Pesan Rahbar

Home » » Permohonan Seorang Budak

Permohonan Seorang Budak

Written By Unknown on Tuesday, 25 July 2017 | 03:57:00


Lelaki tua bergamis sederhana itu berkeliling di pasar Kufah, menelisik perilaku para pedagang pasar. Jangan sampai ada orang yang terzalimi. Jangan sampai mencatut barang atau menimbun barang jadi hal lumrah di pasar Muslimin. Pelan-pelan dia mendekati barisan penjual kurma.

Para pedagang kurma menata kurma-kurma mereka di atas wadah-wadah kayu dan besi. Sebagian pedagang kurma sibuk mengusir lalat yang merubung. Alih-alih pergi menjauh, lalat-lalat itu terus kembali merubung kurma, seolah ingin menjilat manisnya kurma. Sebagian pedagang yang ingin menjual kurma bersih tanpa jilatan lalat terlihat duduk santai. Mereka sudah menutup kurma mereka dengan sejenis kain kasa.

Tiba-tiba terdengar isak tangis seorang budak perempuan kecil. Dia mendekati salah satu penjual yang kurmanya banyak dirubung lalat. “Tolong ambil kembali kurma ini Pak. Kalau tidak, tuan akan memukul saya. Kalau tuan sudah marah, tuan tak akan terima alasan apapun.”

“Eh…cepat pergi dari sini! Kan saya sudah bilang kalau barang yang sudah laku tak bisa dikembalikan lagi!?” bentaknya.

Mendengar suara tangisan dan gaduh, orang-orang mulai berkerumun di sekitar mereka. “Hei..hei…buat apa kalian semua berkumpul di sini? Pergi sana!” seru pedagang kurma sembari mendorong salah seorang pemuda dalam kerumunan. Sebal melihat sikap pedagang, seorang pemuda di jantung kerumunan berteriak, “Dasar! Beraninya cuma sama anak-anak!” Mendengar celaan itu pedagang kurma langsung mendekati dan menampar lelaki itu. Bekas jari tangan terukir manis di pipi sang pemuda.

Warga yang berkerumun mulai bubar ketika lelaki tua bergamis sederhana menyibak kerumunan, mendekati anak perempuan. “Kenapa engkau menangis nak? Apa yang terjadi,” tanya lelaki tua itu sambil mengelus lembut kepalanya.

“Saya…saya tadi beli kurma satu dirham dari Bapak ini. Saya bawa pulang…tapi tuan bilang tidak suka kurma yang seperti ini. Saya disuruh kembalikan..kalau tidak, saya tidak boleh kembali ke rumah. Tapi Bapak ini…tidak mau,” jelas anak perempuan terpatah-patah sambil sesekali menghapus air mata.

Lelaki tua bergamis sederhana dengan penuh wibawa menatap penjual kurma. “Tolong ambil kurmanya dan kembalikan uang anak ini Pak,” pintanya dengan santun. Pedagang kurma mendekati lelaki tua. Jarak dada mereka hanya sejengkal. Mendelik, dia mencondongkan wajah ke arah lelaki tua dan berkata, “Tidak ada urusannya dengan kamu. Saya tidak akan ambil kurma itu!”

Lelaki tua kembali memohon, lebih santun lagi. “Pak, Islam sangat mencintai akhlak karimah. Tolong Pak, ambillah kurmanya dan kembalikan uang anak ini.” Wajah pedagang semakin merah. Matanya semakin mendelik. Dia lalu mengangkat tangan, berniat memukul lelaki tua. Sebelum tangannya lolos mendarat, seseorang dengan lihai menangkap tangannya. “Dasar orang jahil! Kau tahu siapa lelaki ini? Dia satu-satunya jagoan Khaibar. Dia Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib.’

Pedagang kurma kaget setengah mati. Ketakutan, dia buru-buru mengambil kurma dari tangan budak perempuan dan memberinya koin satu dirham. Pendar-pendar kebahagiaan seketika memenuhi mata sembab anak itu. Pedagang kurma lalu mendekati Khalifah, berusaha meraih tangan mulianya untuk meminta maaf. Tapi Amirul Mukiminin menepis tangannya. “Wahai Khalifah…maafkan saya,” pintanya memelas. “Saya akan memaafkan jika Anda menerapkan adab dan akhlak karimah,” jawab Amirul Mukminin sebelum meninggalkan tempat itu. Pedagang kurma merasa seolah baru berjalan puluhan kilo di bawah terik matahari tanpa minum sedikit pun. Dia duduk terjatuh dan memukul-mukulkan tangan ke kepala. Seketika, kurma-kurma di atas wadah-wadah kayu jatuh berserakan karena tersenggol tangannya.[]


Diadaptasi dari buku Satu Hadits Satu Kisah

(Islam-Indonesia/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: