Kafir akidah ialah ia yang meskipun dalam dirinya terdapat perasaan, akal dan fitrah penetapan terhadap adanya Tuhan yang Maha Pengasih, namun ia malah mengingkarinya, orang seperti ini disebut kafir dan najis.
Shabestan News Agency, dalam sebuah penjelasannya, Hujjatul Islam Ahmad Zadhosh menjelaskan bahwa mungkin saja manusia meyakini Allah swt yang Maha Besar dan Maha Pengasih, namun di sisi lain ia tidak menghiraukan firman dan juga kalam-Nya.
Ia menambahkan, mungkin saja kita berkata pengakuan dan pernyataan ke-Esaan Allah berdasarkan ucapan akan mengeluarkan seseorang dari label kafir kemudian masuk ke wilayah Iman, namun kejadian seperti ini hanya menghasilkan bolehnya pernikahan dan perkara lainnya, dan pada hakikatnya siapa yang menyatakan dirinya telah mengenal ke-Esaan Allah kemudian merasa cukup dengan keadaan seperti itu?!
Lebih lanjut Hujjatul Islam Zadhosh menuturkan, terdapat dua macam kekafiran, yang pertama kafir secara akidah dan kedua kafir secara amal atau praktek.
Kafir akidah ialah ia yang meskipun dalam dirinya terdapat perasaan, akal dan fitrah penetapan terhadap adanya Tuhan yang Maha Pengasih, namun ia malah mengingkarinya, orang seperti ini disebut kafir dan najis.
Kafir yang kedua ialah kafir secara amal atau praktek, kafir ini berbeda dengan kafir akidah namun tetap disebut kafir. Dimana seseorang memiliki keimanan terhadap Allah swt yang Maha Besar, namun ia tidak seberapa menghiraukan wahyu, syariat, ibadah, firman-firman dan kehendak Ilahi, dan orang seperti ini disebut dengan kafir secara amal dan praktek.
(Shabestan/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email