Shûr atau bûq artinya terompet raksasa yang sangat besar, ke bawahnya menggapai bumi ke atasnya menjulang ke langit. Terompet ini akan ditiup oleh Malaikat Isrâfîl as. (shâhibul bûq ) di Baitul Maqdis dengan menghadap ke arah Ka‘bah sebanyak tiga kali tiupan dalam tiga masa.
Tiupan pertama adalah tiupan ketakutan atau nafkhatul faza' . Akibat dari tiupan ini; bumi berguncang, manusia dan jin pada ketakutan, perempuan-perempuan yang sedang menyusui meninggalkan bayi-bayinya, perempuan-perempuan yang hamil pada melahirkan kandungannya, keadaan manusia seperti mabuk karena kerasnya siksa, janggut para pemuda tiba-tiba memutih, setan-setan pada beterbangan mencari tempat yang aman.
Tentang tiupan yang pertama ini Allâh Yang Maha Suci berfirman, Dan pada hari shûr ditiup, maka sangat ketakutan makhluk yang ada di seluruh langit dan bumi, kecuali yang dikehendaki Allâh, dan seluruhnya datang kepada-Nya dengan tunduk terhina. Dan kamu lihat gunung-gunung, kamu kira mereka menentap, padahal mereka berjalan seperti awan. Itu perbuatan Allâh yang Dia kokohkan segala sesuatu, dan sesungguhnya Dia Maha Tahu apa yang kalian perbuat. Siapa yang datang dengan membawa kebaikan, maka dia akan memperoleh kebaikan dari-Nya sedangkan mereka akan aman dari ketakutan pada hari itu. [1]
Firman-Nya, Wahai manusia, takutlah kepada Tuhan kamu, sesungguhnya gempa saat (kiamat) itu adalah sesuatu yang besar. Pada hari kalian melihatnya, kamu akan lihat setiap yang menyusui mengabaikan bayi-bayi yang disusuinya, setiap yang hamil melahirkan kandungannya dan kamu lihat manusia dalam keadaan mabuk, padahal sebenarnya mereka tidak mabuk, tetapi azab Allâh itu keras. [2]
Tiupan kedua yaitu tiupan kematian (nafkhatul maut ). Pada tiupan ini seluruh makhluk hidup akan mati selain beberapa makhluk yang dikehendaki Allâh untuk tetap hidup, yaitu Jibrâîl, Mîkâil, Isrâfîl dan ‘Izrâil. Firman Allâh Yang Maha Suci, Dan ditiup shûr, maka matilah semua yang ada di langit dan di bumi selain makhluk yang dikehendaki Allâh. [3]
Setelah semua mati selain malaikat yang empat itu, Allâh berfirman kepada ‘Izrâîl, Wahai Malakul Maut, siapa yang masih hidup? Lalu ‘Izrâil sebutkan ketiga kawannya dan dirinya. Kemudian ‘Izrâîl diperintahkan untuk mencabut ruh ketiga malaikat. Setelah itu Allâh bertanya kepadanya, Wahai Malakul Maut, siapa yang masih hidup? ‘Izrâîl menjawab, “Aku sendiri.” Akhirnya Allâh mematikan Malakul Maut tersebut. Kemudian setelah itu Allâh 'azza wa jalla hidupkan Jibrâîl, Mikâil, Isrâfil dan para malaikat pemikul ‘Arasy.
Tiupan ketiga adalah tiupan kebangkitan (nafkhatul ba‘ats ). Rentang waktu antara tiupan kematian dengan tiupan kebangkitan adalah empat puluh (40) tahun lamanya. Setelah Allâh 'azza wa jalla menyusun kembali tubuh-tubuh manusia yang telah hancur-luluh, Dia perintahkan Isrâfil as. untuk meniup terompet kebangkitan. Seluruh arwah manusia diperintahkan untuk memasuki terompet tersebut, lantas Israfil meniupnya, maka ruh-ruh manusia yang banyak itu berhamburan memenuhi angkasa antara langit dan bumi, kemudian mereka masuk ke bumi mencari jasadnya masing-masing dan mereka memasuki jasad-jasadnya melalui lubang hidungnya. Mengenai hari kebangkitan ummat manusia dari alam barzakh ini, Allâh 'azza wa jalla berfirman, Pada hari mereka keluar dari kubur-kuburnya dengan bergegas seakan-akan mereka menuju kepada bebatuan yang mereka agungkan dengan tunduk terhina penglihatan mereka dan mereka diliputi kerendahan. Yang demikian itu adalah hari yang dijanjikan kepada mereka. [4]
Firman-Nya, Kemudian terompet ditiup pada kali yang lain, maka dengan serta merta mereka bangkit lagi memandang. [5]
Firman-Nya, Maka apabila ditiup sangkakala, pada hari itu putuslah hubungan nasab di antara mereka dan mereka tidak saling menyapa. [6]
Firman-Nya, Dengan tunduk penglihatan mereka, mereka keluar dari kubur-kuburnya seolah-olah mereka belalang yang bertebaran. Mereka bersegera menuju penyeru seraya orang-orang durhaka mengatakan, 'Ini hari yang amat sulit. [7]
Firman-Nya, Dan ditiuplah sangkakala, maka tiba-tiba mereka pada keluar dari kubur-kuburnya bersegera menuju kepada Tuhan-Nya. [8]
Firman-Nya, Pada hari terompet ditiup dan Kami kumpulkan orang-orang yang berdosa pada hari itu dalam keadaan biru (mukanya). [9]
Firman-Nya Yang Maha Tinggi, Pada hari terompet ditiup, maka kalian datang dengan berbondong-bondong. [10]
Firman-Nya Yang Maha Tinggi, Dan diitiuplah terompet, maka Kami kumpulkan mereka dengan sebenar-benarnya. [11]
Firman-Nya, Pada hari Kami perjalankan gunung-gunung dan kamu lihat bumi (yang baru) tampak dan Kami kummpulkan mereka hingga Kami tidak tinggalkan satu pun dari mereka. [12]
Catatan Kaki:
[1] Sûrah Al-Naml (27) : 87 – 89.
[2] Sûrah Al-Hajj (22) : 1 – 2.
[3] Sûrah Al-Zumar (39) : 68.
[4] Sûrah Al-Ma'arij (70) : 43-44.
[5] Sûrah Al-Zumar (39) : 68.
[6] Sûrah Al-Mu`minûn (23) : 101.
[7] Sûrah Al-Qamar (54) : 7-8.
[8] Sûrah Yâsîn (36) : 51.
[9] Sûrah Thâhâ (20) : 107.
[10] Sûrah Al-Nabâ (78) : 18.
[11] Sûrah Al-Kahfi (18) : 99.
[12] Sûrah Al-Kahfi (18) : 47.
(Abu-Zahra/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email