? Bukan hanya pada hari Lahirnya Pancasila, mengagung-agungkan kepada saya…tanggal 6 Juni yang terkenal sebagai hari lahirnya Soekarno. Orang mau mengadakan perayaan-perayaan yang maha hebat. Dari kanan, dari kiri, dari muka, dari belakang, dari mana-mana saya mendapat permintaan agar supaya saya suka menerima persembahan-persembahan pada 6 Juni 1964.

Persembahan yang berupa macam-macam hal. Ada yang berupa tari-tarian, ada yang akan berupa nyanyian-nyanyian kanak-kanak, ada yang akan berupa hadiah-hadiah yang amat berharga. What is the matter with me? Kenapa tahun-tahun yang dulu tidak?

Bukan saya minta tahun-tahun yang dulu itu. Tidak. Tetapi kenapa sekonyong-konyong tahun ini orang hendak mengadakan peringatan hari ulang tahun Bung Karno dengan cara yang demikian hebatnya? Kenapa tahun ini orang memperingati hari Lahirnya Pancasila? Kenapa tahun ini orang mengagung-agungkan namanya Soekarno sebagai pencipta daripada Pancasila? What is the matter with me?

Mengenai hari ulang tahun saya yang akan datang, jikalau dikaruniai Tuhan, saudara-saudara, sebab mati-hidup manusia ada di tangan Tuhan, saya hendak berkata sebagai berikut: Saya terima segala pernyataan cinta kepada saya yang akan berupa hadiah atau nyanyian-nyanyian atau kesenian-kesenian yang hendak dipersembahkan kepada saya pada nanti hari 6 Juni 1964. Saya mengucap terima kasih dan saya mengatakan Insya Allah akan saya terima. Tetapi saudara-saudara, Insya Allah pula, pada tanggal 6 Juni yang akan datang itu saya tidak ada di Jakarta.

Saudara-saudara barangkali mengetahui, bahwa telah tercapai persetujuan antara Tengku Abdul Rahman dengan Presiden Soekarno untuk bertemu satu sama lain, mengadakan perundingan satu dengan yang lain. Dan itu adalah satu hal yang sangat penting, saudara-saudara. Maka menurut rancangan, saya Insya Allah akan meninggalkan Tanah Air nanti pada tanggal 5 Juni, sehingga pada tanggal 6 Juni itu saya tidak ada di tengah-tengah saudara-saudara. Saya akan meninggalkan tanah air untuk membela tanah air Indonesia. Saya akan meninggalkan tanah air untuk berjuang mati-matian untuk membela Indonesia. Saya akan meninggalkan tanah air untuk mengemban Amanat Penderitaan Rakyat.

Dalam pada saya mengucap terima kasih atas maksud dan niat yang baik daripada banyak golongan untuk merayakan hari ulang tahunku pada tanggal 6 Juni yang akan datang ini dengan cara yang sehebat-hebatnya, dalam mengucapkan terima kasih itu, saya mohon kepada seluruh rakyat Indonesia doa restu, supaya saya di luar negeri di dalam berhadapan muka dengan wakil-wakil daripada Malaysia, bisa mempertegakkan kemerdekaan dan kepentingan Republik Indonesia dengan cara yang sebaik-baiknya.

Nanti jikalau dikehendaki Tuhan, saya kembali lagi ke tanah air dengan membawa hasil yang baik, pada waktu itulah segala persembahan-persembahan, entah yang berupa kesenian, entah yang berupa apapun akan bisa saya terima. Saudara-saudara, maka kita sekarang ini berjalan terus, berjalan terus dengan semboyan yang saudara-saudara sudah kenal satu sama lain: Onward, ever onward, no retreat”

(Islam-Indonesia/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: