Pesan Rahbar

Home » » Nowruz, Waktu Mengubah Hati

Nowruz, Waktu Mengubah Hati

Written By Unknown on Wednesday, 16 August 2017 | 21:56:00


Ayatullah Khamenei mengatakan, “Awal musim semi adalah awal dari tumbuhnya tanaman dan awal dari dimulainya keindahan di dunia. Ini juga menjadi awal munculnya keindahan dari diri kalian. Jadikanlah sebagai “Hari Baru”. Nowruz adalah hari baru dalam sejarah manusia dan kondisi baru dalam kehidupan manusia. Nowruz dalam diri kalian memiliki syarat. Setiap ada kejadian besar, maka hari itu adalah Nowruz. Ketika kalian bisa merealisasikan kejadian besar, maka itu juga Nowruz.”

Nowruz selama ini dikenal sebagai perayaan kuno dan simbol perubahan. Warga Iran memeringatinya dengan penuh keceriaan, kegembiraan dan masa muda.

Nowruz merupakan simbol kasih sayang dan cinta kepada sesama, cinta anggota keluarga dengan yang lainnya. Tradisi silaturahmi yang ada di masa perayaan Nowruz dapat mengokohkan hubungan persahabatan di antara teman dan orang yang dikenal, sekaligus menghapus rasa benci. Perayaan Nowruz di musim semi menjadi manifestasi keceriaan, kegembiraan, kesucian dan ketercerahan.

Alam bangkit dari tidur dengan tumbuhnya tunas yang halus dan mudah patah dari dalam hati tanah. Alunan suara burung tekukur menyebarkan wewangian tumbuh-tumbuhan yang sedang mekar. Semuanya menampilkan simfoni megah dan siapa yang menyaksikannya langsung mengembangkan senyum. Alam di musim semi mengajak manusia untuk memandang dan memikirkannya.

Simfoni alam yang indah di musim semi menciptakan kegembiraan luar biasa yang tidak dapat dilukiskan. Pada waktu itulah manusia mengalami perubahan di dalam dirinya. Ajakan perayaan musim semi ini membuat manusia memahami akan keagungan ciptaan ilahi. Karena Dia indah dan menyukai keindahan. Sekali lagi kami mengucapkan selamat merayakan Nowruz, Tahun Baru Iran.

Pada hakikatnya, musim semi merupakan bagian dari tanda-tanda kebesaran Allah untuk menunjuki dan mendidik manusia. Ada gerakan baru dalam jiwa manusia yang tertidur dan lalai selama ini. Jiwa manusia yang setiap harinya berada dalam bahaya lalai dan kerugian membutuhkan pelajaran dari alam. Perubahan merupakan ajaran terpenting dari budaya Nowruz dari sudut pandang Islam. Belajar dari perubahan yang terjadi di alam memiliki peran penting dalam perubahan jiwa manusia dan membuatnya memperhatikan sumber dari perubahan.

Mencermati masalah perubahan alam dan jiwa manusia ini, ada banyak riwayat dan hadis dari Imam Maksum as yang bermunajat kepada Allah di masa pergantian tahun dan musim ini. Mereka berdoa kepada Allah di awal tahun baru dan meminta terjadinya perubahan moral di tahun yang baru. Kita tidak hanya membutuhkan perubahan, tapi untuk berubah juga memerlukan bantuan Allah.

Harapan dapat bersemai dalam hati manusia lewat perhatian dan bantuan Allah. Oleh karenanya, saat pergantian tahun, manusia harus mengikhlaskan hatinya hanya kepada Allah agar mendapat pertolongan demi perubahan yang diinginkan. Dengan berdiri di samping taplak 7 Sin yang disiapkan dengan penuh cinta, kesucian, kasih sayang dan keceriaan kita melantunkan doa memasuki tahun baru seperti berikut...

یَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ وَ الْأَبْصَارِ

یَا مُدَبِّرَ اللَّیْلِ وَ النَّهَارِ

یَا مُحَوِّلَ الْحَوْلِ وَ الْأَحْوَالِ

حَوِّلْ حَالَنَا إِلَی أَحْسَنِ الْحَالِ

Wahai Zat yang membolak-balikkan hati dan mata

Wahai Zat yang mengatur siang dan malam

Wahai Zat yang mengubah tahun dan kondisi

Ubahlah kondisi kami menjadi kondisi terbaik


Betapa indahnya doa ini. Doa yang menuntun manusia dari perubahan lahiriah yang terjadi pada alam menuju perubahan dalam jiwa manusia.

Dalam pandangan Islam, memandang alam tidak terpisah dari memikirkan pencipta alam. Bahkan lebih jauh, alam yang merupakan ciptaan Allah merupakan manifestasi dari kekuasaan dan rahmat-Nya yang tak terhingga. Pohon dan tumbuh-tumbuhan lainnya yang merupakan manifestasi keindahan dunia, semuanya adalah tanda-tanda kebesaran Allah.

Di sini, seseorang melihat keindahan alam dan tibanya musim semi yang penuh dengan mekarnya bunga-bunga harus memikirkan juga bahwa semuanya ini merupakan tanda-tanda kebesaran Allah. Cara memandang alam tanpa mengikutkan penciptanya berarti pandangan seorang yang lalai akan pencipta. Allah Swt dalam sejumlah ayat mengingatkan bagaimana alam kembali tumbuh dan hidup agar manusia mengingat kehidupan pasca kematian. Dalam surat Fathir ayat 9 Allah berfirman:

Artinya:
“Dan Allah, Dialah Yang mengirimkan angin; lalu angin itu menggerakkan awan, maka Kami halau awan itu kesuatu negeri yang mati lalu Kami hidupkan bumi setelah matinya dengan hujan itu. Demikianlah kebangkitan itu.”

Allamah Thabathabai saat menafsirkan ayat ini menulis, “Allah dalam ayat ini menyerupakan kebangkitan manusia di Hari Kiamat dengan tanah yang kembali hidup. Dengan demikian manusia memahami bahwa setiap tahun alam memulai periode kehidupannya dan pada akhirnya mati. Manusia juga demikian. Selain ayat Quran, banyak anjuran dalam hadis agar manusia melihat perubahan yang terjadi di musim semi agar dapat mengingat kebangkitan manusia nanti.

Sebagai contoh, dalam riwayat ini disebutkan, ‘Idza Raitum al-Rabi’ Fa Aktsiru Dzikr al-Nusyur’ yang artinya bila kalian menyaksikan tibanya musim semi, maka hendaknya perbanyak mengingat kebangkitan manusia setelah Hari Kiamat. Dengan demikian, betapa indahnya bila manusia mengingat kebangkitan manusia bersamaan dengan menyaksikan perubahan yang terjadi di alam. Perubahan kehidupan alam merupakan peringatan bagi manusia untuk mengubah dirinya yang selama ini lalai.”

Kehidupan yang kini dikelilingi oleh faktor-faktor yang membuat stres ditambah lingkungan yang polusi membuat manusia membutuhkan ketenangan dan keceriaan. Tentu saja manusia bisa menemukan kegembiraan lewat banyak jalan. Salah satunya adalah melakukan perubahan dalam jiwa manusia. Tanaman yang tumbuh kembali di musim semi dan lingkungan yang menghijau memberikan kekuatan baru bagi manusia. Kekuatan ini membuat manusia ceria.

Keindahan alam yang diciptakan Allah membuat manusia gembira dan menemukan ketenangan. Dengan demikian proses perubahan dalam diri manusia menjadi lebih cepat. Sejatinya, perayaan Nowruz di awal musim semi menjadi penting pada kebaruan manusia, baik dari sisi lahiriah maupun batin. Namun tentu saja, selain memperhatikan masalah lahiriah, manusia harus mementingkan hakikat dirinya dan itu adalah ruh.

Ayatullah Khamenei mengatakan, “Awal musim semi adalah awal dari tumbuhnya tanaman dan awal dari dimulainya keindahan di dunia. Ini juga menjadi awal munculnya keindahan dari diri kalian. Jadikanlah sebagai “Hari Baru”. Nowruz adalah hari baru dalam sejarah manusia dan kondisi baru dalam kehidupan manusia. Nowruz dalam diri kalian memiliki syarat. Setiap ada kejadian besar, maka hari itu adalah Nowruz. Ketika kalian bisa merealisasikan kejadian besar, maka itu juga Nowruz.”

(Pars-Today/Tebyan/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: