Seperti dilansir AFP, Sabtu (16/9/2017), otoritas Bangladesh menyatakan akan membangun kamp baru di sebidang lahan seluas 800 hektare, yang terletak di dekat salah satu kamp pengungsian yang sudah ada di Cox’s Bazar, dekat perbatasan Myanmar.
Sekitar 14 ribu kamp penampungan baru ini dimaksudkan untuk menampung ratusan ribu pengungsi Rohingya yang saat ini terpaksa tidur di pinggir jalan, di tengah lapangan, dan di area perbukitan setempat.
“Pemerintah telah memutuskan untuk membangun 14 ribu kamp penampungan bagi sekitar 400 ribu warga Rohingya,” terang Menteri Penanggulangan Bencana Bangladesh, Shah Kamal, kepada AFP.
“Kami diminta untuk membangun kamp penampungan dalam waktu 10 hari. Setiap kamp penampungan akan bisa menampung enam keluarga pengungsi,” imbuhnya, sembari menegaskan setiap kamp penampungan akan dilengkapi sanitasi, aliran air, dan fasilitas medis yang layak.
“Kami akan mendapat bantuan dari badan-badan PBB,” ucapnya.
Penghitungan terbaru PBB mencatat nyaris 400 ribu warga Rohingya telah tiba di Bangladesh, sejak konflik kembali pecah di Rakhine, Myanmar pada 25 Agustus. Serangan militan Rohingya terhadap pos polisi dan militer Myanmar memicu operasi besar-besaran yang memaksa eksodus warga Rohingya.
Ditambahkan Shah Kamal bahwa Dinas Kesejahteraan Sosial Bangladesh akan merawat anak-anak Rohingya yang kehilangan orangtua mereka atau yang datang mengungsi ke Bangaldesh tanpa ditemani keluarganya.
Pakar HAM setempat, Nur Khan Liton, mengecam pemerintah Bangladesh atas kekacauan penyaluran bantuan kemanusiaan. Setiap kali truk bantuan kemanusiaan tiba di area kamp penampungan, selalu terjadi aksi saling berebut yang berujung perkelahian. Koresponden AFP di lokasi telah menyaksikan langsung insiden semacam ini.
“Pengungsi masih terus berdatangan. Tapi tidak ada upaya untuk menerapkan disiplin dan ketertiban dalam penyaluran bantuan. Terjadi kurang koordinasi antara pemerintah dengan badan-badan kemanusiaan,” sebutnya.
“Masih banyak orang yang tinggal di tepi jalan dan di tempat terbuka. Beberapa berhasil mendirikan tenda, sedangkan yang lain tidur tanpa atap,” imbuhnya.
(AFP/Islam-Indonesia/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email