Dilansir oleh United Nation Sustainable Development Solutions Network, negara-negara Skandinavia atau Nordic Country mendapat predikat sebagai negara paling bahagia di dunia karena mengisi tiga posisi teratas Global Happiness Rangkings di Tahun 2017 ini, berturut-turut yaitu Norwegia, Denmark, dan Islandia.
Meski dikenal sebagai negara dengan musim dingin yang panjang di dunia dan seringkali sulit beraktivitas karena cuaca, negara-negara tersebut tetap mengisi posisi-posisi puncak terkait kebahagiaan. Mengingat kondisi negara-negara nordik yang sepertinya sering menghentikan aktivitas karena lingkungan. Apakah karena semakin berkurangnya produktivitas, mereka semakin bahagia?
Jawabannya tidak sesederhana itu, justru penilaian yang dilakukan oleh United Nation Sustainable Development Solutions Network memasukkan kategori pendapatan (income) sebagai salah satu aspek utama penilaian kebahagiaan. Mungkinkah dengan pekerjaan mereka yang sedikit, bayaran mereka tetap dihargai tinggi? Berikut beberapa pelajaran sederhana agar kita bisa bahagia dengan cara belajar dari juaranya.
Keadaan Alam Memperkuat Kebersamaan
Di balik pemikiran menyeramkan kita tentang musim dingin yang panjang, ternyata orang-orang Skandinavia menggunakan kelemahan musim menjadi sesuatu hal yang menjadi salah satu pendukung kebahagiaan mereka. Saat musim dingin, waktu yang ada memang hanya cukup untuk bertemu dengan keluarga dan teman dekat. Hal itu, menurut Psychology Today justru membangun kedekatan luar biasa dan menghasilkan hubungan interpersonal yang baik. Di tambah lagi ketika musim panas dan midsummer, bersama-sama mereka menggunakan hari-harinya untuk berbagai hal bermanfaat seperti melakukan perayaan dan berkumpul dengan lebih banyak orang.
Dukungan Sosial
Berawal dari kerasnya keadaan alam, menurut Dr Jan-Emanuel De Neve seperti dilaporkan Time.com, orang-orang Skandinavia sangat memiliki rasa aman ketika berkumpul bersama komunitasnya. Dari komunitas tersebut didapatkan dukungan sosial seperti, masih adanya kemurahan hati di seluruh masyarakatnya, memiliki rasa saling percaya di atas semua kebebasan yang ada, dan mudah mendapatkan bantuan ketika menghadapi masalah. Bahkan, ketika ada dompet terjatuh di sana, orang-orang Skandinavia lebih cenderung mengembalikan dompet tersebut.
Tidak Ada Korupsi dalam Bisnis dan Pemerintahan
Salah satu aspek penilaian dari United Nation Sustainable Development Solutions Network adalah angka korupsi di negara-negara pemenang. Menurut Transparency International’s Study of Corruption Perception Worldwide, negara-negara Skandinavia paling sedikit melakukan korupsi. Hal itu dirasa karena homogenitas masyarakatnya dan kedekatan personal yang mendalam pada masing-masing orang. Selain itu, menurut Economist.com, masyarakatnya memiliki dua kualitas, yaitu mengedepankan investasi pada manusia dan melindungi manusianya dari kejahatan-kejahatan paham atau sistem yang membawa manusianya menjadi korup. Sehingga ada tekanan sosial positif untuk tidak melakukan korupsi.
Mengupas Permasalahan dari Akarnya
Negara-negara Skandinavia sangat peduli dengan kondisi psikis masyarakatnya karena kultur dukungan sosial juga kebersamaannya. Begitu pun ketika berbicara tentang permasalahan kemiskinan. Ketika dunia kerja bebas hiring dan firing pekerjanya, negara dan masyarakatnya melakukan upaya komprehensif melalui berbagai macam cara. Di sana tuna wisma dan datangnya imigran menjadi permasalahan bersama, yang disiasati oleh pemerintah dengan memberikan bantuan. Melalui program-program bantuan pelatihan, jaminan sosial bagi orang-orang terlantar, dan sangat memperhatikan keadaan anak-anak dan perempuan.
Orang-orang Skandinavia bukannya berpangku pada rasa malas karena keamanan dan jaminan yang ditanggung oleh pemerintah. Mereka memiliki kesadaran sosial tinggi, termasuk pada dirinya sendiri. Sehingga bersama-sama bisa mencapai kebahagiaan komunal walaupun keadaan alamnya sangat ekstrem.
Itulah di antara beberapa kualitas hidup bermasyarakat dan berbangsa di negara-negara Skandinavia yang layak diteladani. Untuk itu, perlu kita renungkan: Bagaimanakah cara kita bisa mengaplikasikan kondisi global di negara-negara Skandinavia pada budaya dan kearifan lokal Indonesia?
(Islam-Indonesia/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email