Pesan Rahbar

Home » , » Siapa Yang Bermain Dengan Isu PKI? Simak Cuitan Rais Syuriah PCI NU Australia, Prof. Nadirsyah Hosen

Siapa Yang Bermain Dengan Isu PKI? Simak Cuitan Rais Syuriah PCI NU Australia, Prof. Nadirsyah Hosen

Written By Unknown on Tuesday, 19 September 2017 | 16:55:00

Gus Nadirsyah Hosen, Rais Syuriyah PCINU Australia-New Zealand dan Dosen Senior Monash Law School.

1. Siapa yang bermain dengan isu PKI? Belakangan ini isu PKI kembali dimunculkan. Bulan September menjadi momentum penggorengan isu PKI. Kenapa?

2. Pemerintah Jokowi diserang dengan 3 isu sekaligus: anti Islam, anti demokrasi dan pendukung PKI. Ketiganya secara sistematis terus dimainkan.

3. Pertama, Jokowi dibenturkan dengan ulama dan umat Islam. Momentumnya adalah saat aksi bela Islam berjilid-jilid menentang Ahok.

4. Jokowi dicitrakan pula melakukan kriminalisasi terhadap ulama. Dan diserang pula soal kasus Rohingya. Yang intinya Jokowi dianggap anti Islam

5. Kedua, Jokowi dikesankan sebagai diktator lewat Perppu Ormas. Seolah Jokowi anti dengan proses demokrasi dan bertindak dengan tangan besi

6. Ketiga, Jokowi terus menerus digoyang dengan isu pendukung PKI. Kita fokus bahas hal ketiga ini karena dua isu lainnya sudah sering kita bahas

7. Era perang dingin antara Komunis Uni Soviet dengan Kapitalis Amerika telah berakhir. Tembok Berlin sudah runtuh. Uni Soviet sudah bubar.

8. Saat ini kekuatan komunis direpresentasikan oleh China. Itupun tidak seekstrem Korut. China lebih pada ekspansi ekonomi, bukan militer

9. Di dunia global saat ini, komunisme sudah kehilangan panggung. Makanya aneh kalau dianggap PKI masih hidup dan gentayangan di Indonesia

10. Isu PKI mengarah kepada PDI-P yang merupakan anak kandung PNI Soekarno. Menangnya PDI-P = bangkitnya PKI. Absurd, tapi ini yang di-hoax-kan

11. Aktvisi dari kelompok sosialis yang jadi relawan Jokowi juga diserang dengan isu PKI. Misal: Teten Masduki, seperti yang di-hoax-kan Alfian Tanjung.

12. Semalam isunya diarahkan ke YLBHI. Masa mengepung karena terkena berita hoax lagu genjer-genjer dinyanyikan di gedung YLBHI.

13. Jangan lupa Teten juga dekat dengan YLBHI. Maka keduanya dipakai jadi sasaran untuk menyerang Jokowi. Padahal YLBHI juga kritis terhadap Jokowi.

14. Diskusi tentang G30S/PKI di LBH dibubarkan aparat. Jokowi dijepit dengan isu anti demokrasi di satu sisi, dan isu pendukung PKI di sisi lain

15. Isu PKI ini akan ssemakin hebat dimainkan kalau berhasil memprovokasi para Kiai pesantren NU. Ini yang harus diwaspadai

16. NU dan juga Gp Ansor dulu berdiri paling depan menghadapi PKI. Banyak Kiai sepuh yang terlibat dan mengalami suasana genting saat itu

17. Hubungan Jokowi dengan NU sempat digoyang lewat isu FDS di Kemendikbud. Namun Jokowi, Muhammadiyah dan NU berhasil menyelesaikannya

18. Gagal menggoyang Jokowi lewat benturan NU dan Muhammadiyah, maka sekarang isu PKI yang digoreng terus secara sistemik dan sistematis

19. Kalau sampai para Kiai pesantren NU bergerak akibat provokasi isu PKI ini maka Jokowi akan sulit fokus membangun negara. Kacau-balau!

20. Jokowi yang di-hoax-kan pendukung PKI, bahkan dengan keji dituduh anak PKI, akan dibenturkan dengan NU dan GP Ansor yang selama ini kokoh jaga NKRI.

21. Indikasi para Kiai sudah mulai terpengaruh bisa terpantau. Maka perlu kerjasama PBNU dan Jokowi untuk turun ke pesantren meredam isu ini.

22. Kekuatan Jokowi adalah karakternya yang sederhana dan ndeso. Gaya komunikasi ini cocok di hati rakyat dan juga para ulama. Tulus!

23. Inilah modal terbesar Jokowi mempertahankan simpati rakyat dan para Kiai Pesantren melawan ketiga isu di atas yang terus di-hoax-kan

24. Sementara itu para pembantu Jokowi dan aparat TNI/POLRI harus pula mewaspadai ketiga serangan isu di atas, dan jangan sampai buat blunder

25. Saat ini Jokowi bertindak benar saja terus disalahkan, apalagi kalau pemerintah dan aparat bikin blunder.

26. Mari terus kita jaga demokrasi dan negara hukum kita di dalam bingkai Pancasila dan NKRI. Berpolitik dengan sehat, bukan dengan hoax.

(suaraislam/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: