Partisipasi besar-besaran masyarakat Ahlusunnah dan Syiah pada peringatan Asyura’ Imam Husain as di kota-kota Kurdistan menunjukkan persatuan nasional di provinsi ini dimana mereka hidup berdampingan dan penuh kedamaian selama bertahun-tahun.
Pada bulan Muharam, di berbagai belahan dunia Islam berlangsung beragam peringatan termasuk peringatan hari berkabung dan berduka atas kesyahidan manusia agung, Imam Husain as, dan di hari kesembilan dan kesepuluh Muharam di mesjid-mesjid dan di husainiyah-husainiyah.
Di hari-hari seperti ini, masyarakat Ahlusunnah dan Syiah Kurdistan juga begitu memuliakan serta menganggapnya sebagai hari-hari yang sakral. Loyalitas masyarakat ini terhadap keluarga Rasulullah saw dan Imam Husain as yang syahid di Karbala merupakan sesuatu yang tidak bisa dipungkiri dan ini bisa kita lihat melalui referensi-referensi dan buku-buku dari para penulis dan penyair daerah ini.
Tatkala Muharam tiba, setiap individu dan dengan ide atau keyakinan masing-masing, berusaha sebisa mungkin berpartisipasi dalam berbagai kegiatan terkait, sebagian orang dengan cara membagi-bagikan makanan atau minuman yang dinazarkannya, ada juga dengan mengenakan pakaian serba hitam dan ada juga dengan mendirikan majlis-majlis duka. Mereka hendak membuktikan loyalitasnya terhadap Imam Husain as dan untuk itu mereka mendirikan majlis-majlis duka untuk Imam Husain as.
Masyarakat Kurdistan merupakan suatu komponen atau komunitas yang terdiri dari kaum Kurdi dan Turki, Syiah dan Ahlusunnah, berbeda dengan daerah-daerah lain di Iran, dan ia merupakan sebuah bentuk simbol nasional dan juga persatuan Islam dimana kaum Kurdi dan Turki, Syiah dan Ahlusunnah, hidup berdampingan penuh damai dan pada hari-hari bulan Muharam mereka turun bersama-sama mengadakan majlis-majlis duka atas kesyahidan Imam Husain as.
Ketika bulan Muharam tiba, di Kurdistan juga diadakan upacara-upacara tradisional yang biasa disebut “Thasyguzari” di Searsabad, upacara Gelgiran di kota Bijar dan juga tradisi memasak dan membagikan bubur (Osy) dan bubur kuning (Syulehzar) di kota Sanandaj.
Upacara Gelgiran berlangsung setiap tahun pada hari kesepuluh Muharam di kota Bijar dimana orang-orang yang ikut berduka pada hari itu mengusapkan tanah ke kepala, muka dan badannya. Mereka hendak menunjukkan rasa duka yang dalam atas kesyahidan Imam Husain as.
Tradisi berikutnya yang begitu punya kedudukan spesial di tengah-tengah masyarakat Ahlusunnah provinsi Kurdistan adalan memasak makanan yang dinazarkan lalu membagikannya di tengah-tengah orang-orang yang ikut dalam majlis duka dimana hal ini dilakukan bertepatan pada hari kesepuluh Muharam, hari dimana Imam Husain as menjemput kesyahidannya.
Nazar dan berdoa merupakan diantara kegiatan-kegiatan lain yang sudah mentradisi dan dilakukan oleh masyarakat Ahlusunnah di hari-hari kesembilan dan khususnya hari kesepuluh dari bulan Muharam di tempat-tempat suci seperti di makam Imam Zadeh Hajarah Khatun, saudara perempuan Imam Ridha as dan Makam Imam Zadeh Pir Umar dan Imam Zadeh Pir Muhammad, serta di langgar-langgar dan di mesjid-mesjid, husainiyah-husainiyah, semuanya dalam suasana berduka bulan Muharam, jalan raya-jalan raya dan gang-gang menunjukkan suasana berkabung, duka yang ada dalam dada para pecinta dan pendukung Imam Husain as, dan hal ini telah berlangsung dari sejak kebangkitan Asyura Imam Husain as hingga sekarang.
Setiap tahun kaum Muslimin memperingati dan mengenang nilai-nilai yang ada pada bulan Muharam dan tragedi Asyura dengan mengadakan majlis-majlis khusus sehingga seolah-olah peristiwa Asyura baru saja terjadi dan keyakinan masyarakat ini terhadap Islam bersumber dari nilai-nilai agama dan kedudukan Ahlulbait Rasulullah saw yang suci.
Provinsi Kurdistan terdiri dari kaum Kurdi dan Turki serta mazhab Syiah dan Ahlusunnah yang mana setiap tahun di bulan-bulan Muharam turut turun ke jalan-jalan mengadakan majlis dan upacara duka dalam rangka mengenang hari kesyahidan Imam Husain as.
Masyarakat Provinsi Kurdistan di hari-hari bulan Muharam, masing-masing tampil menunjukkan dan membuktikan loyalitas dan kecintaannya terhadap Imam Husain as, misalnya dengan cara masyarakat Sanandaj hadir dan berkumpul pada malam Asyura di makam-makam Imam Zadeh Pir Umar kota ini dan dengan menyalakan lilin, mereka mendirikan majlis duka dan majlis doa.
Tradisi-tradisi khusus Asyura juga berlangsung di daerah-daerah lain di Provinsi ini, tentunya dengan adat-adat khas seperti “Thasyguzari”, majlis-majlis duka di depan Mesjid-mesjid, di husainiyah-husainiyah, dengan menyebut duka husain-duka husain, upacara “Gelgiran”, pembacaan maqtal dan maktam yang dimulai dari sejak hari-hari akhir dari bulan Dzulhijjah dan terus berlangsung hingga sepuluh hari pertama bulan Muharam.
Membakar tenda-tenda dan mengelilingi tenda-tenda itu oleh mereka yang ikut upacara duka, memukul-mukul dada, dan juga menyembelih kambing di depan orang-orang yang ikut upacara duka, membagi-bagikan minuman susu, sirup, kurma, adalah diantara kebiasaan khusus masyarakat provinsi Kurdistan di hari-hari bulan Muharam.
Hari ini dan di hari kesepuluh bulan Muharam, juga masyarakat Ahlusunnah disamping bersama-sama dengan saudaranya dari kalangan Muslim Syiah, laki-laki dan perempuan, dalam upacara-upacara duka ini, juga ikut membagikan makanan-makanan hasil nazar dan dengan menciumi bendera atau umbul-umbul bertuliskan Imam Husain as, mereka hendak menunjukkan puncak kecintaannya kepada keluarga Rasulullah saw.
(Shafei-News/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email