Brigade Izzedine al-Qassam, sayap militer kelompok Hamas, melakukan parade di Jalur Gaza (foto: dok). Iran sekarang adalah “pendukung terbesar secara finansial dan militer” kepada sayap bersenjata Hamas.
Hamas, faksi yang berkuasa di Jalur Gaza, Palestina, memiliki pemimpin baru. Yahya Sinwar, pemimpin baru Hamas diproklamirkan sebagai Perdana Menteri Gaza.
Sebagai pemimpin perlawanan, salah satu tugas pertamanya adalah memperbaiki hubungan dengan mantan pendukungnya, Iran. Keduanya sepakat membuka “lembaran baru” dalam hubungan mereka dengan tujuan untuk melawan musuh bersama, yakni Israel. Hubungan keduanya kini “mesra lagi” setelah retak terkait krisis Suriah, dimana Hamas bersikap anti-rezim Presiden Suriah Bashar al-Assad.
Sinwar mulai menjabat pada Februari 2017. Ini adalah pertemuan pertamanya dengan para wartawan sejak memangku jabatannya pada bulan Februari.
Sinwar mengaku senang dengan terjalinnya lagi pertemanan Gaza dan Teheran. Sinwar berujar, Iran sekali lagi menjadi pendukung terbesar untuk sayap militer Hamas. Sinwar mengatakan kepada para wartawan pada hari Senin bahwa Iran sekarang adalah “pendukung terbesar secara finansial dan militer” kepada sayap bersenjata Hamas.
“Iran adalah pendukung milisi militer Hamas, Brigade Izzudin al-Qassam yang paling besar secara finansial dan militer,” katanya.
Dengan bantuan Iran, kata Sinwar, dengan bantuan Iran, Hamas akan mengembangkan kekuatan militernya dalam persiapan pertempuran untuk pembebasan Palestina.
”Dukungan militer Iran kepada Hamas dan al-Qassam sangat strategis,” kata Sinwar. ”Sebuah hubungan yang sekali lagi telah menjadi fantastis dan kembali ke era sebelumnya,” lanjut dia, seperti dikutip Reuters, Selasa 29 Agustus 2017.
Kendati demikian, pemimpin baru Hamas ini akan berupaya untuk menghindari perang. Tapi, dia menegaskan bahwa Hamas tidak takut perang dan siap untuk perang.
Sebelumnya pejabat senior Hamas melakukan kunjungan ke Teheran pada hari Senin yang disambut Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Jawad Zarif. Kunjungan para pejabat Hamas juga untuk menghadiri pengambilan sumpah jabatan Presiden Iran oleh Hassan Rouhani yang terpilih kembali pada pemilu Mei lalu.
Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa dia siap untuk mengesampingkan semua pertentangan dengan Hamas di masa lalu demi mendukung Palestina dan rakyat Palestina serta persatuan dunia Muslim.
Menurut Matius Levitt dari Program Stein tentang Kontraterorisme dan Intelijen di Washington Institute mengatakan, pada tahun 2006 Iran menjadi pendukung utama Hamas dengan memberikan lebih dari seperempat anggarannya kepada faksi penguasa Jalur Gaza itu.
Namun, ketika sanksi ketat dijatuhkan PBB terhadap Iran pada tahun 2008, Teheran terpaksa lebih memilih memusatkan perhatiannya pada kesejahteraan ekonominya sendiri.
Iran pernah menjadi pendukung terbesar Hamas. Namun, hubungan tersebut mendingin dan dukungan Iran terhadap Hamas menurun setelah sejak tahun 2011 Hamas menolak mendukung sekutu Iran, rezim Presiden Suriah Bashar al-Assad dalam konflik sipil.
Hamas, sebuah kelompok perlawanan yang berupaya mengusir penjajahan Israel. Hamas telah bertempur dalam tiga perang melawan Israel sejak Zionis itu menguasai Gaza pada tahun 2007.
(Reuters/Satu-Islam/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email