Al-Jazeera dituduh menghasut rakyat Palestina untuk melawan Israel.
Menteri Komunikasi Israel Ayub Kara kemarin mengumumkan pemerintah negara Zionis itu akan menutup kantor Al-Jazeera di Kota Yerusalem sekaligus mencabut izin para wartawannya.
Kara menuding stasiun televisi asal Ibu Kota Doha, Qatar, itu menyokong terorisme dan menghasut rakyat Palestina untuk melawan Israel.
Dia mengklaim hampir semua negara di Timur Tengah menyimpulkan Al-Jazeera, pertama kali tayang pada 1996, mendukung terorisme dan memicu munculnya radikalisme agama.
"Ketika kami melihat semua negara ini menyatakan Al-Jazeera adalah alat dari ISIS, Hamas, Hizbullah, dan Iran, hanya kami satu-satunya negara belum menetapkan hal tersebut, kemudian suatu halusinasi sedang terjadi di sini," kata Kara dalam jumpa pers di Yerusalem, dimana wartawan Al-Jazeera dilarang meliput.
Arab Saudi, Uni Emirat Arab (UEA), Bahrain, dan Mesir memboikot Al-Jazeera setelah mereka memutus hubungan diplomatik dengan Qatar sejak 5 Juni lalu.
Keempat negara Arab ini beralasan Qatar menyokong terorisme. Arab Saudi, UEA, dan Bahrain memberlakukan blokade darat, laut, dan udara terhadap Qatar.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mendukung kebijakan Ayub Kara itu.
Dua pekan lalu, Netanyahu menyatakan ingin menutup Al-Jazeera. "Al-Jazeera terus menghasut untuk melakukan kekerasan soal isu Al-Aqsa," tulis Netanyahu di akun Facebooknya.
Bentrokan dan ketegangan terjadi bulan lalu setelah Israel menutup Al-Aqsa, kemudian dibuka lagi dengan melakukan pembatasan: memasang detektor logam lalu kamera di pintu masuk kompleks Masjid Al-Aqsa.
(
Reporter Al-Jazeera di Israel. (Foto: Al-Jazeera)
Menteri Komunikasi Israel Ayub Kara kemarin mengumumkan pemerintah negara Zionis itu akan menutup kantor Al-Jazeera di Kota Yerusalem sekaligus mencabut izin para wartawannya.
Kara menuding stasiun televisi asal Ibu Kota Doha, Qatar, itu menyokong terorisme dan menghasut rakyat Palestina untuk melawan Israel.
Dia mengklaim hampir semua negara di Timur Tengah menyimpulkan Al-Jazeera, pertama kali tayang pada 1996, mendukung terorisme dan memicu munculnya radikalisme agama.
"Ketika kami melihat semua negara ini menyatakan Al-Jazeera adalah alat dari ISIS, Hamas, Hizbullah, dan Iran, hanya kami satu-satunya negara belum menetapkan hal tersebut, kemudian suatu halusinasi sedang terjadi di sini," kata Kara dalam jumpa pers di Yerusalem, dimana wartawan Al-Jazeera dilarang meliput.
Arab Saudi, Uni Emirat Arab (UEA), Bahrain, dan Mesir memboikot Al-Jazeera setelah mereka memutus hubungan diplomatik dengan Qatar sejak 5 Juni lalu.
Keempat negara Arab ini beralasan Qatar menyokong terorisme. Arab Saudi, UEA, dan Bahrain memberlakukan blokade darat, laut, dan udara terhadap Qatar.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mendukung kebijakan Ayub Kara itu.
Dua pekan lalu, Netanyahu menyatakan ingin menutup Al-Jazeera. "Al-Jazeera terus menghasut untuk melakukan kekerasan soal isu Al-Aqsa," tulis Netanyahu di akun Facebooknya.
Bentrokan dan ketegangan terjadi bulan lalu setelah Israel menutup Al-Aqsa, kemudian dibuka lagi dengan melakukan pembatasan: memasang detektor logam lalu kamera di pintu masuk kompleks Masjid Al-Aqsa.
(
Post a Comment
mohon gunakan email