Warga muslim Rohingya yang telah melarikan diri ke Bangladesh lantaran tindakan kejam militer Myanmar menjalani hidup dengan penuh kesengsaraan dan tanpa penampungan yang layak.
Demikian berita ini dilansir oleh situs berita dan informasi Anatoli kemarin.
Para pengungsi sengsara ini terpaksa membangun kemah sendiri di perbatasan dengan penuh susah payah.
Tidak sedikit dari mereka yang melarikan diri dari kekejaman para pengikut Buddha ekstrim dan bersembunyi di hutan-hutan dekat perbatasan dalam kondisi lapar dan dahaga.
Tidak sedikit pula warga Rohingya yang menunggu kedatangan perahu-perahu kecil untuk menyelematkan mereka dari kekejaman Myanmar dan mengantarkan mereka ke kamp penampungan di Bangladesh. Untuk keperluan ini, mereka terpaksa harus mengeluarkan ongkos berupa uang, barang berharga, dan binatang-binatang piaraan mereka.
Salah satu kamp penampungan yang telah disediakan untuk para pengungsi Rohingya adalah kamp Balukhali. Kamp ini sekarang telah menampung 90 ribu orang dari 450 ribu pengungsi Myanmar yang telah melarikan diri dari sejak 25 Agustus lalu.
“Setelah berhari-hari menahan lapar dan dahaga, saya akhirnya berhasil tiba ke Bangladesh bersama keluarga dengan menggunakan sampan kuno. Saya termasuk salah satu dari 10 ribu warga Rohingya yang dilalimi oleh militer Myanmar.
Setelah memasuki desa kami, mereka membakar tempat tinggal dan kemah-kemah kami. Kami pun bersembunyi di hutan selama sepuluh hari. Setelah yakin tidak bisa kembali, kami pun melarikan diri ke perbatasan untuk menuju Bangladesh,” kisah seorang tua renta berusia 75 tahun.
(Anatoli/Shabestan/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email