Etihad Airways (Foto: landor.com)
Etihad Airways, satu dari tiga maskapai terbesar di Timur Tengah, kemarin bilang pihaknya tahun lalu rugi US$ 1,9 miliar karena kerusakan pesawat dan investasi di sejumlah perusahaan penerbangan bermasalah di Eropa.
Ini merupakan kerugian pertama dialami maskapai berpusat di Ibu Kota Abu Dhabi, Uni Emirat Arab, itu sejak 2010. Padahal pada 2015, Etihad meraup laba US$ 103 juta.
Perusahaan milik pemerintah UEA tersebut kini sedang dalam pembenahan. CEO Emirates James Hogan sudah lama menduduki jabatan itu telah mundur pada 1 Juli lalu. Maskapai berumur 14 tahun ini menunjuk Ray Gammell sebagai CEO sementara Mei lalu.
Pendapatan Etihad tahun lalu anjlok 7,1 persen ke angka US$ 8,36 miliar meski jumlah penumpang naik 5,1 persen menjadi 18,5 juta orang.
"Tahun ini merupakan tantangan bagi industri penerbangan sipil global," kata Gammell lewat keterangan tertulis.
Dia menambahkan Etihad secara keseluruhan telah memotong pengeluaran sebesar empat persen melalui pengurangan karyawan dan kebijakan lainnya.
Etihad Airways, dibentuk pada Juli 2003, memiliki 131 armada melayani 90 rute.
Etihad dua tahun lalu membangun aliansi sendiri dengan menggandeng Alitalia, Jetairways, Air Berlin, Niki, Air Serbia, dan Air Seychelles.
(Al-Balad/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email