Pesan Rahbar

Home » » Genosida di Srebrenica: Tentara Belanda Biarkan 300 Muslim Dibantai

Genosida di Srebrenica: Tentara Belanda Biarkan 300 Muslim Dibantai

Written By Unknown on Saturday 1 July 2017 | 03:15:00


Pasukan penjaga perdamaian Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) seharusnya mengetahui dengan baik bahwa ada banyak orang dalam bahaya, namun dibiarkan saja jatuh ke tangan pembantai.

Demikian putusan pengadilan banding Den Haag, Belanda, menyangkut kasus genosida atau pembunuhan massal di Bosnia pada tahun 1995, seperti dilaporkan The Guardian, Rabu (28/6/2017).

Pembantaian Srebrenica (disebut juga genosida Srebrenica) adalah kejadian pada Juli 1995 di mana sekitar lebih dari 8.000 laki-laki dewasa dan remaja etnis Muslim Bosnia dibunuh secara massal di daerah Srebrenica, Bosnia, oleh pasukan Republik Srpska yang dipimpin Jenderal Ratko Maldic.

Republik Srpska, yang sebelumnya bernama Republik Serbia Bosnia-Herzegovina, adalah satu dari tiga entitas politik di Bosnia-Herzegovina.

Pengadilan Den Haag sedang menyoroti peran pasukan Belanda, 25 tahun lalu (1995), sebagai penjaga perdamaian yang bertanggung jawab atas kematian 300 orang Muslim di Bosnia.

Ratusan Muslim itu dibantai di dekat Srebrenica di Bosnia dan Herzegovina selama perang saudara Yugoslavia, demikian putusan pengadilan banding Den Haag.

Putusan tersebut menguatkan keputusan pengadilan di bawahnya tiga tahun yang lalu bahwa pasukan Belanda seharusnya tahu bahwa orang-orang yang mencari perlindungan ke markas mereka akan dibunuh oleh tentara Serbia Bosnia.

Banyak korban, jumlahnya tidak terhitung, telah melarikan diri ke daerah aman, dan salah satunya termasuk ke markas pasukan Belanda. Namun, tentara Belanda tidak memberikan perlindungan.

“Saat itu ratusan Muslim sedang menuju ke markas Belanda di dekat Srebrenica, namun diusir sehingga mereka jatuh ke tangan pembantai yang menyerang,” demikian nota pengadilan.

Hakim ketua, Gepke Dulek-Schermers, mengatakan bahwa tentara Belanda "tahu atau seharusnya tahu bahwa orang-orang tersebut tidak hanya harus dilindungi, tapi benar-benar terancam akan mengalami penyiksaan atau eksekusi."

Hakim menambahkan, "Dengan mengusir orang-orang itu keluar dari kompleks tanpa syarat, mereka kehilangan kesempatan untuk bertahan hidup".

Menurut hakim, tentara Belanda telah memfasilitasi pemisahan antara laki-laki dewasa dan anak laki-laki di antara para pengungsi.

Putusan banding itu dikeluarkan saat seorang pengacara bagi 200 veteran tentara Belanda mengatakan bahwa kliennya berencana untuk menuntut negara agar memberikan kompensasi atas trauma yang dialami kliennya setelah dikirim ke "misi yang mustahil" di Srebrenica.

Sebanyak 200 tentara Belanda bertugas di batalion Dutchbat III untuk melindungi daerah kantong Muslim di Srebrenica, Serbia Bosnia, ketika wilayah itu dikendalikan mantan Jenderal Ratko Mladic.

Namun, ratusan orang yang sedang berlari ke markas tentara Belanda, untuk mencari perlindungan dari kejaran para pengikut Mladic, justru diusir sehingga mereka semua dibantai.

Sekitar 8.000 pria dewasa dan anak laki-laki Muslim terbunuh oleh tentara Serbia Bosnia di Srebrenica pada Juli 1995.

Peristiwa itu merupakan pembantaian masal terburuk di bumi Eropa sejak Perang Dunia II, yang juga disebut pembantaian atau genosida Srebrenica.

Keputusan di pengadilan banding Den Haag tersebut secara khusus berkaitan dengan 300 orang yang telah mencari keamanan di pangkalan yang dikuasai Belanda.

Pemerintah Belanda mengundurkan diri pada tahun 2002 setelah mengakui kegagalannya untuk melindungi para pengungsi.

Belanda berpendapat bahwa orang Serbia Bosnia, bukan tentara Belanda, bertanggung jawab atas pembunuhan tersebut.

Mladic telah diadili karena kasus genosida tersebut dengan putusan yang diharapkan akan ditentukan pada akhir tahun 2017 ini.

Pengadilan menolak permohonan banding dari keluarga para korban Srebrenica lainnya, yang berpendapat bahwa pemerintah Belanda harus bertanggung jawab atas perlindungan lebih dari ribuan Muslim yang berkumpul di luar pangkalan tersebut.

Munira Subasic, dari kelompok “Mothers of Srebrenica” mengatakan, "Ini adalah ketidakadilan yang luar biasa. Belanda harus bertanggung jawab atas para korban karena mereka seharusnya bisa menjaga semuanya menjadi aman di kompleks Dutchbat (batalion Belanda).”

(Kompas/Shabestan/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: