Lynn Maalouf, the deputy director for research at Amnesty International’s Beirut.
Arab Saudi menggunakan hukuman mati sebagai alat untuk membungkam perbedaan pendapat dengan pengikut Syiah, kata Amnesty International.
"Eksekusi brutal ini adalah tindakan terakhir dalam penganiayaan minoritas Syiah yang terus berlangsung oleh Arab Saudi. Hukuman mati sedang digunakan sebagai senjata politik untuk menghukum mereka karena berani memprotes perlakuan mereka dan untuk membungkam orang lain," kata direktur riset kelompok tersebut, Lynn Maalouf, pada hari Rabu (12/7).
Maalouf membuat pernyataan tersebut setelah Arab Saudi mengeksekusi empat orang Syiah di Provinsi Timur yang kaya minyak di kerajaan tersebut atas tuduhan melakukan kegiatan teroris.
"Masyarakat internasional harus turun tangan dengan keras terhadap Arab Saudi untuk memastikan bahwa pihak lain yang saat ini menghadapi eksekusi setelah proses hukum yang sangat tidak sempurna tidak sesuai dengan nasib yang sama. Arab Saudi harus membatalkan hukuman mati mereka dan menetapkan moratorium resmi eksekusi," tambahnya.
Amnesty telah mendokumentasikan lebih jauh 34 kasus Syiah lainnya yang saat ini dijatuhi hukuman mati kebanyakan mengikuti pengadilan yang tidak adil yang sebagian besar didasarkan pada pengakuan yang diperoleh dengan penyiksaan.
Provinsi Timur yang didominasi Syiah, khususnya wilayah Qatif, telah menjadi lokasi demonstrasi damai sejak Februari 2011. Para pemrotes, yang mengeluhkan marginalisasi di kerajaan yang diperintah Wahabi, telah menuntut reformasi, kebebasan berekspresi, pembebasan tahanan politik, dan mengakhiri diskriminasi ekonomi dan agama terhadap wilayah kaya minyak.
(Islam-Times/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email