Pesan Rahbar

Home » » Firdaus Yang Terkoyak

Firdaus Yang Terkoyak

Written By Unknown on Sunday, 27 August 2017 | 17:22:00


Sebelum Bumi Syam diserbu oleh pasukan kelompok militan ‘ISIS’ dan pemberontak dukungan Arab Saudi dan Amerika Serikat , pemerintah Suriah pernah menyelenggarakan sebuah perhelatan yang diberi nama: Festival Damaskus Ibukota Kebudayaan Arab Tahun 2008. Dalam sambutan pembukaan festival tersebut, Perdana Menteri Ir. Muhammad Naji Otri mengingatkan masyarakat Suriah untuk memelihara Damaskus sebagai aset dunia. ”Anda harus tahu bahwa kota yang Anda diami ini, merupakan ibu kota tertua dalam sejarah manusia. Sejak dahulu, semua peradaban bertemu dalam damai di sini”kata Otri.

Pernyataan Otri memang ada benarnya. Bahkan menurut legenda yang beredar di kalangan masyarakat, Damaskus didirikan oleh salah satu cucu Nabi Nuh. Namun mayoritas ahli sejarah sepakat bahwa Damaskus sudah ada sejak 24.000 tahun yang lalu. Itu didasarkan pada bukti otentik tertua yakni prasasti Ebla (3000 SM) dan prasasti Mesir (1500 SM) yang menyebut kota ini sebagai “Dimeshq”.

Laiknya kota-kota tua yang ada di kawasan Arabia, dari masa ke masa Damaskus dikuasai secara silih berganti oleh berbagai bangsa. Mulai bangsa Aramic (Syiriani), Yunani, Kekaisaran Romawi hingga Kekhalifahan Arab Islam.Tidak aneh, jika di Damaskus terdapat banyak budaya dan agama. Yang paling terbesar adalah Kristen Suriyani, Kristen Greek (Yunani) dan Islam.

Pada masa kekuasaan Romawi, tidak mudah bagi penduduk asing untuk memasuki kota Damaskus. Itu disebabkan kota tersebut dikelilingi oleh pagar tembok yang tinggi (walled city). Ada tujuh pintu utama yang harus dilalui jika ingin memasuki Damaskus. Pintu utama itu masing-masing adalah Bab Syarqi, Bab Jabiyah, Bab Kisani, Bab Shaghir, Bab Touma, Bab Janiq, dan Bab Faradis.

Ketatnya penjagaan di masing-masing pintu utama, menjadikan Damaskus sulit untuk ditembus oleh pasukan manapun. Itu juga yang terjadi dengan pasukan Arab Islam pimpinan Panglima Khalid ibn Walid, saat ingin mengusai Damaskus pada 634 Masehi.”Damaskus baru jatuh, setelah Khalid menemukan strategi brilyan di hari ke-69 sejak kota itu dikepung dari berbagai penjuru oleh pasukan Arab Islam,”tulis Muhyeddin Al Khayyat dalam Durusut Tarikhil Islami Jilid II.

Saat pengepungan memasuki hari ke-68, telik sandi pasukan Arab Islam mencium rumor King Jabala IV—wakil Kaisar Heraklius untuk wilayah Suriah—tengah bersuka cita. Itu terjadi karena dia baru saja mendapatkan seorang putera dari permaisurinya. Untuk merayakan kelahiran penerus tahtanya itu, King Jabala IV memutuskan untuk membuat sebuah pesta. Dia tidak menghiraukan situasi Damaskus yang masih ada dalam keadaaan terkepung.

Pada suatu malam, saat pengepungan memasuki hari ke-70, perayaan pun dilangsungkan. Kala pesta pora tengah berlangsung, secara diam-diam bergeraklah satu peleton pasukan Arab Islam dipimpin langsung oleh Khalid. Mereka merayap dan coba mendekati dinding tembok kota pada bagian Gerbang al Syarqi.

”Saat para penjaga menara benteng sedang lengah, tali-tali berkait besi dilontarkan ke atas tembok kota. Satu demi satu, mereka merayap ke atas dan menyergap secara mendadak para penjaga benteng. Secepat kilat mereka pun melumpuhkan para penjaga pintu sekaligus membuka gerbangnya…”tulis Joesoef Sou’yb dalam Sejarah Daulat Khulafaur Rasyidin.

Begitu pintu gerbang terbuka, pasukan kaveleri Arab Islam menghambur bak air bah. Di tengah denting pedang dan jerit kesakitan, suara takbir bersipongan memenuhi kawasan Damaskus. Demi menghadapi serangan tiba-tiba itu, pasukan gabungan Kerajaan Ghasan dan Kekaisaran Romawi sama sekali tak berdaya. Delapan jam kemudian, tepat saat matahari muncul di ufuk timur, gabungan pasukan 2 kerajaan besar itu bertekuk lutut.

Bulan September 635, Damaskus jatuh ke tangan Pasukan Arab Islam. Menurut sejarawan Philip K.Hitti, inilah awal pertama kali sejak ribuan tahun yang lalu, legiun Romawi yang dikenal terlatih dan bersenjata mutakhir kalah telak dari sebuah bangsa yang datang dari gurun pasir.”Setelah pengepungan yang begitu lama, akhirnya Khalid bisa berdiri di depan pintu gerbang kota tertua di dunia,”tulis Philip K.Hitti dalamHistory of the Arabs.

Dikisahkan dalam sejarah, berita kemenangan di Damaskus disambut suka cita oleh penduduk Madinah.Namun tidak ada pesta pora dan perayaan. Untuk kemenangan tersebut, Khalifah Umar ibn Khattab merasa cukup merayakannya dengan shalat syukur di Mesjid Nabawi.

Sejak Islam masuk ke Damaskus, umat Islam dan Kristen bersepakat untuk hidup berdampingan dan saling menghormati. Mereka lantas membagi Damaskus dalam 2 kawasan. Sebelah timur adalah kawasan Islam dan sebelah barat adalah kawasan Kristen. Secara bersama, mereka beribadah dalam suatu tempat yang hanya dipisahkan oleh dinding tembok. Umat Islam mengumandangkan adzan sedangkan umat Kristen membunyikan lonceng.

Pada 705, Khalifah Al Walid bin Abdul Malik merasa perlu untuk membangun Masjid yang megah sesuai dengan kebutuhan kaum Muslim dan pemerintahan Islam waktu itu. Berdasarkan hasil musyawarah antara kedua belah pihak (Islam dan Kristen) maka sebagai gantinya sang Khalifah mengizinkan dibangunnya gereja-gereja di daerah Bab Touma dan sekitarnya. Dalam masa sekitar 10 tahun berdirilah bedirilah Masjid Umawi yang besar dan megah dengan ukuran panjang 150 m dan lebar 100 m.

Damaskus lantas hidup dalam perdamaian. Begitu damainya, sehingga saat berkunjung ke kota tersebut, Ibn Jubair, musafir Spanyol yang hidup di abad ke-12 M) menyebut Damaskus sebagai firdaus dunia. Sayang akibat nafsu kuasa negeri adi daya, firdaus itu terkoyak kurang lebih lima tahun. Kini, meski belum semua, wilayah yang telah ditinggal pergi oleh ISIS dan pemberontak asing lainnya berangsur-angsur dipulihkan.

(Islam-Indonesia/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: