Allamah Thabathaba’i menguraikan adab-adab berdoa, dan syarat-syarat ijabahnya suatu doa:
Pertama: Dalam keadaan suci
Di antara adab-adab berdoa harus dalam keadaa berwudh’, khususnya ketika berdoa sesudah shalat.
Kedua: Bersedekah, memakai wangi-wangian, dan pergi ke masjid
Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata: “Jika ayahku punya hajat, ia bersedekah dulu, lalu memakai wangi-wangian dan pergi ke masjid.” (Al-Kafi 2: 347).
Ketiga: Melakukan shalat
Sebelum berdoa disunnahkan melakukan shalat hajat dua rakaat:
Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata: “Barangsiapa yang berwudhu’ dan memperbaiki wudhu’nya, kemudian melakukan shalat dua rakaat, dan menyempurnakan ruku’ dan sujudnya; sesudah salam memuji Allah azza wa jalla, membaca shalawat, kemudian memohon hajatnya. Dengan cara inilah ia telah mengharapkan kebaikan dalam keinginannya. Barangsiapa yang mengharap kebaikan dalam keinginannya, maka ia tidak akan disia-siakan.” (Biharul Anwar 93: 314, hadis ke 20).
Keempat: Membaca Basmalah
Sebelum berdoa harus membaca Bismillâhir Rahmânir Rahîm.
Rasulullah saw bersabda:“Tidak akan ditolak suatu doa yang dimulai dengan Bismillâhir Rahmânir Rahîm.” (Biharul Anwar, 93: 313).
Kelima: Memuji Allah swt
Memuji Allah swt artinya mengakui keesaan Allah swt, membuktikan kebergantungan hanya kepada-Nya tidak kepada selain-Nya. Bagi yang hendak memohon hajat kepada Allah swt dalam urusan dunia dan akhirat, ia harus memuji Allah, mensyukuri karunia dan nikmat-Nya sebelum berdoa. Imam Ali bin Abi Thalib (sa) berkata:
Keenam: Berdoa dengan Asmaul Husna
Bertawasul dengan Asmaul husna dalam berdoa diperintahkan oleh Allah swt dalam firman-Nya:
“Allah memiliki Asmaul husna, hendaknya kamu berdoa dengannya.” (Al-A’raf/7: 180).
“Katakanlah, berdoalah kepada Allah atau berdoalah kepada Ar-Rahman. Dengan nama yang mana saja kamu berdoa, Dia mempunyai Asmaul husna.” (Al-Isra’/17: 110).
Misalnya, jika mengharapkan rizki, maka sebutlah:
يَا رَزَّاقُ، يَا وَهَّابُ، يَا جَوَّادُ، يَا مُغْنِي، يَا مُنْعِمُ، يَامُفْضِلُ، يَا مُعْطِي، يَا كَرِيْمُ، يَا وَاسِعُ، يَا
مُسَبِّبَ اْلاَسْبَابِ، يَا مَنَّانُ، يَارَزَّاقَ مَنْ يَشَاءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ
Wahai Yang Maha Pemberi rizki
Wahai Yang Maha Pemberi anugerah
Wahai Yang Maha Dermawan
Wahai Yang Maha Memberi kekayaan
Wahai Yang Maha Memberi kenikmatan
Wahai Yang Maha Memberi karunia
Wahai Yang Maha Memberi
Wahai Yang Maha Mulia
Wahai Yang Maha Luas
Wahai Sebab dari semua sebab
Wahai Yang Maha Pemberi karunia
Wahai Yang Maha Pemberi rizki kepada orang yang dikehendaki tanpa perhitungan
Jika mengharapkan pengampunan dan taubat, sebutlah:
يَا تَوَّابُ، يَا رَحْمَنُ، يَا رَحِيْمُ، يَا رَؤُوفُ، يَا عَطُوفُ، يَا صَبُورُ، يَا شَكُورُ، يَا عَفْوُ، يَا غَفُورُ، يَا فَتَّاحُ،
يَاذَا الْمَجْدِ وَالسَّمَاحِ، يَا مُحْسِنُ، يَا مُجْمِلُ، يَا مُنْعِمُ.
Wahai Yang Maha Menerima taubat
Wahai Yang Maha Pengasih
Wahai Yang Maha Penyayang
Wahai Yang Maha Penyantun
Wahai Yang Maha Pengasih
Wahai Yang Maha Sabar
Wahai Yang Maha Bersyukur
Wahai Yang Maha Pemaaf
Wahai Yang Maha Pengampun
Wahai Yang Maha Membuka pintu taubat
Wahai Yang Memiliki kemuliaan dan pengampunan
Wahai Yang Maha Memberi kebaikan
Wahai Yang Maha Memberi keindahan
Wahai Yang Maha Memberi kenikmatan
Jika mengharapkan perlindungan dari musuh, maka sebutlah:
يَا عَزِيْزُ، يَا جَبَّارُ، يَا قَهَّارُ، يَا مُنْتَقِمُ، يَاذَا الْبَطْشِ الشَّدِيْدِ، يَا فَعَّالُ لِمَا يُرِيْدُ، يَا قَاصِمَ
الْمَرَدَةِ يَا طَالِبُ، يَا غَالِبُ، يَا مُهْلِكُ، يَا مُدْرِكُ، يَا مَنْ لاَ يُعْجِزُهُ شَيْءٌ.
Wahai Yang Maha Agung
Wahai Yang Maha Memaksa
Wahai Yang Maha Perkasa
Wahai Yang Maha Pendendam
Wahai Yang Memiliki serangan yang dahsyat
Wahai Yang Melakukan apa yang dihendaki
Wahai Yang Menghancurkan orang-orang yang sombong
Wahai Yang Maha Menuntut
Wahai Yang Maha Mengalahkan
Wahai Yang Maha Membinasakan
Wahai Yang Maha Mengetahui
Wahai Yang Tidak Dilemahkan oleh apapun
Jika mengharapkan ilmu, maka sebutlah:
يَا عَالِمُ، يَا فَتَّاحُ، يَا هَادِي، يَا مُرْشِدُ، يَا مُعِزُّ، يَا رَافِعُ
Wahai Yang Maha Mengetahui
Wahai Yang Maha Membuka pintu ilmu
Wahai Yang Maha Memberi petunjuk
Wahai Yang Maha Membimbing
Wahai Yang Maha Memuliakan
Wahai Yang Maha Meninggikan derajat
Dan nama-nama Allah yang lain yang semakna dengannya
(kitab Iddadud Da`i: 199).
Ketujuh: Membaca shalawat kepada Rasulullah saw dan keluarganya
Sebelum berdoa hendaknya membaca shalawat kepada Nabi saw dan keluarganya. Karena shalawat merupakan syarat utama dalam ijabahnya doa.. Ini menunjukkan bahwa dalam berdoa kita perlu pertolongan Rasulullah saw dan Ahlul baitnya yang suci, dan kita harus menyakini bahwa pertolongan ini bersambung kepada Allah swt. Karena itu, shalawat merupakan wasilah yang terpenting untuk diterimanya amal dan diijabahnya doa.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَأَهْلِ بَيْتِهِ الَّذِيْنَ أَذْهَبَ اللهُ عَنْهُمُ الرِّجْسَ وَطَهَّرَهُمْ تَطْهِيْراً،
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَأَهْلِ بَيْتِهِ الَّذِيْنَ أَلْهَمْتَهُمْ عِلْمَكَ، وَاسْتَحْفَظْتَهُمْ كِتَابَكَ،
وَاسْتَرْعَيْتَهُمْ عِبَادَكَ، اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَأَهْلِ بَيْتِهِ الَّذِيْنَ أَمَرْتَ بِطَاعَتِهِمْ وَأَوْجَبْتَ
حُبَّهُمْ وَمَوَدَّتَهُمْ، اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَأَهْلِ بَيْتِهِ الَّذِيْنَ جَعَلْتَهُمْ وُلاَةَ أَمْرِكَ بَعْدَ
نَبِيِّكَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى أَهْلِ بَيْتِهِ
Ya Allah, sampaikan shalawat kepada Muhammad dan Ahlul baitnya yang telah Allah hilangkan dari mereka dosa dan mensucikan mereka sesuci-sucinya. Ya Allah, sampaikan shalawat kepada Muhammad dan Ahlul baitnya yang Kau ilhamkan kepada mereka ilmu-Mu, Kau suruh mereka menjaga kitab-Mu, dan menjaga hamba-hamba-Mu. Ya Allah, sampaikan shalawat kepada Muhammad dan Ahlul baitnya yang Kau perintahkan kami mentaati mereka, dan Kau wajibkan pada kami mencintai dan menyayangi mereka. Ya Allah, sampaikan shalawat kepada Muhammad dan Ahlul baitnya yang Kau jadikan mereka pemimpin pemerintahan-Mu sesudah Nabi-Mu (semoga Allah senantiasa mencurahkan shalawat-Nya kepadanya dan Ahlul baitnya). (Biharul Anwar, 94: 67, hadis ke 55).
shalawat kemudian beliau menyampaikan permohonannya, misalnya:
يامَنْ لاتَنْقَضِي عَجَائِبُ عَظَمَتِهِ، صَلِّ عَلَى مُحَمَّد وَآلِهِ، وَاحْجُبْنَا عَنِ الالْحَادِ فِي عَظَمَتِكَ. وَيَا مَنْ لاَ
تَنْتَهِي مُدَّةُ مُلْكِهِ، صَلِّ عَلَى مُحَمَّد وَآلِـهِ، وَأَعْتِقْ رِقَابَنَا مِنْ نَقِمَتِك. وَيَا مَنْ لا تَفْنَى خَزَائِنُ
رَحْمَتِهِ، صَلِّ عَلَى مُحَمَّد وَآلِهِ، وَاجْعَلْ لَنا نَصِيباً فِي رَحْمَتِكَ. وَيَا مَنْ تَنْقَطِعُ دُونَ رُؤْيَتِهِ الابْصَارُ،
صَلِّ عَلَى مُحَمَّد وَآلِهِ، وَأَدْنِنَا إلَى قُرْبِكَ
Wahai Dia yang keajaiban kebesaran-Nya tidak pernah terhenti
sampaikan shalawat kepada Muhammad dan keluarganya
halangilah kami dari penentangan terhadap keagungan-Mu
Wahai Dia yang tak pernah berakhir kelangsungan kekuasaan-Nya
sampaikan shalawat kepada Muhammad dan keluarganya
selamatkan kami dari siksa-Mu
Wahai Dia yang perbendaharaan kasih-Nya tidak pernah habis
sampaikan shalawat kepada Muhammad dan keluarganya
berlahi kami bagian dari kasih-Mu
Wahai Dia yang tanpa memandang-Nya mata hati akan mengering
sampaikan shalawat kepada Muhammad dan keluarganya
dekatkan kami ke haribaan-Mu.
(Shahifah Sajjadiyah: Doa ke 5).
Kedelapan: Bertawassul dengan Rasulullah saw dan Keluarganya
Di antara cara tawassul dengan Rasulullah saw dan Ahlul baitnya (sa), dan kalimat yang diajarkan oleh mereka:
اَللَّهُمَّ اِنِّي أَتَوَجَّهُ إِلَيْكَ بِمُحَمَّدٍ وَآلِ مُحَمَّدٍ، وَأَتَقَرَّبُ بِهِمْ إِلَيْكَ، وَأُقَدِّمُهُمْ بَيْنَ
يَدَيَّ
حَوَائِجِي
Ya Allah, sungguh aku menghadap kepada-Mu dengan Muhammad dan keluarga Muhammad, aku mendekatkan diri kepada-Mu dengan mereka, dan aku hadapkan mereka kepada-Mu sebelum aku menyampaikan hajat-hajatku. (Biharul Anwar 94: 22, hadis ke 19).
Kesembilan: Mengakui dosa-dosa
Mengakui dosa-dosa dan bertaubat dari segala salah dan dosa merupakan syarat dan adab berdoa yang sangat penting. Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) pernah berkata: “Tiada puja dan puji kecuali semua milik Allah swt, kemudian akui dosa-dosa, lalu sampaikan permohonan kepada Allah swt. Demi Allah, tidak akan ada seorang hamba yang dapat keluar dari dosanya kecuali dengan pengakuan.” (Al-Kafi 2: 351, hadis ke 3).
Di antara doa Imam Ali bin Abi Thalib (sa) yang diriwayatkan oleh Kumail bin Ziyad:
وَقَدْ اَتَيْتُكَ يَااِلَهِي بَعْدَ تَقْصِيْرِي وَاِسْرَافِي عَلَى نَفْسِي مُعْتَذِرًا نَادِمًا مُنْكَسِرًا مُسْتَقِيْلاً.
مُسْتَغْفِرًا مُنِيْبًا مُقِرًّا مُذْعِنًا مُعْتَرِفًا وَلاَاَجِدُ مَفَرًّا مِمَّاكَانَ مِنِّي وَلاَمَفْزَعًا. اَتَوَجَّهُ اِلَيْهِ
فِي اَمْرِي. غَيْرَ قَبُوْلِكَ عُذْرِي وَاِدْخَالِكَ اِيَّايَ فِي سَعَةِ رَحْمَتِكَ. اَللَّهُمَّ فَاقْبَلْ عُذْرِي. وَارْحَمْ شِدَّةَ
ضُرِّي وَفُكَّنِي مِنْ شَدِّ وَثَاقِي
Aku datang kini menghadap-Mu, ya Ilahi,
dengan segala kekuranganku,
dengan segala kedurhakaanku (pelanggaranku),
sambil menyampaikan pengakuan dan penyesalanku
dengan hati yang hancur luluh,
memohon ampun dan berserah diri,
dengan rendah hati mengakui segala kenistaanku.
Karena segala cacatku ini,
tiada aku dapatkan tempat melarikan diri,
tiada tempat berlindung untuk menyerahkan urusanku,
selain pada kehendak-Mu untuk menerima pengakuan kesalahanku
dan memasukkan aku pada kesucian kasih-Mu.
Ya Allah,
terimalah pengakuanku,
lepaskan dari kekuatan belengguku.
(Mafatihul Jinan)
Kesepuluh: Menyampaikan permohonan
Setelah memuji Allah, bershalawat, dan mengakui dosa-dosa, maka sampaikan permohonan dan apa menyampaikan apa yang diinginkan dalam hal kebaikan dunia dan akhirat. Dalam hal menyampaikan permohonan, maka hendaknya secara bertahap, tidak menyampaikan sekaligus dan bermacam-macam keinginan, walaupun kita memohon kepada Tuhan Pemilik langit dan bumi yang tak akan dilemahkan oleh banyaknya keinginan kita, dan tidak akan habis khazanah rahmat-Nya karena banyaknya permohonan.
Kesebelas: Mengenal Allah swt dan berbaik sangka kepada-Nya
Allamah Al-Hilli (ra) mengatakan: Di antara syarat-syarat doa yang baik adalah orang yang berdoa mengetahui kadar apa yang diinginkan di dalam doanya. Maksudnya orang yang berdoa harus mengenal Allah dan sifat-sifat-Nya. (Minhajul Yaqin: 375).
Kedua belas: Beramal sesuai dengan pengetahuan Orang yang berdoa harus melakukan sesuatu sesuai dengan pengenalannya terhadap Pencipta-Nya.
Yakni, ia harus memenuhi janji Allah dan mentaati perintah-Nya. Dua hal ini merupakan syarat yang paling penting bagi ijabahnya doa.
Ketiga belas: Menghadap kepada Allah
Di antara adab berdoa yang paling penting adalah orang yang berdoa harus menghadap kepada Allah dengan sepenuh hati, perasaan dan wujudnya. Ia tidak hanya berdoa dengan lisan sementara hatinya disibukkan oleh urusan-urusan dunia. Di sinilah letak perbedaan antara membaca doa dengan berdoa yang sebenarnya. Doa yang diresapi oleh hati seiring dengan bacaan lisan, maka ruhaninya pasti bergetar dan hajatnya pasti dicapai oleh hati dan perasaannya.
Keempat belas: Butuh kepada Allah
Orang yang berdoa harus menunjukkan bahwa ia benar-benar butuh kepada Allah swt. Ia menghadap kepada-Nya seperti menghadapnya orang yang sangat sengsara yang tak punya lagi harapan kecuali kepada-Nya, ia harus mencurahkan semua hajatnya kepada-Nya, tidak menggantungkan hajat-hajatnya pada sebab-sebab selain-Nya yang tidak kuasa memberi bahaya dan manfaat.
Kelima belas: Menyebutkan hajat
Allah swt mengetahui semua hamba-Nya, keadaan dan semua hajatnya. Dia lebih dekat kepada mereka dari urat nadinya. Namun demikian Allah swt menyukai hamba-Nya menentukan hajatnya dan menyebutkan namanya di hadapan Allah swt. Agar di hadapan Allah swt ia benar-benar merasakan kebutuhannya pada kemuliaan-Nya, dan sangat membutuhkan karunia dan maghfirah-Nya.
Keenam belas: Melembutkan hati
Sangatlah dianjurkan bagi orang yang berdoa mengkondisikan diri agar dapat merasakan kelembutan hati, menumbuhkan rasa takut karena mengingat kematian, alam barzakh, stasiun-stasiun perjalanan di akhirat, dan hal-hal yang menakutkan di hari kiamat. Pengkondisian ini sangat penting, karena kelembutan hati menjadi sebab keikhlasan dalam mendekatkan diri pada rahmat Allah dan karunia-Nya.
Ketujuh belas: Menangis dan berusaha menangis
Sebaik-baik doa adalah doa yang disampaikan ketika hati merasa sedih dan duka, yang disertai oleh tangisan karena takut kepada Allah swt. Menangis adalah bagian dari adab-adab berdoa yang terpenting. Karena air mata adalah ungkapan pedosa, bahasa yang indah yang diungkapkan ketika bertaubat, merasakan kekhusuan, dan hanya bergantung kepada Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Air mata merupakan duta dari hati yang lembut akibat keikhlasan dan kedekatan dengan pintu Allah swt.
Kedelapan belas: Mendoakan orang lain
Di antara adab-adab berdoa yang juga sangat penting adalah mendoakan saudara-saudaranya muslimin dan muslimat, mukminin dan mukminat. Adab ini termasuk adab yang terpenting, karena hal ini mencerminkan rasa cinta sesama kaum mukminin, dan dapat menghilangkan kebencian dan perselisihan di antara mereka. Selain itu hal ini menjadi salah satu bagian dari tangga rahmat Allah swt, salah satu penyebab yang paling kuat diijabahnya suatu doa, akibat dari pahala dan karunia yang melimpah bagi orang yang berdoa dan yang didoakan.
Kesembilan belas: Merendahkan diri dan mengangkat tangan
Tentang merendakan diri dan khusuk Allah swt berfirman:
“Berzikirlah kepada Tuhanmu dengan kerendahan diri dan rasa takut.” (Al-A`raf/7: 205.
“Sesungguhnya Kami telah menimpakan azab kepada mereka, maka mereka tidak tunduk kepada Tuhannya, dan tidak juga berdoa dengan mengangkat dan merendahkan diri.” (Al-Mukminun/23: 76).
Kedua puluh: Melembutkan suara dalam berdoa
Disunnahkan tidak mengeraskan suara dalam berdoa, agar terhindar dari riya’ yang merusak nilai amal seperti debu yang dihempas angin. Allah swt berfirman:
“Berdoalah kepada Tuhanmu dengan merendahkan diri dan suara yang lembut.” (Al-A’raf/7: 55).
Imam Ali Ar-Ridha (sa) berkata:“Doa seorang hamba dengan suara yang lembut, bandingannya satu doa berbanding tujuh doa dengan suara yang keras.”
Kedua puluh satu: Tidak tergesa-gesa dalam berdoa
Di antara adab-adab berdoa adalah tidak tergesa-gesa dalam berdoa, tetapi hendaknya berdoa secara perlahan-lahan. Karena tergesa-gesa dalam berdoa mengganggu kehadiran hati dan kekhusukan dalam menghadap Allah swt. Hal ini menjadi tanda kerendahan hati dan kelembutan hati, sebagaimana tergesa-gesa dapat menyebabkan kekacauan dalam berdoa dan melupakan bagian-bagian tertentu di dalam doa.
Kedua puluh dua: Tidak putus asa
Orang yang berdoa tidak boleh putus asa dari rahmat Allah, juga tidak boleh berharap agar ijabah doanya ditunda kemudian meninggalkan doa. Karena hal ini adalah bagian dari penyakit yang menghalangi pengaruh doa. Tidak ubahnya seperti petani yang menanam bibit tanaman kemudian merawat dan memeliharanya, kemudian karena pertumbuhan dan panen tanamannya terlambat, ia meninggalkan dan menyia-nyiakannya.
Kedua puluh tiga: Istiqamah dalam berdoa
Orang yang berdoa harus tekun dan terus-menerus dalam berdoa dan memohon, baik diijabah atau tidak. Meninggalkan doa yang pernah diijabah termasuk sikap keras hati yang dicela oleh Allah swt:
“Jika manusia itu ditimpa bahaya ia memohon pertolongan kepada Tuhannya dengan kembali kepada-Nya, tetapi jika Tuhannya memberikan nikmat-Nya kepadanya ia lupa akan bahaya yang pernah ia berdoa kepada-Nya sebelumnya.” (Az-Zumar/39: 8).
Kedua puluh empat: Berdoa sebelum kejadian
Di antara adab-adab berdoa adalah, seorang hamba harus berdoa dalam keadaan suka dan duka. Karena hal ini termasuk kepercayaan kepada Allah, kebergantungan hanya kepada-Nya, harapan akan karunia-Nya untuk menolak bala’, dan ijabahnya doa ketika duka dan menderita.
Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata: “Barangsiapa yang ingin diijabah doanya ketika duka, maka hendaknya ia memperbanyak doa ketika suka.” (Al-Kafi 2: 343, hadis ke 4).
Di antara doa Imam Ali Zainal Abidin (sa): “Jangan jadikan aku orang yang sombong karena kebahagiaan dan menggerutu karena bala’, lalu tidak berdoa kepada-Mu kecuali ketika tertimpa goncangan, dan tidak mengingat-Mu kecuali ketika terjadi bahaya, kemudian ia merendahkan dirinya, dan mengangkat tangannya untuk bermohon kepada-Mu.” (Biharul Anwar 94: 130).
Kedua puluh empat: Berdoa sebelum kejadian
Di antara adab-adab berdoa adalah, seorang hamba harus berdoa dalam keadaan suka dan duka. Karena hal ini termasuk kepercayaan kepada Allah, kebergantungan hanya kepada-Nya, harapan akan karunia-Nya untuk menolak bala’, dan ijabahnya doa ketika duka dan menderita.
Kedua puluh lima: Memakai cincin aqiq atau firus
Dalam berdoa disunnahkan memakai cincin aqiq atau firus.
Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata: “Tidaklah diangkat tangan kepada Allah azza wa jalla kecuali Allah mencintai tangan yang padanya ada cincin aqiq.” (Iddatud da`i: 129).
Rasulullah saw bersabda bahwa Allah azza wa jalla berfirman: “Sungguh Aku malu pada hamba yang mengangkat tangannya yang padanya ada cincin firus, lalu mengembalikan tangannya dengan sia-sia.” (Biharul Anwar 93: 321).
(Maktabindo/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email