Pesan Rahbar

Home » , » Padukan Budaya dan Teknologi, Ngarak Beras Perelek Raih Rekor MURI

Padukan Budaya dan Teknologi, Ngarak Beras Perelek Raih Rekor MURI

Written By Unknown on Monday, 7 August 2017 | 13:30:00


Karnaval budaya dalam rangka Peringatan Hari Jadi Purwakarta ke 186 dan Hari Jadi Kabupaten ke 49 bertajuk “Ngarak Beras Perelek” berhasil mengukir sejarah. Museum Rekor Indonesia (MURI) mencatat, sebanyak 53.918 orang secara bersama-sama membawa beras yang dimasukkan ke dalam ruas bambu.

Jumlah ini menambah rekor yang telah ditorehkan oleh kabupaten yang terkenal dengan Taman Air Mancur Sri Baduga ini menjadi sebelas rekor. Hal ini diungkapkan oleh perwakilan Museum Rekor Indonesia, Awan Rahardjo, Jum’at (4/8/2017) malam di sela penetapan rekor, di panggung utama karnaval, Jalan RE Martadinata Purwakarta.

“Sejarah baru bagi Indonesia juga Dunia, 53.918 orang secara bersamaan membawa bambu berisi beras. Ini rekor yang ke sebelas bagi Purwakarta,” jelas Awan.

Rekor ini, tutur Awan, terbilang unik mengingat beberapa hal yang menjadi penilaian khusus MURI. Selain karena berdasarkan kebudayaan di Jawa Barat, rekor ini juga tercipta dalam spirit pengentasan penggunaan Beras Sejahtera (Rastra) oleh Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi.

“Rekor ini unik ya, inspirasinya dari perilaku budaya orang Jawa Barat, juga berangkat dari keinginan agar masyarakat Purwakarta mengkonsumsi beras yang layak. Luar biasa saya kira,” ungkap Senior Manager MURI tersebut.

Hal yang diungkapkan oleh Awan, merupakan tujuan Pemerintah Kabupaten Purwakarta dalam menggelar karnaval di Hari Jadi. Targetnya, tanggal 17 Agustus 2017 ini, seluruh masyarakat Purwakarta sudah terpenuhi kebutuhan berasnya dengan konsumsi beras premium hasil urunan masyarakat mampu yang sudah dimasukan ke dalam ATM Beras.

“Ini gabungan tradisi dan teknologi, perelek itu tradisi orang Jawa Barat, ATM Berasnya itu produk teknologi. Selain ini bentuk pengamalan sila kedua Pancasila,” kata Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi.

Acara yang berlangsung sejak pukul 19.30 WIB ini juga diisi oleh tarian kolosal yang melambangkan Nyi Pohaci, simbol kemakmuran Jawa Barat berdasarkan cerita rakyat. Usai tarian selesai, para peserta mulai berjalan meninggalkan tempat pembukaan di Jalan Jenderal Sudirman menuju titik finish di Jalan RE Martadinata.

Selain itu, komunitas masyarakat adat dari berbagai daerah di Jawa Barat juga turut diundang oleh panitia acara untuk mengikuti karnaval ini. Salah satunya, masyarakat adat Ciptagelar, Sukabumi yang dikenal memiliki ketahanan pangan yang kuat dengan cadangan beras yang bisa dijadikan persediaan untuk beberapa tahun ke depan.

(Islam-Indonesia/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: