Sebagian mautâ (orang-orang yang telah mati) mengeluh dan menyesal dengan penyesalan yang sangat, karena selama hidupnya di dunia tidak menyempatkan diri untuk membelanjakan hartanya di jalan taat kepada Allah.
Ketika tubuhnya kekar, mereka giat mengumpulkan harta dengan bekerja keras, banting-tulang dan memerah keringat seakan-akan waktu 24 jam siang dan malam tidaklah cukup. Wailun likulli humazatin lumazah, alladzî jama'a mâlahu wa 'addadah, yahsabu anna mâlahu akhladah... (Neraka wail bagi humazah lumazah, yaitu orang yang mengumpulkan hartanya dan menghitungnya, dia mengira bahwa hartanya itu akan melanggengkannya... ).
Ketika beranjak tua sejumlah harta telah terkumpul dari hasil jerih payahnya, namun badan mulai lemah karena organ tubuh sudah banyak yang aus, dan penyakit mulai berdatangan sedang mereka sudah tidak bisa menikmati kakayaannya.
Kini Malakul Maut sudah mengepak-ngepakkan sayapnya di atas kepalanya untuk mencabut nyawanya, kemudian dicabutlah nyawa mereka dalam keadaan lalai. Alhâkumut takâtsur hattâ zurtumul maqâbir... (Pencarian kekayaan telah melalaikanmu hingga kamu masuk lubang kubur... )
Kini penyesalan datang beruntun, karena usia telah dihabiskan, tenaga telah terkuras habis demi pencarian harta sedang ibadah sosial dengan hartanya sangatlah sedikit.
Kini yang selalu bersamanya di dalam kuburnya adalah dosa-dosanya dan akibat buruk dari permuatannya berupa penderitaan kubur, kegelapan kubur, tekanan atau himpitan kubur dan temannya yang menyertainya yang sangat menjijikkan.
Kini yang menikmati harta peninggalannya dari hasil jerih payahnya adalah anak-anaknya, kerabatnya atau bahkan orang lain yang justru tidak peduli kepadanya baik selama hidupnya maupun setelah matinya. Dan orang yang paling rakus kepada warisannya, biasanya ahli warisnya yang tidak sayang kepadanya!
وَ قَالَ ص إِنَّ أَرْوَاحَ الْمُؤْمِنِينَ تَأْتِي كُلَّ جُمُعَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا بِحِذَاءِ دُورِهِمْ وَ بُيُوتِهِمْ يُنَادِي كُلُّ وَاحِدٍ مِنْهُمْ بِصَوْتٍ حَزِينٍ بَاكِينَ يَا أَهْلِي وَ يَا وُلْدِي وَ يَا أَبِي وَ يَا أُمِّي وَ أَقْرِبَائِي اعْطِفُوا عَلَيْنَا يَرْحَمْكُمُ اللَّهُ بِالَّذِي كَانَ فِي أَيْدِينَا وَ الْوَيْلُ وَ الْحِسَابُ عَلَيْنَا وَ الْمَنْفَعَةُ لِغَيْرِنَا وَ يُنَادِي كُلُّ وَاحِدٍ مِنْهُمْ إِلَى أَقْرِبَائِهِ اعْطِفُوا عَلَيْنَا بِدِرْهَمٍ أَوْ بِرَغِيفٍ أَوْ بِكِسْوَةٍ يَكْسُوكُمُ اللَّهُ مِنْ لِبَاسِ الْجَنَّةِ ثُمَّ بَكَى النَّبِيُّ ص وَ بَكَيْنَا مَعَهُ فَلَمْ يَسْتَطِعْ النَّبِيُّ ص أَنْ يَتَكَلَّمَ مِنْ كَثْرَةِ بُكَائِهِ ثُمَّ قَالَ أُولَئِكَ إِخْوَانُكُمْ فِي الدِّينِ فَصَارُوا تُرَاباً رَمِيماً بَعْدَ السُّرُورِ وَ النَّعِيمِ فَيُنَادُونَ بِالْوَيْلِ وَ الثُّبُورِ عَلَى أَنْفُسِهِمْ يَقُولُونَ يَا وَيْلَنَا لَوْ أَنْفَقْنَا مَا كَانَ فِي أَيْدِينَا فِي طَاعَةِ اللَّهِ وَ رِضَائِهِ مَا كُنَّا نَحْتَاجُ إِلَيْكُمْ فَيَرْجِعُونَ بِحَسْرَةٍ وَ نَدَامَةٍ وَ يُنَادُونَ أَسْرِعُوا صَدَقَةَ الْأَمْوَاتِ
Dan (Rasûlullâh) saw berkata, "Sesungguhnya arwâh orang-orang yang beriman datang pada setiap Jumat ke langit dunia yang bertepatan dengan kampung mereka dan rumah-rumah mereka (yang telah dihuni ahli warisnya). Masing-masing dari mereka memanggil-manggil dengan suara yang sedih dalam keadaan menangis, 'Wahai keluargaku, wahai anak-anakku, wahai ayahku, wahai ibuku dan karib kerabatku, kasihanilah kami---semoga Allah merahmatimu---dengan harta yang pernah ada pada tangan-tangan kami. Dan kecelakaan serta perhitungan (mengenai harta) atas kami sedang manfaatnya dirasakan oleh orang lain.' Dan masing-masing dari mereka memanggil-manggil kerabatnya, 'Sayangilah kami dengan uang satu dirham (saja) atau dengan sepotong roti atau dengan sehelai pakaian (yang kalian sedekahkan atas nama kami)---semoga Allah memberimu pakaian surga.'"
Kemudian Nabi saw menangis dan kami pun menangis bersamanya, dan Nabi saw tidak kuasa melanjutkan perkataannya karena saking banyak tangisannya. Kemudian beliau berkata, "Mereka itu saudara-saudara kalian seagama yang tubuh-tubuhnya telah menjadi tanah dan tulang-belulangnya telah hancur setelah gembira dan mereguk kenikmatan (ketika hidupnya di dunia), lalu mereka menyerukan dengan kecelakaan (wail) dan penderitaan atas diri-diri mereka, mereka berkata, 'Duhai celakalah kami, seandainya kami telah meng-infâq-kan harta yang ada pada tangan kami dalam taat kepada Allah dan mencari rido-Nya, tentulah kami tidak butuh kepada kalian.' Kemudian mereka kembali dengan kesedihan dan penyesalan seraya mereka berseru, 'Segerakanlah oleh kalian sedekah bagi orang-orang yang telah mati!' [Mustadrak Al-Wasâ`il 2/484]
(Abu-Zahra/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email