Pesan Rahbar

Home » » Peran Puasa Dalam Mengembangkan Kepribadian Islami

Peran Puasa Dalam Mengembangkan Kepribadian Islami

Written By Unknown on Sunday, 4 June 2017 | 21:52:00


Dipandang dari sisi material, dapat kita pahami, bahwa puasa adalah menahan diri dari makan, minum dan sebagian kenikmatan-kenikmatan tertentu. Dari sisi spritual, puasa berarti sebuah upaya mendekatkan diri kepada Allah.

Apabila dua makna itu terselaraskan, kesadaran spiritual akan mengalir bersama kehendak yang menumbuhkan keinginan kuat untuk selalu sadar akan pemikiran dan langkah yang dipilihnya, melalui pengendalian diri secara kontinyu akan pengaruh kelezatan yang melenakan.

Karena itu, menghindari kelezatan tersebut – dengan tujuan mendekatkan diri kepada Allah – dan mendalami makna kedekatan kepada Allah sebagai unsur mendasar dari tujuan hidup manusia, akan berdampak positif bagi kepribadian manusia pada semua sisinya; pemikiran, kesadaran, dan amal yang merupakan hukum yang satu.

Manusia tidak akan dapat merealisasikan kedekatan kepada Allah dalam hidupnya tanpa terlebih dahulu mengubah dirinya agar menuju Allah yang termanifestasikan pada semua perbuatannya dalam kehidupan ini. Inilah pendidikan Islam yang bertujuan membina pribadi muslim yang sebenarnya.

Ketika seorang Muslim memfokuskan perhatiannya kepada Allah dan menjadikan-Nya sebagai puncak tujuan, maka ia tidak akan beraktivitas kecuali melalui kesadaran rasa cinta kepada-Nya. Inilah yang dimaksud ibadah dengan pengertian tunduk mutlak kepada Allah yang tercermin dalam pengetahuan dan perbuatannya.

Inilah rahasia tauhid Islam yang membentuk kesatuan dan tujuan melalui keEsaan Sang Pencipta, seperti dijelaskan ayat:

“Sesungguhnya orang-orang yang berkata, ‘Tuhan kami adalah Allah’ kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat-malaikat akan turun kepada mereka (dengan berkata), ‘Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu bersedih hati; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan kepadamu.” (QS. Fushilat: 30)

Allah juga berfirman: Katakanlah: sesungguhnya sembahyangku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. Tiada sekutu bagiNya; dan demikian Itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)”. (Al-An’am: 162-163)

Dilihat dari sisi kemanusiaan, puasa mampu mengarahkan kecenderungan pribadi seorang Muslim. Dengan merasakan perihnya rasa lapar, maka muncullah dengan cepat kesadaran dalam jiwanya untuk memperhatikan masyarakat miskin yang kesulitan ekonomi dan hidup kelaparan.

Niscaya muncul dalam dirinya sebuah tanggung jawab untuk mengentaskan mereka dari kondisi kesulitan dan penderitaan. Selanjutnya, ia bergerak menghadapi realitas faktual (masyarakat) berdasarkan tanggungjawab tersebut dengan berupaya keras secara individual maupun terorganisir atau aktif di dunia politik untuk mengubah sistem yang berlaku.

Puasa dapat membangkitkan kecenderungan spritual manusia dengan makna yang luas. Dengan merasakan lapar dan haus di hari kiamat. Pada hari itu, manusia di hadapan Allah mempertangungjawabkan perbuatan buruk yang dilakukan sepanjang hidup.

Karenanya, lantaran hidup di dunia ini, ia dapat melakukan sesuatu yang meringankan beban dirinya ketika menghadapi hari tersebut (kiamat). Mereka tidak akan mengurangi perbuatan buruknya, namun akan berusaha membenahi kesalahan-kesalahannya sehingga akan menyempurnakan menuju jalan yang lurus dan tujuan yang jelas.

Inilah yang disebutkan Rasulullah Saw di awal khotbahnya, ketika menyambut bulan suci Ramadan, “Ingatlah dengan rasa lapar dan hausmu (di dunia), juga lapar dan hausnya hari kiamat…”

Kita temukan berbagai makna dan kesadaran yang sangat luas, yang terkandung dalam ibadah puasa, bahwa Allah menghendaki manusia hidup dalam kebaikan, ketakwaan , dan kebenaran.[]

(Islam-Indonesia/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: